Jangan Dimarahi Jika Anak Remaja Tidur Terus, Ternyata Ini Alasannya

Reporter : Mutia Nugraheni
Rabu, 8 Maret 2023 12:48
Jangan Dimarahi Jika Anak Remaja Tidur Terus, Ternyata Ini Alasannya
Remaja harus tidur selama 9,5 jam di malam hari. Lebih lama dibanding durasi tidur normal, yaitu 8 jam.

Dream - Orangtua yang memiliki anak remaja pasti memiliki tantangan tersendiri dalam berkomunikasi. Mereka cenderung menarik diri dan lebih suka menyendiri, dan kerap tidur sepanjang hari.

Hal tersebut sering membuat kesal orangtua. Melihat remaja tidur seharian, memang kadang bikin kesal. Sebelum memarahinya karena kebanyakan tidur, perlu ayah bunda ketahui kalau anak remaja memang membutuhkan durasi tidur yang berkualitas lebih lama untuk tumbuh kembangnya.

" Remaja masih dalam masa pertumbuhan, sehingga membutuhkan tidur ekstra untuk meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan yang sehat,” kata Dr. Shelby Harris, 
Director of Sleep Health di Sleepopolis.

Ia memberi tahu kita bahwa remaja harus tidur selama 9,5 jam di malam hari. Lebih lama dibanding durasi tidur normal, yaitu 8 jam. Hal ini karena di masa remaja anak mengalami perubahan hormon yang drastis, begitu juga tumbuh kembangnya. Tidur akan sangat berdampak untuk mengembalikan energi dan mood-nya agar lebih stabil.

 

1 dari 5 halaman

Sulit Tidur Pada Remaja

Beberapa anak remaja mengalami sulit tidur di malam hari. Hal ini membuatnya terjaga selama semalaman. Pemicunya bisa jadi banyak hal.

Bisa karena level kecemasan yang tinggi, kelelahan, tekanan psikologis baik di sekolah maupun di rumah, hingga kebiasan tidur yang kurang baik. Untuk itu orangtua tetap harus memperhatikan pola tidur anak remajanya.

Anak remaja yang kurang tidur cenderung tidak fit, sulit konsentrasi dan emosinya tak stabil. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar anak remaja memiliki durasi waktu tidur yang cukup dan berkualitas.

1. Tetapkan Pembatasan Waktu Layar
Banyak remaja menghabiskan waktunya untuk bermain ponsel yang membuat mata selalu terjaga. Oleh karena itu, buatlah aturan tak ada screen time 30 menit sebelum tidur.

2 dari 5 halaman

2. Jadikan Tidur Siang Sebagai Kebutuhan

Tak masalah kalau remaja membutuhkan dan menginginkan waktu untuk tidur siang, lho. Biarkan mereka tidur siang selama beberapa menit sehabis pulang sekolah, agar bisa melepas kelelahan.

3. Buatlah Manajemen Waktu yang Baik
Walaupun remaja memiliki kepadatan aktivitas belajar dan sering dikejar deadline, namun waktu istirahat sangat diperlukan. Oleh karena itu, minta mereka membuat manajemen waktu yang baik sehingga tugas-tugas diselesaikan lebih awal dan durasi tidur pun cukup.

4. Kurangi Minuman Berkafein
Minum minuman berkafein akan membuat tidur lebih sulit. Banyak sekali minuman yang dikonsumsi remaja mengandung kafein tinggi. Untuk itu perhatikan juga asupan minuman mereka, terutama yang dalam kemasan.

Laporan Hany Puspita Sari/ Sumber: PureWow

3 dari 5 halaman

Tahan Emosi Saat Remaja Berkata 'Aku Gak Minta Dilahirin', Simak Saran Psikolog

Dream - Salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib, punya pesan penting untuk para orangtua saat mengasuh dan mendidik anak. Hingga kini, pesan tersebut masih sangat relevan dan penting untuk diingat seluruh orangtua.

" Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu," pesan Ali bin Abi Thalib.

Banyak orangtua yang menganggap anak sekarang tidak memiliki sopan santun yang baik, tak seperti zaman dulu yang mendengar derap sepatu orangtuanya dari jauh saja sudah takut. Dulu, saat anak diajak bicara bahkan tak berani menatap mata orangtua dan tak pernah membantah.

Keluhan pun bermunculan, salah satunya karena pikiran kritis anak yang menanyakan soal eksistensinya di dunia. Pertanyaan yang mungkin bisa bikin kepala orangtua 'mendidih', yaitu " kenapa sih aku dilahirin ke dunia? aku kan gak minta dilahirin" .

Mendengar remaja menyatakan hal tersebut dan menanyakan soal eksistensinya setelah lahir, seringkali membuat orangtua emosi. Terutama jika sebelumnya muncul perdebatan sengit antara orangtua dan anak.

 

4 dari 5 halaman

Tanda Pemikiran Kritis

Pertanyaan tersebut sebenarnya merupakan hal normal bagi anak remaja, ketika pikirannya berkembang dan menjadi sangat kritis. Anastasia Satriyo, seorang psikolog anak dan remaja dalam akun Instagramnya @anassatriyo menjelaskan kalau itu merupakan tahap perkembangan remaja secara kognifitf dan psikologis.

" Berpikir/ tahap perkembangan kognitif anak yang otaknya masuk fase remaja. Maka penting untuk orangtua berlatih menjadi teman diskusi/ teman ngobrol anak remaja sehingga anak remaja bisa merasa punya teman diskusi untuk eksplorasi pikiran dan pertanyaan," ungkap Anas.

Menurut Anas, dalam situasi tersebut justru anak sebenarnya butuh teman diskusi. Kemampuan berpikir kritisnya sudah sangat berkembang baik dan mempertanyakan maksud dirinya lahir ke dunia.

Memarahi, mengatakan " anak tak bersyukur" , apalagi melarangnya bertanya dan berpikir justru sangat fatal.

" Dilarang bertanya dan berpikir = mematikan keberhargaan diri remaja," tulis Anas.

 

5 dari 5 halaman

Buka Diskusi

Saat menghadapi pertanyaan yang kritis dari anak remaja, orangtua seringkali tak siap. Respons yang muncul adalah penuh emosi dan menyalahkan. Bila memang menghadapi situasi ini, coba semaksimal mungkin untuk menempatkan diri di posisi si anak remaja.

Jika kepala sudah dalam keadaan dingin dan bisa membuka diskusi, akan sangat baik. Menurut Anas, hal yang bisa dilakukan coba pancing dengan pertanyaan yang bisa memicu diskusi.

" Satu pertanyaan remaja, misalnya 'kenapa sih aku harus lahir?'. Bisa direspons dengan pertanyaan lanjutan dengan nuansa rasa ingin tahu (curiousity) dan empati, 'hoo kenapa kok bisa berpikiran begitu?, 'kalau kamu nggak lahir jadi anak papa mama, kamu kebayangnya sekarang lagi ngapain?', 'apalagi pertanyaan yang ada di pikiran kamu?," ungkap Anas.

Menurut Anas, mengasuh anak remaja sangat bisa memicu pengalaman emosi orangtua saat remaja. Penting bagi ayah dan bunda untuk memproses diri, bertumbuh dan belajar terus menerus.

Hal itu agar bisa berkomunikasi dengan remaja, mampu mengelola emosi menghadapi sikapnya, juga mampu menemaninya berdiskusi dalam hal-hal kritis ketika ia menanyakan eksistensi dirinya. Bukan dengan memintanya diam.

Sumber: Instagram @anassatriyo

Beri Komentar