Sedang Mencari Nama Anak? Hindari Nama yang Dimakruhkan dalam Islam

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 19 Mei 2023 06:00
Sedang Mencari Nama Anak? Hindari Nama yang Dimakruhkan dalam Islam
Perlu diingat, bagi umat muslim ada nama-nama yang sebaiknya dihindari karena memiliki makna yang kurang baik.

Dream - Memilih nama untuk buah hati yang masih dalam kandungan kerap membingungkan orangtua. Tentunya ayah bunda ingin mendapatkan nama terbaik dan bermakna untuk si kecil.

Perlu diingat, bagi umat muslim ada nama-nama yang sebaiknya dihindari karena memiliki makna yang kurang baik. Biar ayah bunda tak salah memilih nama, berikut beberapa nama yang dimakruhkan dalam Islam dan sebaiknya jangan digunakan untuk menamai anak, dikutip dari Buku Ensiklopedia Anak Tanya Jawab Tentang Anak Dari A sampai Z karya Abu Abdillah Ahmad bin Ahmad Al-Isawi.

Bisa menimbulkan Ganjalan
Dimakruhkan memberi nama yang mengandung arti keberkahan, kebaikan atau yang menimbulkan rasa optimistis berlebihan, seperti nama Aflaha (beruntung), Naafi‘ (bermanfaat), Rabaah (keuntungan), Yasaar (kemudahan) dan lain-lain.

Maksudnya agar tidak menimbulkan ganjalan dalam hati ketika yang dipanggil tidak berada di tempat sehingga dikatakan, “ Tidak ada”, sehingga seakan-akan mengatakan bahwa (misalnya) “ Keberuntungan tidak ada”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

HR Muslim© Hr Muslim

Artinya: Jangan kalian namai hamba sahaya (atau anak) kalian dengan nama Yasaar, Rabaah, Najiih dan Aflaha. Sebab apabila kamu bertanya, “ Apakah dia ada?” Jika ternyata tidak ada maka akan dijawab, “ Tidak ada.” (HR. Muslim no. 2137)

Maksud hadits di atas adalah misalnya apabila si hamba bernama Rabaah (beruntung), lalu ditanya, “ Apakah Rabaah (keberuntungan) ada di sana?” Jika ternyata tidak ada maka akan dijawab, “ Rabaah tidak ada (tidak ada keberuntungan)" . Oleh karena itu nama seperti itu dimakruhkan.

 

1 dari 5 halaman

Bermakna pujian pada diri sendiri

Bayi© Shutterstock

Dimakruhkan memberi nama yang mengandung tazkiyah (pujian terhadap diri sendiri), seperti Barrah (wanita yang baik dan berbakti) dan Mubaarak (yang diberkahi), padahal boleh jadi orangnya tidak demikian. Dalam hadits, Muhammad bin Amr bin ‘Atha ia berkata," Putriku aku beri nama Barrah, lalu Zainab binti Abu Salamah berkata kepadaku,’Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang menggunakan nama ini. Dahulu aku bernama Barrah, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “ Janganlah kalian memuji diri sendiri! Sesungguhnya Allah lebih mengetahui siapa yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim)

 

2 dari 5 halaman

Bermakna Paling

Dimakruhkan memberi nama dengan kata benda dan sifat musyabbah (menunjukkan arti “ paling” atau “ ter”) yang disandarkan kepada lafazh “ diin” (agama) atau “ Islam”, seperti nama Dhiyaauddin (cahaya agama), Nuuruddin (cahaya agama), Saiful Islam (pedang Islam), Zainul Abidin (perhiasan orang-orang yang ahli ibadah).

Bayi© Shutterstock

Bermakna negatif
Makruh memberi nama dengan nama yang arti atau lafazhnya mengandung kesan jelek dan negatif. Contohnya, Harb (perang), Murrah (pahit), Kalb (Anjing), Hayyah (ular), Jahsy (kasar), Baghal (kuda poni atau keledai) dan yang semisalnya.Syaikh Nashiuruddin berkata dalam Silsilatu al-Haadits ash-Shahihah (1/379), “ Di antara nama jelek yang bayak dipakai orang sekarang dan harus segera diganti seperti: Wishaal (senggama), Sihaam (panah), Nehaad (gadis montok), Ghaadah (gadis yang lembut), Fitnah (daya tarik) dan yang semisalnya.

Penjelasannya selengkapnya baca di sini.

3 dari 5 halaman

Rasulullah Contohkan Cara Paling Tepat untuk Nasihati Anak

Dream - Adab dan akhlak merupakan dasar penting yang harus diajarkan orangtua pada anak-anaknya. Seperti kita tahu, anak tak luput dari kesalahan dan belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk secara patut.

Untuk itu orangtua harus senantiasa mengingatkan dengan nasihat. Dalam menyampaikan teguran atau nasihat, Nabi Muhammad SAW, memberi contoh yang sangat baik yaitu dengan menghormati dan menyayangi anak.

Diriwayatkan dari Ummi Khalid binti Khalid bin Sa’id, ia berkata, “ Aku mendatangi Rasulullah SAW yang bersama ayahku. Aku mengenakan baju berwarna kuning. Rasulullah SAW bersabda, ‘Sanah, sanah.’ (bahasa Habsyi, artinya hasanah: bagus). Lalu aku beringsut ke depan, bermain-main dengan kancing Rasulullah SAW, dan ayahku mencegahku. Rasulullah SAW pun bersabda, ‘Biarkanlah ia.’” (HR. Bukhari)

Dari hadis di atas dapat disimpulkan betapa bijaksana dan tawadhu’ sikap Rasulullah. Beliau tidak marah apalagi membentak Ummi Khalid yang tengah bermain-main dengan kancing beliau.

Rasulullah SAW telah memerintahkan kita sebagai umat muslim untuk selalu bersikap lemah lembut, bahkan jika seseorang melakukan kesalahan. Sebagaimana hadis riwayat dari Aisyah:

“ Sesungguhnya Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Lembut dan mencintai kelemahlembutan. Allah SWT memberikan kepada orang yang penuh kelembutan sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang kejam.” (HR. Muslim)

 

4 dari 5 halaman

Nasihati di Waktu Ini

Dikutip dari DalamIslam.com, ada waktu yang tepat untuk menasihati anak. Dalam buku Cara Nabi Mendidik Anak oleh Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid, disebutkan bahwa ada tiga waktu yang tepat untuk menasihati anak, yakni:

Saat berjalan-jalan
Rasulullah SAW disebutkan pernah mengajak anak kecil ke sebuah tempat rahasia secara sembunyi-sembunyi untuk memberikan nasihat. Salah satu yang mengalami hal ini adalah Abdullah bin Ja’far, dan tertuang dalam hadis:

“ Pada suatu hari Rasulullah SAW pernah memboncengku. Beliau mengatakan sesuatu kepadaku dengan berbisik. Perkataan beliau itu tidak pernah kuceritakan kepada siapapun" . (HR. Muslim)

Contoh lain ketika Nabi Muhammad SAW tengah menaiki seekor baghal dengan Ibnu Abbas. Baghal itu sendiri dihadiahkan oleh Kisra. Ibnu Abbas duduk membonceng di belakang. Beberapa saat dalam perjalanan, Nabi Muhammad menoleh ke belakang, ke arah Ibnu Abbas. Beliau pun bersabda:

“ Wahai anak muda!”
“ Saya ya, Rasulullah,” jawab Ibnu Abbas.
“ Jagalah Allah, kamu pasti akan dijagaNya!” (HR. Tirmidzi)

 

5 dari 5 halaman

Saat Makan dan Saat Sakit

Saat Makan
Saat makan adalah saat yang tepat bagi orangtua untuk memberi nasihat kepada anak. Itulah mengapa saat anak makan, orangtua sebaiknya mendampingi anak. Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasulullah SAW. Beliau selalu ada saat anak makan. Mendampingi anak sekaligus memperhatikan segala tindakan mereka. Apabila anak melakukan kesalahan, Nabi Muhammad SAW langsung meluruskan dengan kalimat lemah lembut. Hal ini juga dikatakan oleh Umar bin Salamah ra dalam hadis, yakni:

“ Ketika masih anak-anak, aku pernah dipangku Rasulullah SAW. Tanganku melayang ke arah sebuah nampan berisi makanan. Rasulullah SAW berkata padaku, “ Nak, bacalah Basmalah, lalu makanlah dengan tangan kanan, dan ambillah makanan yang terdekat denganmu!” Maka seperti itulah cara makanku seterusnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Itu artinya, Nabi Muhammad SAW selalu mengajak anak-anak untuk makan dekat dengan beliau dengan ajakan yang lemah lembut. Setelah itu, barulah beliau membimbing mereka tentang cara makan yang baik.

Saat Anak Sakit
Saat anak sakit adalah salah satu waktu yang tepat untuk memberi nasihat kepada anak, sebab pada kondisi itu biasanya hati anak akan menjadi lebih lembut, sehingga ia mau mendengar nasihat dari orangtua dan mulai menyadari kesalahannya.

Suatu waktu Nabi Muhammad SAW menjenguk seorang anak Yahudi yang tegah sakit. Biasanya, anak itu selalu melayani Nabi. Saat Nabi Muhammad SAW datang ke rumah anak tersebut dan duduk di samping kepalanya, Nabi pun bersabda,

“ Islamlah!”
Anak itu memandang ke arah ayahnya yang saat itu juga dekat dengannya.
“ Ikutilah Abul Qasim (Nabi Muhammad SAW),” ujar ayahnya.
Anak itu pun akhirnya menyatakan keislamannya. Maka Nabi Muhammad SAW ke luar sambil bersabda, “ Alhamdulillah. Allah telah menyelamatkannya dari api neraka.” (HR. Bukhari dari Anas)

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Beri Komentar