Partisipasi Satgas TNI Konga Dalam Pembebasan Sandera Warga AS Tahun 2020.
Dream - Kiprah Pasukan Garuda yang dikirim ke luar negeri dalam mengemban tugas menjaga perdamaian di tempat konflik selalu membawa nama harum Indonesia.
Sudah sejak lama Pasukan Garuda dipercaya PBB untuk mengembalikan keamanan dan menjaga perdamaian wilayah-wilayah bergolak di berbagai belahan dunia.
Pasukan perdamaian dari Indonesia selalu bisa diterima dengan baik di negara penugasan sejak Kontingen Garuda I bertugas di Mesir tahun 1957.
Tidak hanya mampu menjaga perdamaian dan memberikan rasa aman kepada warga, pasukan baret biru di bawah PBB dari Indonesia ini juga kaya prestasi.
Salah satu prestasi cemerlang yang bikin dunia kagum adalah saat 30 Pasukan Garuda berhasil membekuk 3.000 gerilyawan di Kongo pada tahun 1962.
Hanya bermodalkan tekad dan doa serta akal dan kecerdikan 30 anggotanya, Pasukan Garuda mampu mengatasi 3.000 gerilyawan dengan mudahnya.
Ceritanya, pada bulan Desember 1962 terjadi pergolakan di dalam negeri Kongo. Indonesia memberangkatkan Kontingen Garuda III (Konga III) di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris.
Kontingen berkekuatan hanya 300 prajurit itu dikirim sebagai pasukan perdamaian di bawah UNOC (United Nations Operation in the Congo).
Pergolakan di Kongo dipicu oleh keinginan kelompok milisi pimpinan Moises Tsommbe yang ingin lepas dari pemerintah Republik Demokratik Kongo.
Akibatnya, rakyat sipil banyak yang menjadi korban pertikaian antara milisi dan pasukan pemerintah Kongo di bawah pimpinan Presiden Kasavubu.
Dalam waktu singkat saat menjalankan tugas menjaga perdamaian di Kongo, Pasukan Garuda III segera dikenal karena keluwesannya bergaul.
Melihat banyak singkong di Kongo, prajurit TNI mengajarkan bagaimana cara mengolahnya menjadi makanan dan masakan yang enak untuk dimakan.
Maklum saja, selama ini rakyat Kongo hanya mengolah singkong menjadi tepung yang rasanya tentu saja tidak menggugah selera makan.
Pasukan Garuda mengajarkan cara membuat kue tradisional Indonesia berbahan singkong. Bahkan masakan sehari-sehari seperti sayur daun singkong juga diperkenalkan.
Suatu hari, sebanyak 3.000 gerilyawan Kongo melakukan serangan ke markas Pasukan Garuda. Saat itu markas hanya dipertahankan 300 prajurit TNI.
Setelah baku tembak selama berjam-jam, gerilyawan akhirnya dapat dipukul mundur. Untungnya tidak ada korban dari pihak Indonesia.
Serangan balasan pun segera dirancang untuk menangkap para pemberontak tersebut. Letjen Kemal Idris menceritakan hal ini dalam buku biografi Kemal Idris, Bertarung dalam Revolusi terbitan Sinar Harapan.
Di bawah pimpinan Letjen Kemal Idris, pasukan TNI berkekuatan 30 prajurit melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan.
" Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu," beber Kemal Idris.
Rupanya Kemal Idris sudah tahu kalau 3.000 pemberontak itu sangat percaya takhayul. Mereka takut pada hantu spritesses - sosok seram berwarna putih dan melayang-layang di waktu malam.
Karena itu, 30 anggota Pasukan Garuda tersebut semuanya berpakaian jubah putih dan segera melakukan penyerangan ke markas gerilyawan Kongo.
" Melihat sosok-sosok putih bergerak-gerak, semangat mereka hilang sama sekali dan segera menyerah," kata Kemal.
Dalam operasi kilat itu, ribuan gerilyawan Kongo yang ketakutan langsung ditangkap. Senjata-senjata mereka yang ternyata lumayan canggih disita.
Untungnya hanya seorang prajurit TNI yang cedera. Itu pun bukan karena kena tembak gerilyawan. Tapi salah seorang gerilyawan yang panik saat digerebek, melemparkan ayam yang tengah dibakarnya pada prajurit TNI itu.
" Sejak itu, anggota Garuda III dikenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang," kata Kemal bangga.
Keberhasilan Pasukan Garuda ini menuai pujian dari Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia. Dia mengaku bangga atas keberhasilan pasukan Indonesia menangkap 3.000 lainnya tanpa jatuh korban.
Namun Letjen Ngeso meminta cara-cara unik seperti itu tidak dilakukan di masa depan. Karena risikonya terlalu besar dan sangat membahayakan.
Sumber: Merdeka
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati