Semua Anaknya Jadi Dokter, Tapi Pria Ini Tetap Meninggal Karena Covid-19. (Foto: Ahsan Family)
Dream - Kisah pria Inggris yang baru mendapat undangan untuk menjalani vaksinasi Covid-19 seminggu setelah dia meninggal dunia, viral di media sosial.
Padahal, keenam anak pria bernama Ahsan-ul-Haq Chaudry itu adalah dokter dan apoteker. Semuanya bekerja di rumah sakit sebagai petugas garda depan yang menangani pasien Covid-19.
Kisah ironis sekaligus memilukan ini diceritakan oleh salah satu putrinya yang bernama Saleyha Ahsan. Saleyha sangat sedih dengan kepergian Ahsan, ayahnya.
Selama bekerja sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit, Saleyha mengorbankan waktunya untuk merawat orang lain daripada ayahnya sendiri yang juga tertular Covid-19.
Yang lebih membuat Saleyha sedih, dia baru mendapat telepon dari koleganya yang menawarkan vaksinasi, seminggu setelah ayahnya meninggal dunia.
Apalagi di detik-detik terakhir ayahnya, Saleyha sempat menemani dengan duduk di pinggir tempat tidur sambil menggenggam tangan almarhum.
Melalui cuitan Twitter, Saleyha mengungkapkan rasa hancur hatinya karena kepergian sang ayah yang begitu menyedihkan dan memilukan.
Dalam cuitannya itu, dia memasang foto ayahnya yang terlihat bangga berdiri di sisinya saat kelulusannya sebagai dokter.
" Benar-benar menyakitkan. Baru saja mendapat panggilan telepon yang mengundang ayah saya untuk menjalani vaksinasi #CovidVaccine tapi ayah saya meninggal seminggu yang lalu karena Covid. Begitu dekat setelah setahun menunggu," tulis Saleyha di akun @SaleyhaAhsan.
Saleyha pantas bersedih karena selama bekerja sebagai garda terdepan, dia dan saudara-saudaranya berusaha menjauh dari ayahnya agar tidak tertular.
Begitu juga dengan ayahnya, yang kata Saleyha, selalu menjaga dirinya yang sudah lanjut usia untuk tidak berada dekat-dekat dengan keenam putrinya.
Namun apa daya, manusia hanya berencana tapi Tuhan yang menentukan. Ahsan, pensiunan guru matematika itu, tetap tertular Covid-19.
Ahsan akhirnya meninggal dunia pada usia 81 tahun di rumah sakit tempat Saleyha bekerja merawat pasien Covid-19 di Romford.
Saleyha duduk di samping tempat tidur sang ayah di Rumah Sakit Queen. Dia menggenggam tangan almarhum di saat-saat terakhirnya pada 28 Desember.
Ahsan sebenarnya seorang imigran dari India. Dia berusia 8 tahun saat terjadi peristiwa pecahnya India dan Pakistan pada tahun 1947.
Dalam kondisi miskin, dia kemudian melarikan diri ke Inggris pada akhir tahun 1950-an. Saat itu usianya 19 tahun. Di Inggris, Ahsan bekerja serabutan, termasuk jadi guru matematika, untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Kini, keenam anaknya yang berprofesi sebagai dokter dan apoteker bekerja sebagai petugas garda depan di rumah sakit. Mereka mengorbankan waktu kebersamaan mereka dengan Ahsan agar bisa merawat orang lain.
Saleyha memuji kerja keras ayahnya yang luar biasa, dengan mengatakan bahwa keluarga akan menyimpan warisannya tersebut.
" Dia memiliki enam anak, termasuk lima dokter dan satu apoteker, dan kami telah menangani Covid sepanjang tahun.
" Itu brutal. Kami berusaha jauh dari ayah agar dia aman karena kami harus merawat pasien lainnya. Tapi tetap saja, ayah akhirnya kena juga," pungkas Saleyha.
Sumber: Mirror.co.uk
Advertisement
Begini Beratnya Latihan untuk Jadi Pemadam Kebakaran
Wanita Ini Dipenjara Gegara Pakai Sidik Jari Orang Meninggal Buat Perjanjian Utang
4 Glamping Super Cozy di Puncak Bogor, Instagramable Banget!
Menkeu Lapor Capaian Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran, Tingkat Pengangguran Turun
Cerita Darsono Setia Rawat Istrinya yang Tak Bisa Kena Cahaya Selama 32 Tahun
4 Glamping Super Cozy di Puncak Bogor, Instagramable Banget!
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
6 Alasan Anak Perlu Melakukan Tes Minat Sejak Usia Sekolah Dasar, Bukan Saat SMA!
Ketika Elegansi dan Keintiman Gaya Bertemu di Panggung The Locker Room oleh LACOSTE
Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Lewat Terapi Inovatif dari AstraZeneca
Wanita Ini Dipenjara Gegara Pakai Sidik Jari Orang Meninggal Buat Perjanjian Utang