Marah/ Foto: Shutterstock
Dream - Marah termasuk emosi yang normal seorang manusia, sama seperti bahagia, khawatir, kesal dan sebagainya. Fitrahnya manusia memang memiliki beragam emosi yang akan muncul di berbagai situas.
Sebagai orangtua pastinya ayah bunda akan marah kalau buah hati berperilaku tak sesuai norma dan aturan. Saat emosi meninggi dan marah, sebenarnya tidak masalah jika diperlihatkan pada anak. Bisa dengan mengungkapkan rasa kecewa dan marah, secara lisan, bukan dengan teriakan atau hukuman fisik.
Dikutip dari KonsultasiSyariah.com, Islam tidak melarang manusia untuk marah, tapi akan mendapat pujian dari Allah jika bisa mengendalikan amarah. Dalam surah Ali Imran, Allah menyebutkan beberapa kriteria orang yang bertaqwa. Di antara yang Allah sebutkan adalah:
Artinya: …dan orang-orang yang menahan amarah dan suka memaafkan orang lain.” (QS. Ali Imran: 134)
Mengendalikan amarah membutuhkan usaha yang sangat kuat, Rasulullah SAW menyebut orang yang mampu menahan amarah sebagai orang kuat. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
Artinya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjanjikan, mereka yang berusaha menahan amarahnya, padahal mampu meluapkan marahnya, akan Allah banggakan di depan seluruh makhluk dan Allah suruh memilih bidadari paling indah yang dia inginkan.
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
Artinya: “ Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani).
Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, Suatu hari saya duduk bersama Nabi Muhammad SAW. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
Artinya: Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ucapkan doa yang sangat ringkas saat berusaha mengendalikan amarah yaitu ucapan:
A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim
Artinya: Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Bacaan ini sangat ringkas, dan hampir semua orang telah menghafalnya. Bila marah di depan anak dan emosi sudah memuncak bacalah kalimat tersebut dan duduk. Bisa juga ambil wudhu dan tenangkan diri. Perlihatkan pada anak mengendalikan amarah seperti yang dianjurkan Rasulullah.
Selengkapnya baca di sini.
Dream - Menjadi sebuah kepuasan pribadi bagi orangtua ketika melihat anak tumbuh dengan sehat, pintar dan sukses dalam bidang akademik atau hal lain yang membawanya pada kemapanan dan masa depan cerah. Tak salah memang, tapi ada satu hal yang harus selalu diingat kalau anak adalah amanah dari Allah SWT.
Nantinya orangtua akan dimintai tanggung jawab dalam mendidik anak. Dari sekian banyak pencapaian dalam mengasuh anak, sebaik-baiknya adalah membuatnya memiliki akhlakul karimah atau akhlak yang baik.
Hal tersebut dapat dicapai dengan melandaskan pengasuhan pada prinsip-prinsip Islam yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah SAW. Dikutip dari NU.or.id, orangtua wajib memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan anak-anaknya.
Orangtua juga berkewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Rasulullah saw menjamin surga bagi orangtua yang menafkahi, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
Artinya: “ Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja yang memiliki tiga putri, lalu memenuhi nafkah mereka dan memperlakukan mereka dengan baik sehingga Allah menjadikan mereka mandiri terhadap ayahnya, niscaya Allah jadikan surga untuknya sama sekali kecuali ia mengamalkan jenis dosa yang tidak dapat diampuni (seperti syirik),’ (HR Al-Kharaithi).” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz II, halaman 37).
Dengan redaksi berbeda, Rasulullah menegaskan jaminan surga bagi orangtua yang menafkahi, mengasuh, mendidik, hingga mengantarkan putrinya ke dalam perkawinan.
Artinya, “ Dari Abu Sa’id ra, Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja yang mengasuh tiga putri, lalu mendidik, kemudian mengawinkan, dan memperlakukan tiga putrinya itu, maka ia berhak mendapat surga,’ (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).” (Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H: II/37).
Orangtua diwajibkan untuk berjuang dalam memenuhi nafkah, pengasuhan, dan pendidikan akhlak bagi keluarganya. Orangtua juga wajib bersabar dalam menjalani proses berumah tangga atas perilaku atau ucapan pasangan dan anaknya yang kadang menyakitkan.
Orang tua yang berumah tangga juga berkewajiban untuk memperbaiki dan mendidik anggota keluarganya. Hal ini disampaikan oleh Imam Al-Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumiddin:
Artinya, “ (Salah satu faidah nikah adalah) berjuang melawan diri sendiri dan melatih kepribadian dalam mengasuh, mengayomi, memenuhi kewajiban terhadap keluarga, bersabar atas kelakuan mereka, menanggung kecewa karena ulah mereka, berusaha memperbaiki dan menunjuki mereka ke jalan agama, berjuang mencari nafkah halal untuk mereka, dan mendidik anak-anak,” (Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H: II/37).
Penjelasan selengkapnya baca di sini
Dream - Menjaga kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sayangnya, banyak orangtua tak terlalu memperhatikan aspek tumbuh kembang psikologis anak.
Fokus perhatianya lebih pada memenuhi kebutuhan gizi, materi, dan akademik. Terkait hal ini sebenarnya Islam memberikan tuntunan bagi para orangtua untuk menjaga kesehatan buah hatinya.
Apa saja? Dikutip dari SanadMedia, berikut ulasannya.
Pilih Pasangan Hidup yang Baik
Kepedulian dan perhatian Islam terhadap kesehatan psikologis anak dimulai jauh sebelum ia dilahirkan. Islam mendorong laki-laki memilih calon ibu yang saleha bagi anaknya (calon istrinya). Begitu pula wanita didorong agar memilih calon ayah yang saleh bagi anaknya (calon suaminya). Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “ Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari)
Beliau juga bersabda:
“ Jika ada yang datang kepada kalian hendak meminang, seseorang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Karena jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan juga kerusakan yang meluas.” (HR. At-Tirmidzi)
Alquran mengkritik orang-orang jahiliyah ketika bayi yang terlahir perempuan, mereka menyambutnya dengan penuh kesedihan dan rasa pesimistis. Sikap tersebut terhadap lahirnya anak perempuan termasuk perkara yang diharamkan. Allah SWT berfirman:
Artinya: “ Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) wajahnya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl: 58-59)
Beberapa orangtua memperlakukan anak-anak mereka secara berbeda (pilih kasih). Hal ini tentunya akan sangat berdampak negatif pada kondisi psikologis anak bahkan hingga dewasa.
Oleh karena itu Islam memerintahkan agar orang tua bersikap adil kepada anak-anaknya dalam hal pemberian maupun interaksi dan perlakuan yang mencerminkan rasa kasih sayang.Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata:
Artinya: Suatu ketika Rasulullah saw. sedang berbincang-bincang dengan para sahabat. Tiba-tiba ada seorang anak kecil laki-laki datang menghampiri ayahnya yang berada di tengah-tengah kaum, lalu sang ayah mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di atas paha kanannya.
Tidak lama kemudian, datanglah putrinya dan menghampirinya, lalu ia mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di tanah.
Maka Rasulullah saw. bersabda, “ Bisakah kamu mendudukkannya di atas pahamu yang lain (kiri)?”
Lalu lelaki tersebut mendudukkannya (memangkunya) di atas pahanya yang lain. Kemudian Nabi bersabda: “ Sekarang kamu telah berbuat adil.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dalam An-Nafaqah ‘ala Al-‘Iyal).
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR