Anak Remaja
Dream - Mental dan kepribadian penuh rasa tanggung jawab pada seorang anak tak bisa dibentuk dalam hitungan hari. Dibutuhkan " latihan" selama bertahun-tahun untuk membentuknya, merupakan tugas utama orangtua.
Seorang dewasa yang punya kemampuan bertanggung jawab, pertanda sejak kecil ia sudah diajarkan dan dilatih oleh orangtua dan lingkungannya. Keterampilan hidup (life skill) satu ini akan sangat berguna ketika anak beranjak dewasa dan harus menghadapi banyak cobaan serta masalah.
Lalu bagaimana untuk membentuk rasa tanggung jawab pada buah hati sejak dini? Ada empat hal yang bisa diterapkan Ayah Bunda.
Cara Membela Diri
Mengetahui cara membela diri sendiri adalah keterampilan yang harus dipelajari anak-anak. Ajarkan anak untuk bisa menghadapi situasi yang sulit, ketika merasa dirugikan dan harus bertanggung jawab membela dirinya sendiri.
Biasakan anak untuk menceritakan situasi yang dialaminya ketika merasa terpojok dan dirugikan, dengarkan mereka dengan seksama. Contohkan kalau kita harus tanggung jawab pada diri sendiri lebih dulu.
Tahu cara meminta maaf dengan tulus dan mengakui kesalahan merupakan skill yang mesti dimiliki semua orang. Meskipun terdengar mudah, mengakui kesalahan membutuhkan keberanian dan kondisi emosional yang matang.
Perkataan meminta maaf saja tidak cukup, anak harus mengerti perbuatan yang disesalinya dan bertanggung jawab atas hal tersebut. Hal ini akan membuat anak sadar saat dewasa sehingga mereka mengoreksi diri setiap kali mereka melakukan sesuatu yang tidak diinginkan.
Memecahkan Masalah
Penting agar anak bisa menyelesaikan masalah sendiri. Tahap pertama adalah mengajari anak cara menghadapi masalah. Misalnya saat ia merusak barang di rumah, atau menumpahkan sesuatu
Tanyakan kepada anak apa yang harus dilakukan untuk membereskan masalah yang mereka buat. Biarkan anak mencari solusi sendiri, jika anak bertanya terbukalah untuk berdiskusi.
Untuk dapat menyelesaikan sesuatu, penting untuk skala prioritas dan menetapkan batas waktu. Orangtua dapat membuat daftar beberapa tugas, dan beri tahu urutan kegiatan yang harus dilakukan. Hal ini akan membantu anak bagaimana melakukan sesuatu berdasarkan level kepentingannya.
Selain itu, ajarkan juga anak cara mengukur dan menetapkan waktu. Bisa beri contoh lebih dulu, misalnya harus membereskan tempat tidur sebelum pukul 06.00 pagi, atau menyiapkan buku dan seragam sebelum jam 19.00 malam. Hal ini akan membentuk rasa tanggung jawab anak.
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: MomJunction
Dream - Mengalami rasa sedih, marah, kecewa, bahagia adalah hal wajar dan dirasakan semua orang baik anak lelaki maupun anak perempuan. Mengungkapkan emosi yang sedang dirasakan sangat penting untuk dilakukan demi kesehatan mental.
Sayangnya pada anak lelaki, mereka seringkali dianggap sosok yang harus selalu kuat dan dominan. Padahal ada kalanya mereka butuh menangis dan bersikap manis saat sedang bahagia.
Sementara saat marah atau kecewa, malah dianggap wajar anak lelaki mengeluarkan emosi negatifnya. Seperti memukul, menendang, melempar dan sebagainya. Tentunya hal ini merupakan kesalahan besar.
" Anak laki-laki perlu mengingat satu hal yang paling penting dalam hal perasaan mereka (terutama kemarahan), yaitu mereka selalu punya pilihan bagaimana meresponsnya," kata Meg Meeker, seorang dokter anak.
Ia menjelaskan, ketika anak lelaki masih usia dini, perkembangan emosinya belum sempurna. Tugas orangtua adalah mencontohkan dan membimbingnya untuk bisa mengontrol dan merespons emosi yang muncul dengan baik dan tidak merugikan dirinya maupun orang lain.
Bagaimana caranya? Empat cara ini penting untuk dilakukan sejak dini.
Kenali Emosi
Sebelum si anak lelaki dapat mengatasi emosinya, ia perlu mengidentifikasinya. Contohnya, mungkin dia marah pada ayahnya karena tak jadi jemput di sekolah, padahal perasaan sebenarnya di balik permukaan adalah kesedihan. Ajari anak untuk melihat lebih dalam emosi yang dialami dan apa yang muncul di permukaan. Dengan begitu anak bisa mengungkapkannya dengan baik.
Cobalah untuk tidak membuat anak merasa bersalah atas emosinya. Seperti yang dikatakan Dr. Meeker, “ …mereka dapat merasakan sesuatu dengan kuat, tetapi kemudian harus memilih bagaimana—dan bagaimana tidak—untuk menanggapi perasaan itu" . Jadi, jangan ajari putra ayah dan bunda untuk menekan amarah, cemburu, atau emosi kuat lainnya. Semua itu adalah bagian dari fitrah manusia.
Bertindak
Setelah perasaan itu diidentifikasi dan diakui, anak laki-laki harus memutuskan apa yang harus dilakukan dengan perasaan itu. Pertama, dorong anakuntuk berbicara tentang apa yang dia rasakan. Dia tidak perlu menganalisisnya secara berlebihan, tetapi jika dapat mengungkapkannya kepada ibu atau ayah, itu luar biasa.
Anak laki-laki perlu tahu bahwa, pada akhirnya, dialah yang bertanggung jawab atas bagaimana dia bereaksi terhadap perasaannya. Ajari dia bahwa kekuatan fisik tidak dapat diterima dan bahwa dia tidak boleh menggunakan kekuatan semacam itu dengan orang lain.
Jika dia perlu mengeluarkan agresi, dia dapat menemukan pelepasan fisik melalui olahraga, meninju bantal, atau bahkan berteriak ke bantal. Kita perlu mengajari anak-anak kita bahwa mereka adalah bos dari perasaan mereka.
Laporan: Meisya Harsa Dwipuspita/ Sumber: Imom
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati