Ilustrasi Cacing/ Shutterstock
Tim peneliti dari Max Planck Institute of Molecular Cell Biology, yang dipimpin oleh Profesor Teymuras Kurzchalia, menemukan bahwa cacing mampu bertahan dalam cryptobiosis jauh lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam pemahaman proses evolusi karena waktu generasi cacing bisa mencapai dari beberapa hari hingga ribuan tahun.
Selain itu, kelangsungan hidup jangka panjang dari individu spesies ini dapat menyebabkan garis keturunan muncul kembali yang sebelumnya dianggap punah.
Proses penghidupan kembali cacing purba ini awalnya dilakukan di Institute of Physicochemical and Biological Problems in Soil Science RAS di Rusia oleh Anastasia Shatilovich, dan kemudian dia berkolaborasi dengan Planck Institute untuk melanjutkan penelitian ini.
Penemuan ini menjadi terobosan besar dalam dunia ilmu pengetahuan, membuka wawasan baru tentang ketahanan makhluk hidup dalam kondisi ekstrem, dan juga memberikan pelajaran berharga tentang proses evolusi yang berlangsung selama ribuan tahun.
Semoga penelitian ini terus memberikan kontribusi penting bagi pemahaman ilmiah kita tentang kehidupan di Bumi.
(Sumber: Dailystar)
Dream - Fenomena aneh hujan cacing melanda Bihar, India wilayah Timur yang berbatasan dengan Nepal. Dalam rekaman video yang beredar di internet memperlihatkan ribuan cacing menutupi jalan kota.
Dikutip dari New York Post, cacing-cacing tersebut merayap dan menutupi semua jalan serta membentuk lapisan tebal.
Akibatnya penduduk setempat yang ketakutan mulai menutup toko mereka. Beruntungnya fenomena hujan cacing tersebut tidak merugikan siapapun.
Belum diketahui asal usul cacing tersebut. Namun peristiwa serupa bukanlah yang pertama kali.
Sebelumnya di Provinsi Liaoning, China, juga pernah terjadi peristiwa ‘hujan cacing’. Dalam video yang viral memperlihatkan banyak cacing yang berserakan di mobil dan jalanan.
Seorang ahli menyebut fenomena itu sebagai ‘catkins’ yang berasal dari spesies pohon populer yang tumbuh di wilayah tersebut.
“ Catknis menyerupai ulat dan begitulah mereka sering digambarkan atau sebagai struktur berlekuk-lekuk seperti cacing,” kata Claire Thomas Federici, ahli botani dari Universitas of California, Riverside.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah