Anak Termenung/ Foto: Shutterstock
Dream - Termenung menatap sesuatu tapi wajah tampak kosong atau bengong sering kita lakukan. Hal ini sebenarnya cukup wajar ketika kita sedang lelah atau banyak pikiran.
Anak-anak pun kerap melakukannya, bahkan pada anak usia di bawah lima tahun. Lamunan, dikutip dari KlikDokter, merupakan waktu peralihan antara satu stimulasi dengan stimulasi lainnya, atau antara satu suasana dengan suasana lainnya.
Hal itu terjadi karena otak anak memerlukan waktu untuk memproses dua hal yang berbeda. Pada usia sekolah, anak juga bisa melamun saat sedang berpikir, misalnya saat mengerjakan tugas atau ujian.
Melamun memang normal, tapi ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai jika anak melakukannya terlalu sering. Bisa jadi kondisi kesehatan berikut adalah pemicunya.
1. Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi
Jika anak Anda sering bengong dan disertai dengan gejala pucat, waspadalah terhadap kemungkinan anemia. Anemia pada anak paling sering terjadi akibat kekurangan zat besi. Selain untuk membentuk sel darah merah, zat besi juga sangat penting untuk perkembangan otak dan kecerdasan anak.
Kekurangan zat besi bisa menyebabkan IQ rendah, sehingga anak akan sering melamun dan lambat dalam berpikir. Suplementasi zat besi dan diet tinggi zat besi yang sesuai dengan anjuran dokter merupakan kunci untuk mengatasi anemia akibat kekurangan zat besi.
Sebagian besar jenis kejang termanifestasi dalam gerakan tegang dan kelojot (bergantian kaku dan lemas secara cepat). Ada satu jenis kejang dengan tanda berupa bengong selama beberapa detik, kemudian kembali normal lagi. Hal ini disebut sebagai kejang tipe absans atau absence seizure.
Kejang absans sering ditemukan pada anak usia 4-14 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Pada kejang tipe ini, bengong bisa terjadi kapan dan di mana saja, dengan frekuensi berulang-ulang dalam sehari.
Konsultasi ke dokter spesialis anak, terutama kondisi saraf anak dengan pemeriksaan gelombang otak (EEG), adalah kunci penting untuk mengetahui apakah si Kecil mengalami kejang absans.
Gangguan perkembangan otak autisme juga dapat membuat anak sering melamun. Selain itu, autisme bisa memperlihatkan gejala lainnya, seperti pengulangan gerak tubuh, kurangnya kontak mata, gangguan bicara, dan lebih senang bermain sendiri dengan sebuah objek dibandingkan berinteraksi dengan orang lain. Apabila mendapati semua tanda di atas, segera bawa anak ke dokter spesialis anak atau psikiater anak.
4. Masalah Psikologis
Anak dengan masalah mental seperti depresi atau gangguan penyesuaian juga bisa tampak sering bengong. Anak bisa mengalami masalah psikologis karena berbagai hal. Misalnya menderita penyakit kronis, perundungan (bullying), mengalami tindak kekerasan (child abuse), konflik dalam keluarga, dan lain-lain.
Selain sering melamun, anak dengan masalah mental juga akan menunjukkan perubahan perilaku. Misalnya jadi lebih pendiam, sering menangis, nafsu makan berkurang, malas beraktivitas, mengurung diri di kamar, dan lainnya.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi