Adab Makan dalam Islam yang Harus Diajarkan Pada Buah Hati

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 5 November 2021 10:03
Adab Makan dalam Islam yang Harus Diajarkan Pada Buah Hati
Teladani kebiasaan Rasulullah SAW saat makan.

Dream - Makan merupakan kebutuhan sehari-hari. Sebagai umat muslim, makan juga memiliki adab yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Ada ini harus diajarkan sejak dini agar membentuk kebiasaan yang baik sesuai tuntunan Islam.

Bagi para orangtua, pastikan mengajarkan adab makan pada buah hati. Dikutip dari BincangMuslimah, Syekh Musthofa ‘Adawy menulis perihal etika makan ala Rasulullah yang harus diajarkan kepada anak dalam bukunya, Fiqh Tarbiyatu al-Abna`. Tata krama tersebut merupakan hal yang diwariskan oleh Rasulullah kepada umatnya.

Pertama, membaca basmalah dan menggunakan tangan kanan. Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat dan umatnya agar makan dengan tangan kanan dan membaca bismillah. Sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis,

Hadis membaca Basmallah

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Sufyan ia berkata; Al Walid bin Katsir telah mengabarkan kepadaku, bahwa ia mendengar Wahb bin Kaisan, bahwa ia mendengar Umar bin Abu Salamah berkata; Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Wahai Ghulam, bacalah Bismilillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR. Bukhari)


Jika lupa membaca basmallah dan ingat saat sedang makan, maka ucapkanlah,

 

Lupa baca Basmallah

Artinya: dengan menyebut nama Allah di awal dan di akhir.

 

 

1 dari 5 halaman

Makan Bersama

Makan Bersama © Dream

Kedua, makan bersama. Hendaklah orang tua selalu mengadakan makan bersama anaknya untuk mewujudkan keharmonisan dalam keluarga. Sebab dalam makan bersama akan mendatangkan berkah. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW.

HR Muslim


Artinya: Dari Jabir r.a., katanya: “ Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “ Makanan untuk seorang itu dapat mencukupi dua orang dan makanan dua orang itu dapat mencukupi empat orang, sedang makanan empat orang itu dapat mencukupi delapan orang.” (HR. Muslim)

Selain mengikuti sunnah Nabi, makan bersama akan menumbuhkan cinta dan meredamkan marah juga perselisihan yang barangkali bisa terjadi di antara saudara. Salah satu Nabi ini adalah cara untuk mengikat tali kebersamaan dalam keluarga.

 

2 dari 5 halaman

Berbagi

Berbagi © Dream

Ketiga, ajarkan berbagi. Saat di rumah memiliki cukup banyak makanan, berbagilah dengan tetangga atau kerabat. Hal ini akan membawa keberkahan dan mendatangkan rezeki serta mempererat silahturahim.

HR Bukhari


Artinya: Telah menceritakan kepada kami Khallad bin Yahya telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Jabalah bin Suhaim berkata, aku mendengar Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma berkata; “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang memakan dua butir kurma sekaligus sebelum dia meminta izin sahabat-sahabatnya (yang sedang makan bersama)” (HR. Bukhari)



3 dari 5 halaman

Tak Mencaci Makanan

Tak Mencaci Makanan © Dream

Keempat, tidak mencaci makanan jika tidak suka. Adakalanya makanan yang dimasak atau yang dihadirkan ternyata tidak disukai oleh anak. Jika tidak diajarkan untuk tidak mencela makanan, anak akan dengan spontan mencela makanan tersebut padahal hal itu sangat dilarang. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis,

HR Bukhari


Artinya: dari Abu Hurairah berkata, “ Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan sekalipun. Jika beliau suka maka beliau memakannya, dan jika tidak suka maka beliau meninggalkannya. (HR. Bukhari)

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

4 dari 5 halaman

Hukum Islam Gelar Tedhak Siten untuk Buah Hati

Hukum Islam Gelar Tedhak Siten untuk Buah Hati © Dream

Dream - Tinggal di Indonesia, terutama di lingkungan yang masih memegang teguh ritual budaya dan kepercayaan, kita seringkali mengikuti adat dan kebiasaan yang ada. Salah satunya dalam hal tumbuh kembang anak.

Bagi masyarakat Jawa, anak yang memasuki usia 7 bulan dan baru belajar menapak serta merangkak, dianjurkan untuk melakukan upacara Tedhak Siten. Ritual ini dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan memohon kepada-NYA agar buah hati tumbuh dengan sehat dan pintar.

Upacara ini bukan hanya menjalani ritual seperti memilih mainan, menapaki tangga dan lainnya. Para kerabat dan sesepuh juga diundang untuk bersama-sama memanjatkan doa pada anak yang sudah berusia 7 bulan.

Dikutip dari BincangSyariah.com, dalam Islam, acara ini lebih dikenal dengan istilah al-ihtifal bihadzaq al-shibyan, atau merayakan kepintaran anak. Menurut para ulama, hukum mengadakan al-ihtifal bihadzaq al-shibyan adalah boleh.

5 dari 5 halaman

Penjelasan Ulama

Penjelasan Ulama © Dream

Banyak di antara kalangan ulama salaf, seperti Imam Al-Hasan Al-Bashri, yang membolehkan merayakan kepintaran anak ini. Misalnya, dengan menabur kacang-kacangan, memberikan uang, menyembelih hewan kemudian mengundang orang lain untuk makan bersama.

Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Fashsh Al-Khawatim Fima Qila fi Al-Wala-im berikut;

Fashsh Al-Khawatim Fima Qila fi Al-Wala-im

Merayakan kepintaran anak-anak; Al-Dauri meriwayatkan dari Abu Bakr Al-Hudzali, dia berkata; Aku bertanya kepada Al-Hasan Al-Bashri dan Ikrimah mengenai seorang anak yang sudah tumbuh giginya, kemudian dilemparkan kacang-kacangan padanya. Mereka berdua menjawab; Halal. Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata; Jika anak sudah pintar, mereka menyembelih kambing kemudian mereka membuat makanan.

Selengkapnya baca di sini.

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More