Malvika Raj Joshi, Mahasiswi MIT Yang Tak Pernah Sekolah SMA (hindustantimes.com)
Dream - Kisah gadis asal Mumbai, Malvika Raj Joshi, 17 tahun ini cukup membanggakan. Sejak usia 13 tahun, dia tidak pernah merasakan bangku SMA. Namun dunia tak lantas runtuh. Mimpinya masih digantung tinggi-tinggi.
Dan kini mimpi itu terwujud. Malvika diterima menjadi salah satu mahasiswa di universitas elit dan terbaik dunia, Massachusetts Institute of Technologi (MIT). Semua berkat bakatnya yang sangat ahli di bidang pemrograman komputer.
Malvika mendapat beasiswa dari MIT setelah tiga kali meraih medali, dua perak dan satu perunggu di International Olympiad of Informatics (IOI). Kompetisi ini kerap dikenal sebagai Programmming Olympiad.
MIT memang menerima siswa yang berhasil meraih medali di berbagai olimpiade, mulai dari matematika, fisika hingga komputer.
" Ketika saya mulai tak sekolah, sekitar empat tahun yang lalu, saya menjelajahi berbagai mata pelajaran. Dan pemrograman adalah salah satu dari mereka," kata Malvika.
" Saya menemukan pemrograman menarik dan saya mulai memberikan porsi waktu lebih banyak daripada mata pelajaran lain. Jadi, saya mulai menyukainya pada waktu itu," katanya dalam surat-menyurat melalui email dari Boston.
Dream - Malvika menemukan kesulitan untuk masuk di lembaga elit di India seperti Indian Institute of Technology (IIT). Dia terganjal syarat berupa ijazah lulus SMA.
Satu-satunya lembaga yang mau menerimanya adalah Chennai Mathematical Institute (CMI). Di sini, Malvika langsung masuk ke tingkat MSc karena pengetahuannya setara dengan standar BSc.
" Sama sekali tidak diragukan Malvika bisa masuk MIT karena berdasarkan prestasi superlatifnya di IOI. Ini berkat fleksibilitas pendaftaran yang ditawarkan oleh MIT sehingga siswa yang menunjukkan potensi intelektual yang sangat baik bisa diterima meski tidak memiliki ijazah SMA formal," kata Madhavan Mukund dari CMI.
" Hal itu hanya mungkin bagi siswa yang prestasi akademisnya luar biasa, termasuk yang ditunjukkan oleh Malvika di IOI," katanya.
Dream - Cerita menarik Malvika ini dimulai empat tahun lalu ketika ibunya, Supriya, mengambil keputusan yang luar biasa sulit. Saat itu, Malvika berada di kelas VII di Dadar Parsee Youth Assembly School di Mumbai.
Di sekolah tersebut, Malvika memiliki prestasi akademik yang menonjol, namun ibunya memutuskan untuk menariknya keluar dari sekolah. Waktu itu, Malvika memiliki seorang adik yang masih bayi bernama Radha.
" Kami adalah keluarga kelas menengah. Malvika sangat bagus di sekolah tapi entah kenapa saya merasa bahwa yang dibutuhkan anak-anak adalah perasaan bahagia. Kebahagiaan lebih penting daripada pengetahuan," kata Supriya kepada PTI.
" Saya bekerja di sebuah LSM yang menangani pasien kanker. Saya sering melihat siswa yang berada di kelas VIII atau IX terkena kanker. Ini mempengaruhi saya secara mendalam dan saya memutuskan bahwa yang dibutuhkan anak perempuan saya adalah menjadi bahagia," tambah dia.
Keputusan tersebut jelas tidak mudah. " Di India, orang masih banyak yang tidak tahu istilah 'homeschooling' atau 'unschooling' seperti yang sering disebutkan di dunia pendidikan," kata Supriya.
Dream - Supriya juga butuh waktu yang agak lama untuk meyakinkan ayah Malvika, seorang insinyur yang menjalankan bisnis sendiri, tentang mengajar anak mereka di rumah.
" Suami saya Raj awalnya tidak yakin karena menganggap unschooling berisiko. Anak-anak tidak akan memiliki ijazah dan ini menakutkan. Saya sampai berhenti dari pekerjaan di LSM dan merancang kurikulum akademik untuk Malvika," kata Supriya.
" Saya membuat sebuah simulasi seperti situasi di kelas di rumah. Keyakinan saya miliki sebagai seorang ibu adalah bahwa saya mampu menanamkan pengetahuan untuk anak saya."
Usaha Supriya ini akhirnya membuahkan hasil yang sangat manis. Malvika bisa diterima di sebuah perguruan tinggi elit MIT.
Sumber: hindustantimes.com
Advertisement
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal