Keluarga Muslim/ Foto: Shutterstock
Dream - Pengorbanan, perlindungan dan apapun dilakukan orangtua untuk membuat anak-anaknya merasa nyaman dan tak menderita. Mulai dari mencari nafkah dengan kerja keras, mendoakannya siang malam, hingga kadang melakukan hal yang sebenarnya tak perlu, agar anak tak merasa kesusahan.
Satu hal yang kadang orangtua lupa, anak kelak akan dewasa dan melewati proses kehidupan dan cobaan yang juga berat. Untuk itu penting menananamkan pada hati anak-anak keyakinan akan rahmat Allah SWT dan bahwa semua takdir yang ditentukan-NYA adalah yang terbaik.
Hal ini bisa dipetik dari kisah seorang alim yang namanya diabadikan dalam Alquran yaitu Luqman Al-Hakim. Dikutip dari NU Online, di antara nasihat terkenal yang disampaikan Luqman kepada anaknya adalah agar selalu bersyukur kepada Allah. Menurut Luqman, tidak ada takdir buruk karena semuanya sudah diperhitungkan dengan matang oleh Allah.
Dikisahkan dari Said bin Musayyab, Luqman menasihati anaknya agar meyakini bahwa apa yang telah diberikan oleh Allah, baik yang disukai maupun tidak, sesungguhnya itu adalah yang terbaik.
“ Wahai ayah, saya belum bisa melakukannya sebelum saya membuktikannya sendiri,” jawab anaknya Luqman, sebagaimana ditulis oleh Imam Ibnul Jauzy dalam Kitab ‘Uyunul Hikayat (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1971, halaman 109-110).
Mendengar hal itu, Luqman mengajak anaknya untuk menemui seorang nabi di zamannya agar bisa mendapatkan penjelasan yang lebih rinci sehingga bisa mendapatkan pemahaman yang utuh.
" Mari ayah, kita temui nabi tersebut," jawab anaknya.
Setelah bersepakat, keduanya mulai menyiapkan diri untuk menemui sang Nabi. Berbagai hal disiapkan mengingat perjalanan yang akan ditempuh cukup berat dan jauh, termasuk 2 ekor keledai yang akan menjadi tunggangan Luqman dan anaknya. Setelah berhari-hari menempuh perjalanan, keduanya sampai di sebuah gurun yang sangat tandus.
Bekal makanan dan minuman pun semakin menipis, energi Luqman dan anaknya mulai menurun. Dua keledai yang ditunggangi pun semakin lambat jalannya. Keduanya kemudian memutuskan untuk turun dari keledai dan melanjutkan perjalanan sambil jalan kaki. Dalam kondisi itu, Luqman melihat jauh di depannya ada sebuah penampakan berwarna hitam dan asap yang menggumpal.
" Bayangan hitam berarti pohon, asap berarti pemukiman penduduk," ucap Luqman dalam hatinya. Keduanya terus melangkah agar bisa segera sampai pemukiman. Saat berjalan, anaknya Luqman menginjak tulang hingga terjatuh dan pingsan. Luqman sendiri masih fokus melangkah dan mengira semuanya baik-baik saja. Saat menoleh ke belakang, Luqman baru menyadari bahwa anaknya terjatuh dan pingsan.
Ia pun bergegas menghampiri anaknya. Sambil menangis, Luqman menyobek surbannya untuk membungkus kaki anaknya yang terluka. Saat menatap wajah anaknya, air mata Luqman menetes ke pipi anaknya hingga membuat anak kesayangannya itu siuman.
“ Ayah mengapa menangis, bukannya apa yang menimpa saya ini adalah yang terbaik?” ucap anaknya sambil mengeluh kepada Luqman, mengingat semua bekal sudah habis dan keduanya masih di tengah gurun pasir. “ Anakku, aku menangis karena perasaan sedih seorang ayah kepada anaknya.
Mengenai pertanyaanmu, bagaimana bisa kejadian ini lebih baik bagimu, mungkin di depan nanti kita akan mendapatkan jawabannya. Bisa jadi musibah ini lebih ringan daripada musibah yang ada di depan sana, sehingga Allah menghentikan kita di sini dengan musibah ini,” jawab Luqman menenangkan anaknya.
Usai menenangkan anaknya, Luqman menoleh ke depan. Ternyata bayangan hitam dan asap yang sebelumnya terlihat sudah tidak tampak lagi. “ Sudahlah. Mungkin Allah sudah menyiapkan rencana lain,” kata Luqman dalam hatinya.
Tidak lama kemudian dari jauh muncul sosok berpakaian putih yang menunggangi kuda. Luqman terus memperhatikan sosok yang terus mendekatinya itu. Anehnya, saat sudah dekat sosok itu seperti menghilang namun suaranya tetap terdengar. “ Apakah kamu Luqman?” tanya sosok yang tidak terlihat itu. “ Iya benar, saya Luqman.
Wahai Hamba Allah, siapa engkau sebenarnya? Saya bisa mendengar suaramu tapi tidak melihat wujudmu" . “ Aku Jibril, hanya malaikat Muqarrabun dan Nabi saja yang bisa melihatku,” jawab sosok itu.
“ Jika kamu Jibril, tentu kamu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” tanya Luqman. Jibril kemudian menjelaskan bahwa ia ditugaskan oleh Allah untuk menghancurkan kota yang ada di depan sana berikut penduduknya.
Pada saat yang hampir bersamaan, Jibril mengetahui bahwa Luqman dan anaknya sedang berjalan menuju kota tersebut. Jibril kemudian memohon kepada Allah agar Luqman dan anaknya ditahan supaya tidak sampai kota dan tidak ikut luluh lantak bersama penduduk setempat. Jibril kemudian mengusap kaki anaknya Luqman yang terluka, tidak lama kemudian kakinya itu sembuh seperti sedia kala.
Tempat makanan dan minuman yang dibawa Luqman juga menjadi penuh setelah diusap oleh Jibril. Tidak lama kemudian Jibril mengangkat keduanya dan mengembalikan ke kota asalnya. Dari kisah ini dapat kita petik pelajaran bahwa sebenarnya tidak ada takdir yang buruk karena semuanya pasti ada hikmah tersembunyi. Bisa jadi hikmah itu baru disadari esok, lusa, atau bahkan beberapa waktu kemudian.
Selengkapnya baca di sini.
Dream - Memiliki anak yang pintar dan sholeh/ sholeha jadi dambaan setiap orangtua muslim di dunia. Untuk mewujudkannya tentu tak mudah. Kita harus mendidik dan mengasuh sesuai syariat Islam
Ada satu pelajar penting dari kehidupan Said Nursi, seorang pembaharu Islam dari Turki yang berpikiran modern dan moderat. Ia menulis lebih dari 130 risalah. Sejak kecil ia dikenal sebagai seorang anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa dan akhlak yang baik sehingga terlihat begitu cemerlang di antara yang lainnya.
Dikutip dari Iqra.id, Syekh Fathullah Effendi yang merupakan guru dari Said Nursi memberinya gelar Badiuzzaman yang artinya “ Kekaguman Zaman” karena kecemerlangannya. Diceritakan bahwa Said Nursi dapat menghafal sebuah kitab hanya dalam waktu yang sangat singkat.
Saking cerdas dan pandainya, Said Nursi membuat teman-temannya iri dan minder, sehingga banyak murid yang protes ke guru-gurunya karena kemampuannya melampaui jauh teman-temannya, dan guru-guru cenderung lebih sayang kepadanya.
Kecerdasan Said Nursi membuat para guru penasaran bagaimana orangtua Said Nursi merawat dan membesarkannya sehingga menjadi anak yang cerdas. Berangkatlah para guru ke desa tempat di mana orangtua Said Nursi tinggal. Said Nursi tinggal dan belajar di Istanbul sedangkan orang tuanya tinggal dan hidup di pedesaan.
Sesampainya di rumah orangtua Said Nursi, ditanyakanlah rahasia bagaimana Said Nursi bisa menjadi seorang yang pandai dan cerdas kepada ibunya. Ibu Said Nursi menjawab:
“ Ketika sebelum hamil, sedang hamil, melahirkan, menyusui dan sampai membesarkan Said Nursi aku selalu melanggengkan wudu. Selalu menjaga keadaan tetap suci, ketika batal maka aku langsung berwudhu kembali.”
Maka diketahui rahasia dari ibunya bahwa ia selalu dalam keadaan suci dikarenakan menjaga wudu setiap saat.
Para guru masih penasaran, adakah rahasia amalan yang dilakukan ayah Said Nursi sehingga mempunyai anak yang pandai dan cerdas. Ketika ayah Said Nursi pulang dari perkebunan dengan menuntun seekor sapi, ditanyakanlah kembali pertanyaan yang sudah ditanyakan kepada ibunya, yakni bagaimana rahasianya mempunyai anak yang pandai dan cerdas seperti Said Nursi.
Sang ayah menjawab, “ Lihatlah kepada sapiku, mulutnya dalam keadaan terikat mulai dari perkebunan sampai pulang kembali ke rumah, itulah rahasianya.”
Para guru kebingunan, apa hubungannya kecerdasan anak dengan mulut sapi yang terikat? Ayah Said Nursi kemudian menjelaskan, “ Aku mengikat sapiku karena khawatir selama perjalanan sapi ini memakan rumput atau daun yang ada di jalan atau di pekarangan tetangga. Karena rumput dan daun itu tentu saja bukan milikku, aku menjaga supaya sapi ini tidak memakan sesuatu yang syubhat dan haram.
" Sehingga dipastikan aku mendapatkan rizki dari hasil pekerjaan dan sumber yang benar-benar jelas kehalalannya, dan tidak memberikan makanan kepada istri dan anakku dengan sesuatu yang haram dan syubhat.”
Selengkapnya baca di sini.
Advertisement