Penemuan Kuburan Massal Korban Perdagangan Manusia Di Thailand (dailymail.co.uk)
Dream - Sebanyak lebih dari 100 jasad pengungsi Rohingya ditemukan terkubur dalam satu lubang di perbatasan Malaysia-Thailand, tepatnya di Perlis yang masuk wilayah Malaysia. Diduga mereka adalah korban perdagangan manusia.
Selain itu, Polisi Malaysia juga menemukan 29 kuburan massal di sekitar lokasi. Polisi akan melakukan penyelidikan terkait kuburan itu.
" Saya rasa ini adalah temuan awal dan saya pikir jumlahnya akan lebih besar," ujar Menteri Pertahanan Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, dikutip dari mirror.co.uk, Senin, 25 Mei 2015.
Kuburan massal itu ditemukan di sebuah lokasi yang letaknya cukup sulit diakses. Hamidi menduga lokasi itu merupakan kamp pengungsi ilegal yang sudah beroperasi selama beberapa tahun.
" Mereka sudah berada di sini selama beberapa waktu. Saya menduga kamp sudah beroperasi selama sekitar lima tahun," kata Hamidi.
Wilayah utara Malaysia masuk ke dalam jalur penyelundupan manusia ke Asia Tenggara dengan perahu dari Myanmar. Kebanyakan adalah orang Rohingya dari bagian utara negara ini yang melarikan diri karena penganiayaan.
Sebagian dari mereka adalah penduduk Bangladesh. Mereka meninggalkan negerinya untuk mencari pekerjaan, tetapi juga menjadi korban dari perdagangan ilegal.
Sebelumnya juga ditemukan sebanyak 26 jasad pengungsi Rohingnya di Provinsi Songkhla, Thailand. Jasad-jasad itu terkubur dalam kuburan massal.
Penemuan ini membuat Pemerintah Thailand memberlakukan larangan keras bagi praktik perdagangan manusia. Akibatnya, 3.000 pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh tidak boleh masuk ke Thailand, hingga mereka akhirnya mendarat di Malaysia dan Indonesia.
Ribuan lebih pengungsi terombang-ambing di lautan. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak kemudian memerintahkan angkatan lautnya untuk menyelamatkan mereka.
Sebanyak 10 ribuan orang Rohingya telah melarikan diri akibat mengalami penganiayaan di Myanmar. Hal itu menyebabkan terjadinya krisis kemanusiaan di Telung Bengala.
Sejak awal Mei, otoritas Thailand telah menahan 46 orang penduduk dan politisi lokal dan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 77 tersangka lainnya. Mereka diduga turut terlibat kasus perdagangan manusia ini. (Ism)
Kisah Heroik Penyelamatan Rohingya: Allahu Akbar, Allahu Akbar
Dream - Ini kisah heroik penyelamatan para manusia perahu dari Myanmar dan Bangladesh oleh nelayan Aceh pada Jumat 15 Mei silam. Kala itu, ada enam nelayan Aceh yang memberi pertolongan kepada para pengungsi yang terapung-apung di lautan. Salah satunya, kapal yang dinahkodai oleh Muhammad Adenan.
" Kami baru melaut satu hari, saat menemukan orang-orang asing itu," ungkap Adenan sebagaimana dikutip Dream dari laman Aksi Cepat Tanggap (ACT), Kamis 21 Mei 2015.
Biasanya, tambah dia, kapal berada di laut 5 sampai 6 hari. Kapal yang dipimpin Adenan membawa 40 anak buah kapal (ABK). Mereka memutuskan untuk mengevakuasi para manusia perahu asal Myanmar dan Bangladesh itu. Keputusan dilakukan usai saling kontak antarnelayan via radio dan diminta saling merapat.
" Kami ikut mendekat ke lokasi di mana orang-orang itu berada," tutur bapak enam anak ini. Kapal Adenan adalah kapal terakhir yang mengangkut sisa pengungsi. Jumlahnya 45 orang. " Lima kapal yang lain sudah di depan kami," tambah Adenan.
Saat kapal nelayan dan pengungsi saling mendekat, beberapa pengungsi langsung terjun ke laut untuk mendekat ke kapal Adenan. Tak hanya laki-laki, ada juga perempuan yang nekat terjun berenang mendekati kapalnya. Jarak kapal Adenan dan kapal para pengungsi itu sekitar 30-40 meter. Para pengungsi itu berteriak-teriak, " Allahu akbar, Allahu akbar!"
Didorong rasa iba, Adenan dan kawan-kawannya segera lebih mendekat, untuk mencegah mereka terjun ke laut. " Saat kami menolong mereka, tak ada di hati kecuali rasa iba. Saya membayangkan saat itu, seandainya mereka itu adalah kami, tentu kami saat itu akan sangat berharap pertolongan dari siapapun," tutur Adenan.
" Apa salah mereka? Dan mengapa mereka seolah-olah tak boleh kita tolong?" jawab Adenan ketika ditanya keputusan mereka untuk melakukan penyelamatan.
Kapal saling merapat. Para pengungsi itu berpindah kapal. Mereka langsung duduk di dek dan sebagian, mungkin karena kelelahan, langsung berbaring. Sebagian laki-laki terlihat luka-luka yang masih setengah kering. Ada luka di lengan, punggung, kaki, dan kepala.
Adenan mengatakan karena masalah bahasa, ABK kapal tak banyak bicara dengan pengungsi. " Yang kami lakukan segera mengeluarkan makanan dan air bekal kami mencari ikan untuk sepekan, yang masih banyak, karena kami baru berada di atas laut sehari semalam," tutur dia.
Adenan mengaku makin trenyuh saat melihat para pengungsi itu makan dengan lahap. Mereka nampak sama sekali tak mampu menyembunyikan rasa lapar dan haus mereka. " Bahkan saat kami baru mau selesai menaruh makanan ke piring, mereka langsung menyambarnya," ungkap Adenan.
Melihat semua itu, Adenan menjadi lega. " Hati saya lega, bisa menolong orang kesusahan. Mereka berada di laut sama seperti kami. Mereka manusia, sama seperti kami," kata Adenan.
Adenan dan kawan-kawannya tak menyesal, meski kapal mereka sempat ta bisa melaut karena kapal mereka sempat ditahan aparat karena keputusan menolong manusia perahu itu. Kesempatan itu digunakan untuk mengecat kapal milik bosnya. " Mungkin karena kami masih dibutuhkan katerangannya kali," ujar Adenan. (Sumber: ACT)
Didekati Kapal Nelayan, Pengungsi Rohingya Sempat Ketakutan
Dream - Pengalaman terombang-ambing di lautan mungkin akan menjadi hal yang tidak akan pernah dilupakan oleh para pengungsi Rohingya. Mereka merasakan betul bagaimana suasana terasa begitu mencekam.
Pengalaman itu dituturkan oleh salah satu pengungsi Muhammad Armen, 30 tahun. Dia bersama ratusan pengungsi lain putus asa lantaran sudah 2 bulan 10 hari berada di laut lepas.
Ancaman kelaparan terus mendera, lantaran perbekalan makanan sudah habis sejak 10 hari setelah mereka meninggalkan Myanmar. Bahkan ada sebagian pengungsi yang meninggal di atas kapal dan jenazahnya terpaksa dibuang ke laut.
" Kami juga sempat ketakutan ketika kapal-kapal nelayan Aceh mendekat, sehingga kami hanya bertakbir Allahu Akbar, Allahu Akbar," ujar Armen, dalam keterangan tertulis yang diterimaDream.co.id dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Kamis, 21 Mei 2015.
Armen mengatakan para pengungsi sempat mengira mereka akan didorong kembali ke lautan lepas oleh nelayan Aceh. Ini lantaran mereka trauma ketika ditolak mendarat oleh militer baik Malaysia maupun Thailand.
" Ternyata mereka (nelayan Aceh) mau menolong kami," kata dia.
Sementara itu, Koordinator Tim Kemanusiaan BMH Rahmat Effendi mengatakan pihaknya telah mengunjungi para pengungsi Rohingya di beberapa posko pengungsian. Dia menggambarkan kondisi para pengungsi begitu memprihatinkan.
" Masih tidak stabil, masa ada rasa takut, namun mereka juga bahagia. Selain itu, mereka juga sangat kurus," ungkapnya.
Rahmat mengatakan, pihaknya bergerak cepat menyalurkan bantuan begitu mendapat kabar mengenai para pengungsi yang sudah berada di Aceh. " Alhamdulillah, mereka mendapat makan dari dapur umum dan kami dari BMH membantu untuk tambahan gizi mereka seperti pengadaan susu dan juga makanan untuk anak-anak dan bayi," terang dia.
Lebih lanjut, Rahmat mengatakan penanganan pengungsi Rohingya tidak bisa dijalankan secara terpisah dari masing-masing lembaga donor. Dibutuhkan sinergisitas dalam penyaluran bantuan, mengingat kebutuhan pengungsi cukup banyak.
" Perlu sinergi dalam mengulurkan bantuan untuk saudara-saudara kita di Rohingya, dan tentu akan banyak hal yang mereka butuhkan, mulai dari layanan kesehatan, sandang, makanan, pakaian, perlengkapan salat seperti sarung, mukena dan juga Alquran serta penyediaan air bersih," kata dia.
Pengungsi Rohingya, Dihalau Militer Berjuang di Laut Lepas
Dream - Pengungsi Rohingya hampir menghidupkan seluruh hidupnya penuh dengan perjuangan. Ditolak negara-negara yang disinggahi, bertaruh nyawa di tengah laut harus dilewati.
Presiden ACT Ahyudin dalam jumpa pers pembentukan Komite Nasional Solidaritas Rohingya (KNSR), Selasa, 19 Mei 2015, di Jakarta seperti dikutip Dream, Rabu, 20 Mei 2015 mengatakan ribuan warga Rohingya selama ini menggantungkan keselamatannya pada uluran tangan orang lain.
“ Sayangnya, terganjal batas territorial dan diplomatik,” ujar Ahyudin.
Diakui Ahyudin, pengungsi Rohingya selama ini memang banyak menerima bantuan pangan, pakaian, layanan medis serta naungan hidup dari berbagai negara. Namun bantuan ini hanya diberikan sesaat.
" Setelah itu, negara ini menyerahkan kembali kelanjutan hidup para pencari suaka ini ke lautan luas," ucapnya.
Ironisnya, militer di beberapa negara ASEAN pun melaksanakan operasi untuk menghalau kedatangan para pengungsi Rohingya ke bibir pantai.
“ Sehingga mereka tidak akan bisa sampai ke pantai, karena sudah dihalau lebih dulu,” katanya sedih.
Ahyudin mengaku terenyuh dengan inisiatif masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam yang tidak terduga. Para nelayan kota Serambi Mekah ini menjemput saudara sesama muslim yang teraniaya di Myanmar itu menggunakan kapal pribadi. Alhasil, 800 muslim Rohingya sudah diselamatkan oleh nelayan Aceh.
“ Tapi cara merespon kasus ini tidak bisa dilakukan secara sporadis, melainkan butuh pendekatan organisasi,” kata Ahyudin.
ACt berharap Indonesia sebagai negara pemeluk Islam terbesar dunia bisa lebih aktif dalam menangani kasus ini. Bantuan ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia menunjukan martabatnya di hadapan dunia.
“ Sikap ini bukan semata menyelamatkan orang muslim, tapi upaya menyelamatkan dunia, kasus Rohingya adalah soal kemanusiaan,” Ahyudin menekankan.
Kasus kekerasan terhadap warga etnis Rohingya oleh rezim Militer Myanmar telah berlangsung cukup lama. Secara historis, etnis Rohingya sudah hidup di tanah Myanmar sejak abad kedelapan masehi. Namun, keberadaannya tidak pernah diakui secara legal baik secara budaya maupun secara hukum.
Sebagaimana termaktub dalam Burma Citizenship Law yang terbit pada 1982, warga etnis Rohingya dinyatakan sebagai non-national atau bukan warga negara.
(Ism, Laporan: Kurnia Yunita)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik