Bagi Porsi Makan, Cara Efektif Kurangi Mual Saat Hamil Muda

Reporter : Cynthia Amanda Male
Kamis, 18 Juli 2019 18:04
Bagi Porsi Makan, Cara Efektif Kurangi Mual Saat Hamil Muda
Ada juga 'obat' rumahan yang direkomendasikan untuk redakan mual.

Dream - Sebagian besar ibu hamil kerap mengalami mual hingga muntah. Terutama di trimester pertama. Keluhan tersebut membuat calon ibu kurang nyaman bahkan sulit makan.

Mual hingga muntah tersebut merupakan hal normal. Disebabkan oleh produksi hormon kehamilan yang mempengaruhi pergerakan usus.

" Mual dan muntah disebabkan oleh hormon kehamilan yang 'meminta' rahimnya tenang. Sementara, otot rahim juga dipengaruhi beberapa hal, salah satunya saluran cerna," ujar dr. Ali Sungkar, spesialis obstetri dan ginekologi saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

1 dari 5 halaman

Jangan Biarkan Lambung Kosong

Jangan Biarkan Lambung Kosong © Dream

Mual dan muntah juga biasanya dialami di pagi hari karena kondisi lambung yang kosong. Maka dari itu, salah satu hal yang bisa mencegah mual dan muntah adalah membagi porsi makan.

" Caranya, membagi porsi makan jadi sedikit tapi sering supaya lambungnya nggak dibiarkan kosong. Jadi, kalau makan jam 7, jam 11 makan lagi, lalu jam 1 dan sore makan lagi" .

Kondisi yang menyebabkan mual dan muntah di pagi hari biasanya karena makan malam pada pukul 10. Setelah itu, lambungnya kosong saat bangun tidur.

" Kalau paginya nggak diisi (makanan), yang akan mengisi adalah gas. Nanti ketika mengonsumsi sesuatu, biarpun air, dia akan mual dan muntah," jelas Ali.

2 dari 5 halaman

Konsumsi Jahe

Konsumsi Jahe © Dream

Jika tidak mempan menggunakan cara tersebut, dr. Ali menyarankan mengonsumsi obat yang diberikan dokter. Ada juga 'obat' rumahan yang dianjurkan dan sering digunakan yaitu jahet.

" Saya menganjurkan mengonsumsi jahe. Lebih baik dari mengonsumsi vitamin B6," tutupnya.

3 dari 5 halaman

Perhatikan Asupan Saat Hamil, Jangan Sampai Anemia

Perhatikan Asupan Saat Hamil, Jangan Sampai Anemia © Dream

Dream - Banyak risiko yang harus dihadapi oleh wanita hamil, salah satunya anemia. Kurangnya sel darah merah yang bertugas membawa oksigen dapat mengancam kesehatan janin.

Selama masa kehamilan, volume darah ibu hamil meningkat sebanyak 30-50 persen. Ibu membutuhkan pasokan zat besi lebih banyak untuk membantu peredaran oksigen ke seluruh tubuh.

" Ibu hamil tanpa anemia saja bisa mengalami pendarahan sewaktu persalinan. Jika ia memiliki anemia, pendarahan bisa jadi lebih parah dan meningkatkan risiko kematian ibu hamil dan bayi," papar drg. Vitria Dewi di jumpa pers Nutrition International, Jakarta, beberapa hari lalu.

4 dari 5 halaman

Risiko Pendarahan

Risiko Pendarahan © Dream

Risiko pendarahan bisa diperparah dengan adanya sindrom preeklamsia yang biasanya muncul bersamaan dengan kenaikan berat badan, tekanan darah, terjadi edema hingga munculnya protein di dalam urin.

Perlu diingat bahwa segala jenis persalinan baik caesar maupun normal sama-sama memiliki risiko pendarahan kronis akibat anemia.

5 dari 5 halaman

Picu Kelahiran Prematur

Picu Kelahiran Prematur © Dream

Sementara dari segi anak, anemia dapat memicu bayi lahir secara prematur dan meningkatkan risiko malnutrisi serta stunting. Si kecil juga berisiko mengidap penyakit tidak menular seperti diabetes di kemudian hari.

" Kasus tersebut banyak ditemukan di daerah yang masih mengadaptasi budaya nikah dini yang belum teredukasi mengenai tablet tambah darah (TTD). Perempuan banyak mengalami anemia sejak remaja, terutama ketika sudah menstruasi," ujarnya.

Perempuan dianjurkan mengonsumsi TTD sebanyak satu kali dalam seminggu sejak usia remaja. Ketika hamil, konsumsi bisa dilakukan setiap hari karena kebutuhan zat besi yang meningkat menjadi 27 miligram per hari.

Selain itu, perbanyak asupan sayur-mayur seperti bayam dan brokoli untuk membantu proses pembentukan hemoglobin (Hb) serta penyerapan zat besi.

Beri Komentar