Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Memiliki anak usia remaja, pola asuh orangtua tentunya akan berubah. Remaja identik dengan sikap penuh risiko, lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-temannya dan kurang suka berkomunikasi dengan orangtua.
Lalu bagaimana jika anak remaja justru lebih suka menyendiri? Pastinya akan menimbulkan kekhawatiran. Pasti akan muncul asumsi, apakah anak mengalami bullying, punya masalah pribadi serta hal negatif lainnya.
Jika cukup dekat dengan anak, mungkin orangtua tak perlu khawatir jika mengetahui anaknya memiliki karakter suka menghabiskan waktunya sendiri karena ternyata ini adalah tanda yang positif.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam Journal of Adolescence dan dilakukan di University of California menemukan bahwa anak remaja yang memilih menghabiskan waktunya sendiri kemungkinan besar tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri, karena kesendirian (solitude) bukan berarti tanda mengurung diri atau depresi.
Dengan kata lain, ketika anak lebih suka membaca buku di rumah, nyaman menghabiskan waktu dengan keluarga atau hewan peliharaan namun tetap bisa mempertahankan kehidupan sosialnya dengan baik dengan teman-temannya, ini bukanlah tanda bahaya.
Dalam hal ini, menghabiskan waktu sendiri adalah sepenuhnya keputusan dan keinginan anak dan mereka tahu apa yang ia mau dan sedang merencanakan sesuatu dengan mengikuti kata hatinya. Namun untuk memastikan anak baik-baik saja, tetap pantau kegiatannya ya Moms.
Laporan Febi Anindya Kirana/ Sumber: Fimela.com
Dream - Banyak orangtua mengeluhkan sulitnya menghadapi anak remaja. Terutama ketika si anak memasuki usia 12 tahun ke atas. Pada masa-masa ini memang jadi momen yang sangat menantang bagi orangtua.
Anak mulai suka mendebat, lebih ekspresif dalam mengeluarkan pikirannya dan semakin kritis. Bukan lagi anak-anak yang selalu menurut orangtuanya. Novita Tandry, seorang psikolog anak mengungkap orangtua harus menyiapkan diri dan mental menghadapi anak-anak di usia puber.
" Memasuki usia puber, anak mulai beranjak dewasa. Hormonal berperan sangat besar. Emosinya begitu tinggi mempengaruhi perilakunya, kadang tenang, benar-benar seperti roller coaster. Orangtua wajib tahu, dan ini merupakan proses normal dan alami," ungkap Novita, saat dihubungi Dream.co.id, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, penting bagi orangtua untuk memahami tahap perkembangan seorang anak. Termasuk lebih peka dalam mengenali karakter buah hati agar bisa menghadapi sikap 'pemberontaknya' dengan mulus.
Puber itu masa pra remaja, yang merupakan tantrum sesi kedua. Dalam tahapan perkembangan tersebut, emosi kerap mendominasi perilaku anak.
" Orangtua pasti pernah mengalaminya dan harus membimbing anak melewati masa perkembangan tersebut dengan baik. Anak kan belum pernah dewasa, jadi bingung dengan emosinya. Kita yang dewasa pernah ada di posisi itu, jadi kita yang lebih sabar, lebih peka, bukan menuntut mereka bersikap baik tanpa membimbingnya," ungkap Novita.
Menghadapi anak yang masuk usia puber, ia juga meminta orangtua untuk lebih banyak mendengarkan dan mendalami karakter anak. Mendengarkan keluh kesahnya dan membuat keputusan besar dengan melibatkan mereka.
Penting bagi orangtua untuk benar-benar memahami karakter anak, apa yang ia sukai dan tidak sukai.
" Dengarkan pendapat mereka, anak-anak sudah beranjak dewasa mereka sudah semakin pintar dan berbicaralah secara fokus dan jangan anggap mereka balita lagi. Perbanyak diskusi dan berbicaralah dua arah," pesan Novita.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik