Listyo Sigit Prabowo, Kisah Jenderal Penggulung Jenderal

Reporter : Edy Haryadi
Sabtu, 8 Oktober 2022 17:23
 Listyo Sigit Prabowo, Kisah Jenderal Penggulung Jenderal
Ia menapak karier dari bawah.

Dream -  Selasa, 9 Agustus 2022. Jarum jam di dinding sudah menunjuk hampir jam tujuh malam. Tapi ruang Rupatama Mabes Polri, Markas Besar Kepolisian  RI, di Jalan Trunojoyo Nomor 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu,  masih ramai.

Petugas kepolisian bermasker nampak lalu lalang. Mengatur mimbar dan merapikan mikropon. Puluhan juru warta juga sudah hadir. Mereka dipisah oleh garis plastik pemisah bertulis Divisi Humas Mabes Polri.

Di depan juru warta, ada sebuah mimbar kayu disertai mikropon. Di sebelahnya ada lagi dua tiang mikropon yang berdiri tanpa mimbar. Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba. Beberapa petinggi Polri berbintang memasuki ruangan.

Salah satunya, seorang pria berbintang empat. Ia langsung menuju mimbar bermikropon. Sementara barisan jendral polisi lainnya yang berbintang tiga dan dua berdiri di belakangnya.

Jendral polisi bintang empat itu membawa beberapa helai kertas. Ia meletakkannya di atas mimbar. Lalu dia membuka masker hitamnya. Jendral itu adalah Kepala Kepolisian RI atau Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Sebagai pembukaan, ia mengatakan akan menyampaikan perkembangan terbaru terkait peristiwa tindak pidana yang terjadi di Duren Tiga tentang kematian Brigadir J. Karena menurutnya ini juga merupakan komitmen Polri dan juga menjadi penekanan Presiden untuk mengungkap kasus ini secara cepat, transparan, dan akuntabel

Dia juga mengutip perintah Presiden Joko Widodo agar jangan ragu-ragu, jangan ada yang ditutup-tutupi, ungkap kebenaran apa adanya. Agar jangan sampai menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Dan ini tentunya menjadi perintah dan amanat yang harus dilaksanakan

Ia lalu melanjutkan: “ Timsus (tim khusus) telah melakukan pendalaman terhadap laporan awal tembak-menembak antara Saudara J (Nofriansyah Yosua Hutabarat) dan Saudara RE (Richard Eliezer) di Duren Tiga yang ditangani oleh Polres Metro Jakarta Selatan dan juga dilakukan pemeriksaan di Divpropam Polri dan juga Polda Metro di mana pada saat pendalaman dan olah TKP (tempat kejadian perkara) ditemukan ada hal-hal yang menghambat proses penyidikan dan kejanggalan-kejanggalan yang juga kita dapatkan seperti hilangnya CCTV dan hal-hal lain sehingga muncul dugaan ada hal-hal yang ditutupi dan direkayasa..

“ Oleh karena itu, dalam rangka membuat terang peristiwa yang terjadi, Timsus telah melakukan pendalaman dan ditemukan adanya upaya-upaya untuk menghilangkan barang bukti, merekayasa, menghalangi proses penyidikan sehingga proses penanganannya menjadi lambat. Tindakan yang tidak profesional pada saat penanganan dan olah TKP  serta tindakan-tindakan tidak profesional lain pada saat penyerahan jenazah almarhum J di Jambi.

“ Oleh karena itu, untuk membuat dan menghilangkan hambatan-hambatan penyidikan beberapa waktu lalu kami telah mengambil keputusan penonaktifan Kapolres Metro Selatan (Kombes Pol Budhi Herdi Susianto), Karo Paminal (Brigadir Jenderal Hendra Kurniawan), Kadiv Propam Polri (Inspektur Jendrel Ferdy Sambo), Karo Provos (Brigadir Jendral Benny Ali).

“ Kemudian Timsus juga telah melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran kode etik profesi Polri ataupun tindakan untuk merusak, menghilangkan barang bukti, mengaburkan dan merekayasa dengan melakukan mutasi ke Yanma Polri dan saat ini semuanya dilakukan pemeriksaan

“ Kemarin ada 25 personel yang kita periksa dan saat ini bertambah menjadi 31 personel.

Kapolri saat jumpa pers pengumuman Ferdy Sambo sebagai tersangka

(Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. saat jumpa pers 9 Agustus 2022 yang umumkan Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka pembunuhan Brigadir J/Merdeka)

“ Kita juga telah melakukan penempatan khusus pada 4 personel beberapa waktu yang lalu dan saat ini bertambah menjadi 11 personel Polri terdiri dari: satu Bintang 2, dua Bintang 1, dua Kombes, Tiga AKBP, dua Kompol, satu AKP. Dan ini kemungkinan masih bisa bertambah.

“ Selanjutnya, untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam penanganan kasus ini, kita telah melibatkan pihak-pihak eksternal seperti rekan-rekan di Komnas HAM yang saat ini masih terus bekerja dan juga mitra kami di Kompolnas selaku pengawas kepolisian.

“ Kami juga telah memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada masyarakat terutama keluarga korban seperti beberapa waktu yang lalu kita berikan ruang autopsi ulang atau ekshumasi dan juga melayani laporan polisi dari pihak korban dan tentunya ini adalah merupakan wujud transparansi yang kami lakukan.

Alhamdulillah saat ini Timsus telah mendapatkan titik terang dengan melakukan proses-proses penanganan dan pemeriksaan secara saintifik dengan melibatkan kedokteran forensik, olah TKP dengan melibatkan tim Puslabfor untuk menguji balistik mengetahui perkenaan alur dan tembakan, pendalaman terhadap CCTV dan handphone oleh Puslabfor, biometric identification oleh Pusinafis serta tindakan lain yang tentunya bersifat ilmiah dan juga kami menemukan persesuaian dalam pemeriksaan yang telah kita lakukan terhadap saksi-saksi yang berada di TKP termasuk saksi-saksi lain yang terkait, juga Saudara RE, Saudara RR, Saudara KM, Saudara AR dan Saudara P dan Saudara FS.

“ Ditemukan perkembangan baru bahwa tidak ditemukan, saya ulangi, tidak ditemukan fakta peristiwa tembak menembak seperti yang dilaporkan.

“ Saya ulangi. Tidak ditemukan fakta peristiwa tembak-menembak seperti yang dilaporkan awal.

“ Tim khusus menemukan bahwa peristiwa yang terjadi adalah peristiwa penembakan terhadap Saudara J yang menyebabkan Saudara J meninggal dunia yang dilakukan oleh Saudara RE atas perintah Saudara FS.

“ Saudara RE telah mengajukan JC (justice colborator) dan saat ini itu juga yang membuat peristiwa ini menjadi semakin terang.

“ Kemudian, untuk membuat seolah-olah telah terjadi tembak-menembak, Saudara FS (Irjen Ferdy Sambo) melakukan penembakan dengan senjata milik Saudara J ke dinding berkali-kali untuk membuat kesan seolah telah terjadi tembak-menembak

“ Terkait apakah Saudara FS menyuruh ataupun terlibat langsung dalam penembakan, saat ini tim terus melakukan pendalaman terhadap saksi-saksi dan pihak-pihak yang terkait.

“ Kemarin kita telah tetapkan 3 orang tersangka, yaitu Saudara RE (Bharada Richard Eliezer), Saudara RR (Brigadir Ricky Rizal), dan Saudara KM (Kuat Maruf).

“ Tadi pagi dilaksanakan gelar perkara dan Timsus telah memutuskan untuk menetapkan Saudara FS sebagai tersangka.

“ Jadi saya ulangi, Timsus telah menetapkan Saudara FS (Ferdy Sambo) sebagai tersangka,” tegas Kapolri Lystio Sigit.

Penetapan Irjen Fredy Sambo oleh Kapolri Listyo Sigit sebagai tersangka pembunuhan Brigadir J tak pelak mengejutkan publik. Pasalnya dia jendral polisi bintang dua. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Mabes Polri.  

Salah satu tugas Divisi Propam adalah menertibkan dan menghukum polisi nakal. Jadi dia adalah polisinya polisi. Tapi kini Fredy Sambo yang justru yang menjadi tersangka pembunuhan berencana Brigadir J.

***

Menjadikan Irjen Fredy Sambo sebagai tersangka merupakan tindakan berani Kapolri Listyo Sigit Prabowo. Tapi, jika dilihat dari rekam jejak Listyo, ini bukan jendral polisi pertama yang dia gulung.

Publik masih ingat sebelumnya Listyo Sigit juga menggulung dua jendral polisi. Ini terkait kasus penerbitan red notice buronan korupsi Djoko Tjandra.

Inilah yang membuat buronan kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali tersebut sempat membuat heboh publik Indonesia. Sebab, meski dicari negara, Djoko Tjandra terbukti bisa bebas melenggang keluar-masuk Indonesia. Bahkan dia mengurus administrasi dan surat menyurat dengan mudah berkat bantuan beberapa pihak, mulai dari kelurahan, kejaksaan, sampai jenderal polisi.

Kasus itu diungkap Listyo Sigit saat menjadi Kabareskrim Mabes Polri.  Ia dengan tegas menjadikan dua jenderal polisi sebagai tersangka. Satu bintang satu, satunya lagi bintang dua. Mereka adalah Brigjen Prasetijo Utomo dan Irjen Napoleon Bonaparte.

Sebagai pejabat Kepala Divisi Hubungan International Polri, Irjen Napoleon Bonaparte memiliki peran dalam menghilangkan nama Djoko Tjandra dari red notice—sebuah pemberitahuan yang digunakan oleh Interpol untuk mengidentifikasi seorang sebagai buronan internasional— atau Daftar Pencarian Orang (DPO).

Irjen Napoleon Bonparte dalam keadaan tangan terborgol

(Irjen Napoleon Bonaparte dengan tangan terborgol/Liputan6)

Di persidangan, Irjen Napoleon terbukti menerima suap sebanyak U$ 350.000 (RP 5,137 miliar) dan $ 200.000 Singapura (Rp 2,1 miliar). Ia dijatuhi hukuman empat tahun penjara.

Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo saat itu menegaskan, Polri terus menggalakan pembenahan internal. Termasuk menindak dua jenderal polisi yang terlibat adalah adalah bentuk komitmen pihaknya.

" Di awal kasus ini bergulir Bareskrim telah menyatakan sedang melakukan pembenahan internal menuju pelayanan yang profesional, bersih dan transparan. Hingga kini terus kami galakkan. Komitmen itu akan terus kami jaga," tutur Listyo, dua tahun lalu.

Dia menuturkan, kasus surat jalan palsu dan penghapusan red notice Djoko Tjandra akan diselesaikan secara tegas hingga akhir. Terutama bagi tersangka dari internal kepolisian yakni Brigjen Prasetijo Utomo dan Irjen Napoleon Bonaparte.

" Ini merupakan komitmen Polri untuk mengusut tegas dan tuntas kasus tersebut, sebagaimana sejak awal sudah kami sampaikan di awal proses penanganan kasus Djoko Tjandra," jelas dia.

Tak hanya kasus itu, sebelumnya Listio Sigit selaku Kabareskrim juga membongkar pelaku penyiraman air keras pada karyawan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan. Dua pelaku itu adalah anggota Polri aktif dan bertugas di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok.

Keduanya adalah Brigadir Rahmat Kadir dari Satuan Bantuan Teknis Pasukan Gegana Korps Brimob dan Brigadir Kepala Ronny Bugis dari satuan Pasukan Pelopor Brimob.

Pelaku penyerangan Novel Baswedan dengan air keras saat tertangkap

(Pelaku penyerangan air keras Novel Baswedan saat tertangkap/Liputan6)

Kasus penyiraman air keras terhadap Novel ini terjadi pada Selasa, 11 April 2017, pukul 03.00 WIB. Ronny Bugis dan Rahmat bergegas dari Depok menuju kediaman Novel Baswedan di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ronny mengendarai motor, sedangkan Rahmat duduk di belakangnya.

Mereka berhenti di sekitar Masjid Al-Ikhsan di dalam kompleks itu sembari mengamati setiap orang yang keluar dari masjid itu. Saat melihat Novel Baswedan keluar dari masjid, Rahmat menuangkan cairan campuran asam sulfat ke dalam gelas mug, dan menyiramkan cairan itu ke wajah Novel.

Karena peristiwa itu, Novel Baswedan mengalami luka berat. Luka itu disebut jaksa telah menghalangi Novel Baswedan dalam menjalankan pekerjaannya sebagai penyidik di KPK.

Setelah kasus penyiraman air keras ke Novel Baswedan itu macet selama dua tahun lebih, akhirnya Listyo Sigit berhasil mengungkap pelakunya saat menjabat Kabareskrim. Lagi-lagi dia mengulung anggota Polri nakal.

Tak hanya itu jasa Listyo Sigit pada Novel Baswedan. Ketika KPK mencoret puluhan karyawan karena tak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK), saat menjadi Kapolri, Listyo juga yang merekrut 44 eks penyidik KPK menjadi aparatur sipil negara atau ASN Polri bidang pencegahan korupsi.

Novel Baswedan dan 44 eks KPK saat dilantik jadi ASN Polri

(Novel Baswedan dan 44 eks KPK saat dilantik jadi ASN Polri/Liputan6)

Namun salah satu kasus terbesar yang ditangani Listyo selaku Kabareskrim terjadi beberapa bulan sebelum kasus red notice mencuat. Listyo Sigit adalah jenderal yang menangkap langsung buronan Djoko Tjandra di negeri orang.

Polri menangkap buronan kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali, Djoko Tjandra di Malaysia setelah 11 tahun buron. Penangkapan itu dipimpin langsung oleh Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo.

" Atas perintah Bapak Kapolri kita bentuk tim khusus yang kemudian secara intensif mencari keberadaan Djoko Tjandra," kata Listyo di Halim Perdanakusuma, Jakarta, dua tahun lalu, usai penangkapan Djoko Tjandra Kamis 30 Juli 2020.

Listyo melanjutkan, dari pencarian itu Polri mendapatkan informasi Djoko Tjandra berada di Malaysia. Oleh karena itu, dilanjuti dengan cara police to police.

" Kapolri kirim surat ke Kepolisian Diraja Malaysia, sama-sama dalam rangka upaya pencarian," ucapnya.

Akhirnya, siang tadi, keberadaan Djoko Tjandra terdeteksi. Selanjutnya, Polri berangkat ke Malaysia untuk melakukan penangkapan.

" Alhamdulillah kerja sama kami Bareskrim dan Polisi Diraja Malaysia, Djoko Tjandra kita amankan untuk menjawab keraguan publik selama ini," tuturnya.

Djoko Tjandra akhirnya tiba di Tanah Air setelah ditangkap di Malaysia. Pesawat yang membawa buronan Djoko Tjandra tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, pukul 22.40 WIB.

Berdasarkan pantauan, begitu pintu pesawat dibuka tampak sejumlah pria mengenakan kaus bertuliskan polisi mendekat. Beberapa saat kemudian, muncullah wajah buronan Djoko Tjandra yang mengenakan baju tahanan baju oranye dan  masker abu-abu. Masker sempat dibuka namun akhirnya dipasang kembali.


Kabareskrim Listyo Sigit saat membawa Djoko Tjandra dari pelariannnya di Malaysia

(Kabareskrim Listyo Sigit saat membawa Djoko Tjandra dari pelariannnya di Malaysia/Liputan6)

Djoko Tjandra dikawal ketat polisi saat menuruni anak tangga pesawat. Kedua tangannya diborgol. Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit juga terlihat di dekat Djoko saat digiring menuju ruangan dalam Bandara Halim Perdanakusuma.

***

Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. lahir tanggal 5 Mei 1969 di Ambon, Maluku. Usianya kini 53 tahun. Masa pensiunnya sebagai polisi masih lima tahun lagi.

Ayahnya adalah perwira Angkatan Udara, Mayor Adm (Purn.) Sutrisno. Sementara ibunya adalah Hendrina Hitijahebessy.

Listyo menikah dengan Juliati Sapta Dewi Magdalena. Dari pernikahan itu Listyo Sigit memiliki tiga orang anak. Dua laki-laki, dan seorang perempuan. Anak pertama laki-laki seorang dokter. Sedang anak laki-laki keduanya bekerja di bank. Sedang anak bungsunya yang perempuan masih kuliah.

Saat menamatkan pendidikan SMA, Listyo Sigit memutuskan mendaftar ke Akademi Kepolisian atau Akpol. Listyo Sigit lulus dari  Akpol tahun 1991. Ia kemudian malang melintang di dunia reserse.

Listyo Sigit saat di Akademi Kepolisian

(Listyo Sigit saat di Akademi Kepolisian/Merdeka)

Pengalaman pertama sebagai reserse dimulai saat menjabat Kanit Reskrim Polres Metro Tangerang pada 1993. Kemudian menduduki jabatan sebagai Kapolsek Duren Sawit, Jakarta Timur, pada 1999. Berikutnya, pada tahun 2003 Listyo menjabat Kepala Polsek Tambora, Jakarta Barat, dengan pangkat komisaris.

Kariernya mulai menanjak. Pada 2009, dia menjabat sebagai Kapolres Pati, Jawa Tengah. Setahun kemudian, Listyo menjabat Kapolres Sukoharjo, Jawa Tengah.

Dia kemudian menjabat Kapolres Surakarta atau Solo pada 2011. Saat Listyo bertugas Solo, Jokowi tengah menjabat Wali Kota Solo. Saat menjadi Kapolres Solo, ia pernah menangani kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, Jawa Tengah.

Peristiwa bom itu cukup memukul karena tiga hari kemudian, Solo mesti menjadi tuan rumah Asian Parliamentary Assembly atau Majelis Parlemen Asia. Pada saat yang sama, Jokowi sedang gencar mempromosikan Solo sebagai destinasi wisata.

Listyo lalu berusaha meyakinkan publik bahwa Solo aman. Ia lalu bergerak mengamankan acara internasional itu dengan memulihkan kepercayaan wisatawan, juga pendatang. Ia dan Jokowi bahu-membahu untuk memberi rasa aman pada masyarakat.

Selang setahun, Listyo dipindahtugaskan ke Jakarta untuk menjabat sebagai Asubdit II Dit Tipdum Bareskrim Polri. Pada 2013, Listyo kembali dipercaya menangani kasus-kasus kriminal. Dia menduduki jabatan sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara.

Setahun kemudian, setelah Jokowi resmi menjadi presiden, Listyo Sigit Prabowo diboyong ke Istana untuk menjadi ajudan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Ia merupakan ajudan tertua, karena rata-rata ajudan Jokowi saat itu dari angkatan 1993, sedangkan dia dari angkatan 1991.

Listyo Sigit saat jadi ajudan Presiden Jokowi

(Listyo Sigit saat jadi ajudan Presiden Jokowi/Wikipedia)

Karirnya semakin cermelang usai dua tahun menjadi ajudan. Listyo kemudian dipromosikan menjadi Kapolda Banten pada 2016. Di sinilah dia menerima bintang pertama di bahunya. Pangkatnya naik menjadi Brigadir Jendral Polisi. Ia merupakan orang pertama di angkatan Akpol tahun 1991 yang mencapai pangkat jendral.

Dua tahun berselang, bintang di pundak Listyo bertambah lagi. Listyo kembali mendapat promosi menjadi Kadiv Propam pada tahun 2018. Pangkatnya naik jadi Inspektur Jenderal.

Setahun berlalu, Listyo dipercaya menjadi Kabareskrim menggantikan Idham Aziz yang dilantik sebagai Kapolri. Bintang di bahunya bertambah jadi tiga. Dia menjadi Komisaris Jenderal.

Kabaresrim Komnjen Listyo Sigit saat jumpa pers peniraman air keras ke Novel Baswedan

(Kabareskrim Komjen Listyo Sigit saat jumpa pers penyiraman air keras ke Novel Baswedan/Liputan6)

Saat menjadi Kabareskrim, dari 455 kasus yang diungkap Bareskrim sepanjang tahun 2020, setidaknya ada 620 orang yang telah dijadikan sebagai tersangka. Angka itu terbilang naik drastis dibandingkan tahun sebelumnya atau 2019 sebanyak 197 tersangka.

Meski sebagai polisi, Listyo juga lulusan S2 di Universitas Indonesia. Tesis yang diambil saat itu tentang penanganan konflik etnis di Kalijodo.

Saat Kapolri lama memasuki usia pensiun, Presiden Jokowi akhirnya menunjuk Kabareskrim Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjadi calon tunggal Kapolri. Hal itu sesuai dengan Surat Presiden Jokowi terkait calon Kapolri yang dikirimkan ke DPR, Rabu 13 Januari 2021.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga merilis Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) calon kapolri Listyo Sigit. Pada LHKPN yang disampaikan pada 11 Desember 2020 itu terungkap, total harta kekayaan Listyo mencapai Rp 8,3 miliar atau lengkapnya Rp 8.314.735.000.

Kekayaan itu terdiri dari beberapa jenis, mulai dari tanah dan bangunan, kendaraan, dan harta bergerak lainnya. Total harta Listyo dalam bentuk tanah dan bangunan mencapai Rp 6,1 miliar. Sementara kendaraan bermesin Rp 320 juta berupa satu unit mobil Toyota Fortuner tahun 2018 dari hasil sendiri.

Dari harta tanah dan bangunan, Listyo tercatat memiliki tanah serta bangunan seluas 275 m persegi/300 meter persegi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Nilai aset tersebut ditaksir Rp 1,6 miliar.

Ada juga tanah dan bangunan seluas 120 meter persegi/58 meter persegi di Kota Tangerang, Banten dengan nilai aset Rp 1 miliar.

Serta tanah dan bangunan seluas 205 meter persegi/180 meter persegi di Jakarta Timur dengan nilai Rp 3,5 miliar.

Ia akhirnya terpilih secara aklamasi di DPR sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pada tanggal 27 Januari 2021, menggantikan Jenderal Idham Azis. Ia adalah Kapolri non Muslim kedua dalam sejarah setelah Widodo Budidarmo (1974-1978).

Pelantikan Jendral Listyo Sigit sebagai Kapolri

(Pelantikan Jendral Listyo Sigit sebagai Kapolri/Liputan6)

Walau dia non muslim, dia cukup dekat dengan ulama. Saat menjadi Kapolda Banten, dia aktif ikut dalam pembangunan fisik yayasan dan pesantren muslim. Dalam kesehariannya, dia terbiasa menggunakan kata Asalamulaikum dan Alhamdulilah.

Kini, mantan ajudan Jokowi ini mungkin bakal dikenal sebagai jenderal penggulung jenderal. Setelah  Brigjen Prasetijo Utomo dan Irjen Napoleon Bonaparte, kini giliran Irjen Fredy Sambo yang dia gulung dalam pembunuhan Brigadir J. Siapa menyusul? (eha)

Sumber: Liputan6, Merdeka

Beri Komentar