Ilustrasi
Dream - Ramadan segera datang, seluruh umat muslim bersiap untuk menyambutnya. Persiapan mungkin sudah Sahabat Dream lakukan mulai sekarang, seperti mencuci berbagai perlengkapan ibadah, membuat jadwal salat dan tadarus bersama, atau mungkin menghias rumah dengan nuansa Ramadan.
Hal tersebut memang sangat dianjurkan dan libatkan juga anak-anak, agar mereka bersemangat menyambut bulan suci yang penuh ampunan dan berkah ini. Ibdah wajib selama Ramadan tentunya berpuasa, bagi anak-anak hal tersebut memang cukup berat, tapi tetap harus diajarkan.
Sejak anak berusia 6 atau 7 tahun, penting untuk melatihnya berpuasa. Bisa dengan puasa dari Subuh hingga Zuhur, lalu sampai Ashar, baru kemudian hingga Maghrib. Hal ini karena wajib bagi seorang muslim untuk berpuasa Ramadan seperti halnya melakukan salat. Seperti dalam firman Allah SWT di surah Albqarah ayat 183.
© NU Online
Artinya, “ Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (Al-Baqarah ayat 183).
Perlu diketahui, tidak semua orang diwajibkan puasa. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang berpuasa. Kalau tidak memenuhi persyaratan tersebut, kewajiban puasa tidak berlaku baginya dan tidak berdosa meninggalkannya.
Lalu, dikutip dari NU Online, Abdul Wahab As-Sya’rani dalam Mizanul Kubra mengatakan:
© NU Online
Artinya, “ Ulama empat madzhab menyepakati kewajiban puasa bagi muslim baligh, berakal, suci, mukim, dan mampu berpuasa.”
Bagaimana hukumnya anak kecil berpuasa? Berdasarkan penjelasan ini, orang yang tidak termasuk dalam kategori ini tidak diwajibkan puasa. Misalnya, anak kecil yang belum baligh, orang gila, perempuan yang sedang haidh, atau orang tua yang sudah tidak mampu untuk berpuasa. Kendati anak kecil tidak diwajibkan puasa, para ulama tetap menganjurkan mereka untuk puasa.
Abdul Wahab As-Sya’rani menjelaskan:
© NU Online
Artinya, “ Ulama sepakat anak kecil yang tidak mampu puasa dan orang gila permanen tidak diwajibkan puasa. Tapi anak kecil diminta puasa bila berumur tujuh tahun dan dipukul bila tidak mau puasa ketika umur sepuluh tahun" .
Anjuran memerintahkan anak kecil puasa ini disamakan dengan anjuran shalat. Hal ini sebagaimana dikatakan Rasulullah SAW:
© NU Online
Artinya: “ Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka" .
Sebenarnya anak kecil yang belum baligh tidak diwajibkan puasa, tetapi tetap penting untuk melatih, mengajarkan dan membiasakannya. Pasalnya ibadah ini wajib dilakukannya anak ketika baligh dan ketika mereka sudah wajib menjalani sudah tidak kaget karena terbiasa puasa. Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Ibadah puasa saat Ramadan begitu istimewa bagi umat muslim. Bukan hanya karena pahalanya begitu besar, tapi juga mengajarkan kita untuk mengontrol nafsu diri sendiri.
Hal itulah yang paling sulit, menahan emosi dan tidak berlebihan. Kita harus senantiasa berlatih agar kualitas ibadah puasa terus membaik. Begitu juga bagi anak-anak.
Penting untuk melatih anak berpuasa sejak dini. Awalnya mungkin tak mudah karena anak-anak masih sangat aktif dan kerap haus serta lapar. Belum lagi marah-marah ketika keinginannya tak dituruti.
Anak memang belum wajib berpuasa, tapi sebaiknya tetap dilatih. Terutama ketika sudah berusia 7 tahun. Dikutip dari SanadMedia.com, kewajiban berpuasa sama dengan kewajiban solat, sesuai dengan hadist Rasulullah.
© SanadMedia
Artinya: “ Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.”
Dalam nazam Imrithi juga dikatakan :
© Sanad Media
Artinya: Dan pukullah anak ketika memasuki umur sepuluh, dan perintahlah mereka sholat saat mereka umur tujuh tahun.
Dalam mengajarkan anak berpuasa, orangtua memang membutuhkan kesabaran dan selalu memberi semangat. Ulama Al-Azhar Maulana Syeikh abdul Aziz Syahawi memberikan langkah-langkah untuk melatih anak berpuasa. Layak untuk diikuti, yaitu:
1. Memberikan edukasi kepada anak bahwa puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang harus dikerjakan dan sarana untuk membersihkan diri
2. Memberikannya hadiah yang disukainya sebagai motivasi untuk lebih baik apabila sanggup mengerjakan puasa
3. Melatih anak haruslah dengan bertahap, dengan mengajak berpuasa setengah hari dan berangsur hingga sanggup penuh untuk menjalankannya
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Menjaga kesehatan mental anak sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sayangnya, banyak orangtua tak terlalu memperhatikan aspek tumbuh kembang psikologis anak.
Fokus perhatianya lebih pada memenuhi kebutuhan gizi, materi, dan akademik. Terkait hal ini sebenarnya Islam memberikan tuntunan bagi para orangtua untuk menjaga kesehatan buah hatinya.
Apa saja? Dikutip dari SanadMedia, berikut ulasannya.
Pilih Pasangan Hidup yang Baik
Kepedulian dan perhatian Islam terhadap kesehatan psikologis anak dimulai jauh sebelum ia dilahirkan. Islam mendorong laki-laki memilih calon ibu yang saleha bagi anaknya (calon istrinya). Begitu pula wanita didorong agar memilih calon ayah yang saleh bagi anaknya (calon suaminya). Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda:
© Sanad Media
Artinya: “ Wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Al-Bukhari)
Beliau juga bersabda:
© Sanad Media
“ Jika ada yang datang kepada kalian hendak meminang, seseorang yang kalian ridhai agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Karena jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan juga kerusakan yang meluas.” (HR. At-Tirmidzi)
Alquran mengkritik orang-orang jahiliyah ketika bayi yang terlahir perempuan, mereka menyambutnya dengan penuh kesedihan dan rasa pesimistis. Sikap tersebut terhadap lahirnya anak perempuan termasuk perkara yang diharamkan. Allah SWT berfirman:
© Sanad Media
Artinya: “ Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) wajahnya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl: 58-59)
Beberapa orangtua memperlakukan anak-anak mereka secara berbeda (pilih kasih). Hal ini tentunya akan sangat berdampak negatif pada kondisi psikologis anak bahkan hingga dewasa.
Oleh karena itu Islam memerintahkan agar orang tua bersikap adil kepada anak-anaknya dalam hal pemberian maupun interaksi dan perlakuan yang mencerminkan rasa kasih sayang.Diriwayatkan dari Al-Hasan, ia berkata:
© Sanad Media
Artinya: Suatu ketika Rasulullah saw. sedang berbincang-bincang dengan para sahabat. Tiba-tiba ada seorang anak kecil laki-laki datang menghampiri ayahnya yang berada di tengah-tengah kaum, lalu sang ayah mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di atas paha kanannya.
Tidak lama kemudian, datanglah putrinya dan menghampirinya, lalu ia mengusap-usap kepalanya dan mendudukkannya di tanah.
Maka Rasulullah saw. bersabda, “ Bisakah kamu mendudukkannya di atas pahamu yang lain (kiri)?”
Lalu lelaki tersebut mendudukkannya (memangkunya) di atas pahanya yang lain. Kemudian Nabi bersabda: “ Sekarang kamu telah berbuat adil.” (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya dalam An-Nafaqah ‘ala Al-‘Iyal).
Penjelasan selengkapnya baca di sini.