Bagaimana Umat Islam Sebaiknya Merayakan Tahun Baru Hijriah?

Reporter : Widya Resti Oktaviana
Minggu, 16 Juli 2023 18:15
Bagaimana Umat Islam Sebaiknya Merayakan Tahun Baru Hijriah?
Di tahun baru hijriah, hendaknya semakin menghidupkan sunah Rasulullah dan banyak melakukan amalan yang menghadirkan pahala.

Dream - Tahun baru hijriah yang jatuh tepat pada tanggal 1 Muharam tinggal sebentar lagi. Umat Islam tentu saja akan menyambut momen itu dengan penuh suka cita dan harapan terbaik di tahun yang baru.

Jika pada tahun baru masehi, biasanya setiap orang akan memeriahkan momen tersebut dengan berbagai acara maupun pesta. Misalnya dengan menghidupkan kembang api, makan bersama, menghitung mundur waktu menuju tahun baru, dan sebagainya.

Lalu, bagaimana dengan tahun baru hijriah? Apakah Islam memperbolehkan untuk merayakannya? Dalam hal ini, para ulama pernah mengingatkan agar dalam merayakan tahun baru hijriah tidak diperbolehkan meniru tradisi orang-orang non muslim yang merayakan tahun baru masehi. Hal itu karena tidak bisa memberikan manfaat apapun, kecuali ada rasa bangga di dalamnya.

Lalu, bagaimana sebaiknya merayakan tahun baru hijriah? Berikut penjelasannya sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.

1 dari 2 halaman

1 Muharam Hendaknya Diisi dengan Kegiatan Syar'i

Dijelaskan dalam Tartib Al Mawdhu'at oleh Imam Adz Dzahabi yang menukil dari Imam Ibnu Rajab mengatakan:

" Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari sebagaimana yang dilakukan oleh Ahli Kitab."

Selama ini hampir setiap orang merayakan tahun baru, terutama tahun baru masehi dengan acara-acara yang meriah. Seperti mengadakan pawai. Namun, dalam merayakan tahun baru hijriah, alangkah lebih baik jika diisi dengan kegiatan syar'i tanpa membunyikan lonceng, membunyikan terompet, berpesta, dan menghidupkan kembang api.

Jika pun ingin mengadakan pawai, maka sebaiknya juga diisi dengan hal-hal yang mengandung pendidikan Islami. Selain itu, acara tersebut sebaiknya juga dilaksanakan pada waktu-waktu yang wajar saja. Tidak mengharuskan jam 00.00, di mana pada waktu tersebut bertepatan dengan berpindahnya hari.

2 dari 2 halaman

Tahun Baru Hijriah untuk Menghidupkan Sunah Rasulullah

Dijelaskan dalam Al-Quran, bahwasanya bulan Muharam adalah salah satu bulan yang suci. Bulan yang dimaksud adalah bulan Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut:

" Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada 12 bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu, Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban." (HR. Bukhari)

Dalam Islam sendiri sebenarnya tidak adalah amalan khusus untuk menyambut tahun baru hijriah. Di tahun yang baru, para ulama menjelaskan agar umat Islam semakin melakukan introspeksi diri. Yakni dengan meningkatkan thalibul ilmi (menuntut ilmu), thalibul haq (mencari hidayah dan kebenaran), dan thalibul akhirat (penuntut ilmu, pencari kebenaran dan orang yang menginginkan akhirat).

Selain itu, di tahun baru hijriah, hendaknya umat Islam semakin banyak melakukan amalan kebaikan dengan cara menghidupkan sunah Rasulullah saw dan berusaha untuk terus mendapatkan pahala melalui berbagai ibadah maupun amalan yang diperintahkan dalam Islam.

Bahkan para salaf pun sangat menyukai untuk berpuasa di bulan haram, yang salah satunya adalah bulan Muharam. Hal ini dikatakan oleh Sufyan Ats Tasuri:

" Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya."

Selain itu, Ibnu Abbas juga mengatakan bahwa di empat bulan haram tersebut adalah bulan yang suci. Di mana ketika melakukan maksiat, maka dosanya lebih besar. Dan ketika melakukan amalan sholeh, maka pahala yang akan didapatkan juga lebih banyak.

Beri Komentar