TikTok @oconugroho
Dream - Gadget memiliki dua sisi, bisa membantu orangtua dalam mengasuh anak, tapi juga sebaliknya, yaitu memicu masalah tumbuh anak. Saat ini banyak orangtua mengandalkan gadget untuk menghibur anak dan membuatnya duduk manis.
Solusi ini memang sangat praktis, tapi sayangnya bisa berdampak buruk secara jangka panjang. Salah satunya adalah pada anak balita, kemampuan berbicaranya menjadi terlambat.
Seperti yang dialami pemilik akun TikTok @oconugroho. Ia membagikan pengalamannya yang memiliki anak 4 tahun dan masih belum bisa berbicara dengan jelas.
Setelah diperiksa, ternyata sang anak mengalami keterlambatan bicara. Salah satu pemicunya adalah putranya itu selalu bermain gadget. Termasuk saat makan.
Tak tinggal diam, akhirnya gadget ditarik. Tentu ini tak mudah. Awalnya sang anak mengamuk dan menangis hebat.
Gadget memang membuat anak tidak mendapat stimulasi bicara dengan optimal. Jika terus memakai gadget, maka keterlambatan bicaranya akan semakin parah dan akan berdampak pada tumbuh kembangnya secara keseluruhan.
Orangtua bocah tersebut mengungkap kalau harus sabar dan konsisten. Ayah ibu juga penting untuk kompak, untuk terus membatasi gadget.
Jika terus dilakukan dengan disiplin, Insyaallah akan berbuah manis. Setelah melewati fase ngamuk tanpa gadget, putra mereka kini lebih tenang, tak emosian dan bisa makan tanpa melihat gadget.
Unggahan video tersebut pun viral. Banyak warganet yang ikut berkomentar.
" good boy. good mum.. .. bagi anak menikmati dunia sperti kita dulu2..," tulis akun Asma Wan Teh.
" mantap bro didikan mu semoga anakmu sukses selalu," komentar akun Oldboy.
@oconugroho belajar tanpa gadget. ahirnya 🥲 #anak #parentsoftiktok #speechdelay #anakpintar #terapianak #terapiwicara #telatbicara #fyp#foryou#foryoupage #ayahhebat #ibuhebat #orangtua ♬ suara asli - Sadvibes🥀
Dream - Sebagai orangtua, banyak kebutuhan anak yang harus kita penuhi sebagai bentuk tanggung jawab. Selama ini, pemenuhan materi untuk anak dianggap yang paling utama dan selalu diusahakan maksimal oleh banyak orangtua.
Sebenarnya, ada satu kebutuhan yang juga sama pentingnya, yaitu kebutuhan emosi. Dikutip dari Sehatq, kebutuhan emosional adalah kebutuhan yang bisa membuat perasaan menjadi lebih tenang, utuh, dan bahagia.
Saat kebutuhan itu tak terpenuhi, orangtua melakukan “ childhood emotional neglect” atau “ pengabaian emosi” dan hal tersebut sering tak disadari. Dokter Shela P. Sundawa, spesialis anak, menjelaskan dalam akun Instagramnya @oxfara, childhood emotional neglect adalah kegagalan orangtua dalam memenuhi kebutuhan emosional anak selama tahun awal kehidupannya.
" Pada kondisi ini kebutuhan emosional anak akan kasih sayang, dukungan atau perhatian diabaikan. Pengabaian anak secara emosional sebenenarnya sering ditemui tetapi sulit dikenali oleh orang luar," ungkap dr. Shela.
Seperti apa cirinya? Menurut dr Shela, pengabaian emosi kerap dilakukan orangtua yang terlalu fokus pada pencapaian kecerdasan (IQ), menganggap kehidupan anak dalam kendalinya, mengarahkan semua perhatian hanya pada dirinya sendiri serta menyangkal perasaan atau pikiran anak.
Contohnya saat anak berkata " ibu aku capek" , lalu direspons dengan " masa gitu aja capek, ga mungkinlah, kamu kan tadi tidur siang" . Bisa juga karena orangtua tidak berniat untuk mengabaikan emosi anak, namun tidak tahu cara merespons emosi anak.
" Bila seorang anak menyatakan emosi negatif (marah, sedih, capek, kesal dst) dan orangtua menyangkal, anak anak menyimpulkan bahwa apa yang dirasakannya tidak benar. Lain waktu jika anak sedang sedih maka ia akan bingung betulkah dia memang sedang sedih," ungkap dr Shela.
Jika dibiarkan pengabaian emosi tersebut akan berdampak jangka panjang. Risiko yang muncul di kemudian hari ketika anak dewasa yaitu depresi, gangguan kecemasan, gangguan penggunaan zat, dan gangguan kepribadian.
Untuk itu mulai sekarang berusahalah merespons emosi anak, baik itu emosi positif maupun negatif. Buatlah anak tak merasa sendiri, dan beritahu padanya hal yang ia rasakan bukan sesuatu yang salah. Tekankan juga pada anak bahwa anak akan dimintai tanggung jawab atas perilaku dan bukan emosinya.
" Ajarkan dia mentolerir, mengelola dan mengungkapkan perasaannya," pesan dr. Shela.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia