Aksi Simpati Untuk Engeline (foto: Antara)
Dream - Tersangka pembunuh Engeline yang juga ibu tiri korban, Margriet Christina Megawe tak kuasa menahan tangis di persidangan. Tangisan terisak kala Margriet mendengar pembacaan dakwaan yang dibacakan jaksa penuntut umum Purwanta Sudarmaji dan kawan-kawan.
Saat jaksa menguraikan peristiwa keji itu tengah persidangan, Margriet yang mengenakan baju kemeja putih setelan celana hitam terus menggelengkan kepala. Margriet seakan menunjukkan dakwaan yang dibacakan jaksa tak benar.
Saat jaksa mengurai pembunuhan hingga penguburan jasad Engeline, Margriet menangis. Air matanya jatuh. Jaksa menyebut Agus (tersangka lain) hanya disuruh Margriet. Seperti disampaikan sebelumnya saat penyidikan, Margriet memanggil Agus untuk masuk ke dalam kamarnya.
" Saat Agus masuk ke dalam dia melihat Engeline sudah tergeletak di lantai. Hanya jari tengah dan jari manisnya yang terlihat bergerak," kata Jaksa Sudarmaji di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali, Kamis 22 Oktober 2015.
Margriet, menurut jaksa Sudarmaji, menyuruh Agus untuk menguburkan jasad Engeline dengan iming-iming Rp200 juta. Untuk memastikan jika Engeline telah meninggal, Margriet sempat membenturkan kepala Engeline ke lantai.
Margriet juga disebut meminta Agus untuk menyalakan rokok dan menyundutkannya ke tubuh Engeline. Hal itu pula yang terekam dari hasil visum RSUP Sanglah Denpasar. (Ism, Laporan: Berry Putra)
Bagaimana kasus Engeline terungkap? Klik halaman berikutnya....
Daftar Kesalahan Margriet
Dream - Kepolisian Daerah (Polda) Bali akhirnya memutuskan untuk menetapkan Margriet menjadi tersangka kasus pembunuhan bocah 8 tahun Angeline (Engeline). Penetapan sebagai tersangka ini diputuskan setelah proses penyidikan yang cukup panjang dan hingga saat ini belum berakhir.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Bali, Komisaris Besar (Kombes) Hery Wiyanto menegaskan Margriet dijerat dengan pasal berlapis. Lebih keras, Margriet dijerat dengan pasal pembunuhan berencana berdasarkan bukti yang telah terkumpul.
" Nyonya M (Margriet) dikenakan pasal 340 dan 338 KUHP serta pasal penelantaran anak yang sesuai pasal 77b UU Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perlindungan Anak," kata Hery.
Sementara tersangka sebelumnya yang merupakan bekas pembantu Margriet, Agustinus Tai Andamai dijerat pasal 340 juncto 56 KUHP dan pasal 338 juncto pasal 56 KUHP berupa pembunuhan.
" Kita konstruksi hukum nanti demikian, (pembunuhan) terencana untuk mempersangkakan tersangka M (Margriet)," jelasnya.
Hery membeber alat bukti yang menguatkan penyidik untuk menetapkan Margriet sebagai tersangka baru. " Untuk menetapkan M (Margriet) sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan, alat buktinya antara lain keterangan saksi dari Agus Tai Andamai," kata Hery.
Selain itu, Hery melanjutkan, bukti lain yang menguatkan penetapan tersangka adalah hasil autopsi yang dilakukan oleh kedokteran foreksik RSUP Sanglah, didukung oleh hasil pemeriksaan hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
" Persesuaian keterangan saksi yang merupakan alat bukti petunjuk, yang bisa mengarah pada tersangka Nyonya M (Margriet)," bebernya.
Apa saja yang dilakukan Margriet ?
Pertama, Margriet melakukan penelantaran. Dari beberapa kesaksian warga di sekitar, Margriet tak mengurus dengan becus bocah 8 tahun tersebut. Wahidah salah satunya. Tetangga rumah Engeline ini hampir tiap hari melihat bocah kurus tersebut pergi pulang jalan kaki.
" Tiap hari dia jalan kaki. Kalau perginya tasnya digendong, pulangnya diseret. Sudah lemas gitudia, terseok-seok jalannya," kata Wahidah. Tak hanya itu, Wahidah juga sering mendapati Engeline nampak tak terurus.
" Rambutnya kalau ke sekolah tak terurus. Kan di Bali harus dikepang, dia berantakan sekali," katanya.
Beda lagi dengan penuturan Francky A Marinka, bekas pembantu di rumah Margriet. Ia tidak hanya sering melihat bocah itu dipaksa kerja, Francky juga sering melihat Angeline ditelantarkan. Makan sehari sekali sudah baik baginya. Menunya pun itu-itu saja.
" Menunya bakwan jagung. Kalau dia kerja bagus, dapatlah dia makan dua kali sehari," katanya.
Padahal, kata Francky, Margriet berangkat dari keluarga berkecukupan. " Isi kulkas ada ayam, daging, dan makanan bergizi lainnya. Tapi itu untuk peliharaannya, anjing dan kucing," katanya.
Pernah satu ketika, didorong rasa lapar luar biasa Engeline terpaksa memakan makanan yang sedianya diberikan untuk anjing dan kucing.
" Ya, dia kan makannya tidak diurus oleh Ibu Margriet. Boro-boro disuapin, disuruh makan saja tidak pernah. Mungkin karena lapar, dia makan itu makanan untuk anjing," katanya.
Kedua, Margriet juga kerap melakukan penyiksaan. Seperti yang diungkapkan Yuliet Christien, salah seorang yang pernah tinggal di rumah Margriet.
Yuliet menuturkan, ia dan anaknya pernah tinggal bersama dengan Engeline dan Margriet di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali. Meski tidak lama, tapi banyak cerita memilukan yang akhirnya menjadi kisah yang selalu terkenang di benaknya hingga saat ini.
Yuliet menceritakan, semasa hidupnya, Angeline sudah mengalami kekerasan fisik yang luar biasa. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya luka lebam yang tertoreh di tubuh mungilnya.
Memang, Angeline selalu menutup rahasia penderitaannya itu kepada siapa pun. Tapi, di waktu-waktu tertentu, Angeline kerap meluapkan rasa sakit di tubuhnya dengan menjerit kesakitan di dalam kamarnya, dan hanya kamar itu yang menjadi saksi jeritan Angel.
" Ada banyak luka lebam. Tapi, dia itu tidak pernah bilang. Saya hanya dengar teriakan saja dari dalam kamarnya," kata Yuliet.
Sementara, pengakuan tak kalah miris disampaikan Loraine, tante dari Yuliet yang juga pernah tinggal bersama Angeline di rumah Margreit. Loraine menuturkan, semasa hidupnya, Angeline bagai seorang anak jalanan yang tidak kenal rumah.
Tubuhnya kotor, bajunya kumuh dan dari tubuh mungilnya tak lepas dari aroma tak sedap.
" Dia kotor, saya akui itu. Dari jauh (Margriet telepon) tolong cucikan bajunya, saya cucikan. Saya rapikan dia ke sekolah. Saya kepang, saya potong rambutnya," katanya.
Loraine menilai, Margriet telah mengubah karakter periang yang ada dalam diri Angeline menjadi seorang anak pendiam yang selalu dilanda ketakutan dan kecemasan. Loraine juga yang setia mengobati luka di sekujur tubuh Angeline.
" Saya obati luka lebamnya pakai minyak tradisional," kata dia.
Penuturan pedih juga disampaikan Francky A Marinka. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bocah itu dijambak, diseret dan dipukuli dengan bambu. " Sudah seringkali," katanya.
Hal senada juga disampaikan Rahmat Handono penghuni kos di rumah Margriet sejak tiga tahun lalu. Hampir tiap malam sekira pukul 11.00 WITA, kamar kos Handono yang berdekatan dengan kamar Margriet selalu mendengar bocah kecil itu disiksa.
" Dari dalam kamar kedengaran suara Angeline nangis minta ampun. Tapi ya tidak tahu apa yang terjadi, saya dengar suara saja. Angeline bilang 'cukup Mama, sudah Mama jangan pukul aku lagi'," tutur Handono.
Ketiga, Margriet melakukan pembunuhan berencana. Bersama bekas pembantunya, Agustinus Tai Andamai, ia membantai bocah mungil tersebut.
Margriet dengan tangan dingin menghabisi Angeline di kamarnya. Sementara Agus bertugas mendalami lubang dan menguburkan jasad bocah kecil tersebut. Sementara lubang kubur itu telah disiapkan dua minggu sebelum kematian Angeline.
Margriet kemudian diduga mengarang cerita jika Engeline hilang diculik orang. Ia melaporkan kehilangan Engeline kepada Polsek Denpasar Timur. Bahkan, ia juga membuat sayembara, barangsiapa yang dapat menemukan Engeline diberi hadiah Rp40 juta. Pencarian besar-besaran dilakukan. Bahkan, Kapolda Bali ikut turun ke jalan bersama LSM Save Childhood Foundation.
Tiap kali tampil di televisi, Margriet menangis mengenang anak angkatnya tersebut. Padahal,ia sesungguhnya tahu di mana jasad bocah itu dikubur. " Ibu Margriet yang membunuh Angeline. Saya hanya diminta menguburkannya saja," kata Agus sebagaimana dituturkan kuasa hukumnya, Haposan Sihombing.
Laporan: Berry Putra
Dream - Agus Tai Andamai (25) kembali mengeluarkan pengakuan mengejutkan bahwa ia tak pernah memperkosa Angeline (Engeline). Ia justru sudah menemukan Angeline dalam kondisi sekarat di kamar ibu angkatnya, Margriet.
Kata Agus, lewat kuasa hukumnya, Haposan Sihombong, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00 WITA tanggal 16 Mei 2015.
Kala itu, Agus dipanggil ibu angkat Angeline, Margriet ke dalam kamarnya. Saat masuk ke dalam kamar, ia melihat Angeline sudah tergeletak lemah tak berdaya dengan posisi badan miring.
Rupanya bocah itu tengah sekarat. " Hanya tangannya yang bergerak sedikit, lalu tak bergerak sama sekali," kata Haposan menirukan ucapan Agus, Kamis 18 Juni 2014.
Pada saat itu, Margriet memerintahkan Agus memperkosa Angeline. Namun, permintaan itu ia tolak.
Karena permintaan itu ditolak, Margriet kemudian meminta Agus melepas baju yang dikenakannya, lalu ditaruh di atas tubuh Angeline yang tidak bernyawa.
Margriet kemudian menyuruh Agus untuk mengambil sprei dan membungkusnya. Sore harinya, Agus diminta untuk melarikan diri.
" Agus tak memperkosa Angeline seperti selama ini diucapkan. Hal itu dia ucapkan karena dia ditekan, diancam," kata Haposan.
Dengan begitu, kata Haposan, Agus bukanlah pelaku pembunuhan Angeline. Pelaku sesungguhnya adalah Margriet yang tak lain ibu angkat Angeline.
Benarkah ini pengakuan final Agus? Haposan tak berani menjamin hal itu. Namun, katanya, hal inilah pengakuan terakhir Agus.
Soal mengapa Agus sering membuat keterangan berubah-ubah, Haposan menyebut jika Agus diancam oleh seorang lelaki tak dikenal.
Jawaban Pihak Margriet
Kuasa hukum Margriet, Hotma Sitompul menegaskan kliennya tak melakukan pembunuhan terhadap anak angkatnya, Angeline.
" Saya tidak baik mengomentari omongannya Agus. Tapi secara umum begini, kalau orang ini hari ini bicara A, besok B, lusa C bgitu seterusnya. Silakan saja Agus memberikan keterangan. Tapi saya tidak mau komentari," kata Hotma.
Sejauh ini, tegas Hotma, kliennya sama sekali tak terlibat dalam kasus pembunuhan Angeline. " Sejauh ini dia tidak terlibat, tidak membunuh, tidak tahu. Justru dia menangis karena anaknya yang dikasihinya meninggal," ungkapnya.
Jika nantinya Margriet ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan oleh kepolisian, Hotma meminta kepada publik tidak langsung memvonis jika Margriet pembunuh.
" Nanti itu dibuktikan di pengadilan. Pengadilan yang punya kekuatan hukum yang pasti. Jangan begitu baru jadi tersangka, maka sudah pasti dia pembunuh. Ada asas praduga tidak bersalah," kata Hotma.
(Ism, Laporan: Berry Putra)
Teriakan Angeline di Kamar Khusus Ayam Sakit
Dream - Mantan pembantu di rumah Margriet, Francky Alexander Maringka (46) menuturkan kisah memilukan Angeline (Engeline), bocah yang sempat dikabarkan hilang dan kemudian ditemukan tewas mengenaskan di halaman belakang rumahnya.
Tiap hari Angeline harus bekerja. Menyapu, mengepel lantai dan memberi makan ayam, kucing dan anjing adalah pekerjaan yang sering dilakoninya.
Francky seringkali mendengar celotehan Margriet kala marah dengan Angeline. " Kamu harus kerja buat saya. Kamu harus kerja, kerja, kerja," kata Francky menirukan Margriet, Rabu malam 17 Juni 2015.
Menurut Francky, Angeline adalah bocah periang. Ia sering memperhatikan bocah itu kala tengah bermain sendirian di depan rumahnya. " Imajinasinya tinggi. Dia ceritanya punyahandphone, dia telepon siapa seseorang, gitu," kenangnya.
Biasanya, lanjut Francky, Angeline akan pergi ke salah satu dari empat kamar di lantai atas rumahnya, usia dimarahi atau dipukuli Margriet.
Di kamar khusus untuk ayam yang sedang sakit itu, Angeline kemudian meluapkan emosinya. " Dia berteriak sekeras-kerasnya atau dia nangis di kamar itu" .
Setelah dari kamar itu, Angeline kembali ceria. Dia seperti melupakan peristiwa yang baru saja dialaminya. " Dia biasa lagi. Sayang-sayangan lagi sama mamanya," ujar Francky.
Penjelasan Pihak Margriet
Margriet melalui kuasa hukumnnya, Hotma Sitompul mengingatkan kepada seluruh pihak untuk tak lagi memberikan komentar negatif tanpa fakta dan bukti konkret terkait kematian Angeline. Hal itu penting agar kasus ini tidak menjadi simpang siur.
" Kami akan mengambil langkah hukum terhadap pihak-pihak yang bicara tanpa fakta, menyebar fitnah dan mencemarkan nama baik klien kami," kata Hotma.
Kepada wartawan Hotma juga membantah keras berita yang beredar bahwa Agustinus Tai, tersangka dalam kasus ini, mengaku dijanjikan uang Rp2 miliar oleh klienya. Hotma menegaskan, dia sudah mengkonfirmasi langsung tuduhan itu kepada Margriet dan itu tidak benar.
(Laporan: Berry Putra)
Boneka Angeline dan Suara Anak Kecil Bernyanyi
Dream - Tersangka Agustinus Tae atau Agus mengungkapkan beberapa pengakuan aksi kejam dia membunuh Angeline. Salah satunya, kenapa tersangka mengubur bocah cantik itu dengan boneka kesayangannya.
Menurut Haposan Sihombing, pengacara Agus, kliennya sempat menyulut api rokok di bagian punggung Angeline untuk memastikan apakah sudah tewas atau belum.
Setelah yakin sudah tewas, mayat Angeline dibungkus Agus dengan sprei yang diambil di dekat kamar Margareth.
Sebelum menguburnya, Agus juga mengikatkan boneka kesayangan Angeline ke jasad gadis malang itu. Tali tersebut diikat di leher dan diikatkan boneka, supaya arwahnya tidak mencari Agus.
Kepala Bidang Humas Polda Bali, Hery Wiyanto mengatakan sejumlah barang temuan itu, termasuk boneka, masih disimpan penyidik. " Masih disimpan dan akan dijadikan barang bukti. Setelah selesai dijadikan barang bukti, akan dimusnahkan." kata Herry di Mapolda Bali, Selasa 16 Juni 2015.
Sejak pertama kali ditemukannya jenazah Angeline (8 tahun) di rumah, Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, banyak kejadian aneh yang dialami sejumlah petugas polisi saat berjaga malam.
Menurut pengakuan mereka, salah satunya hal aneh adalah sering terdengar suara anak kecil sedang bernyanyi. Boleh percaya atau tidak.
Pengakuan Mengejutkan Mantan Pembantu Ibu Angkat Angeline
Dream - Francky Alexander Maringka (46), bekas pembantu lainnya di rumah Margriet, menceritakan soal aktivitas keseharian Angeline (Engeline).
Saban hari, kata Francky, Angeline dibebani pekerjaan yang banyak dan berat oleh ibu angkatnya itu. Mulai dari menyapu, ngepel dan memberi pakan ternak; ayam, anjing dan kucing.
Sebenarnya, Francky yang ditugaskan mengurus ayam, kucing dan anjing peliharaan Margriet. Ia juga yang diberikan tugas membersihkan rumah. Tapi Margriet tetap saja menyuruh Angeline mengurus itu semua.
Contohnya, saat Margriet menyuruh Angeline menyapu dan mengepel lantai, belum kelar mengepel lantai di satu ruangan, Margriet sudah memintanya mengepel di ruangan lain. Belum juga kelar di ruangan lain, ia sudah meminta Angeline mengepel di ruangan lainnya.
" Karena dipindah sana-sini, maka dia (Angeline) tidak bersih ngepel lantainya. Ya sudah, dipukul lagi," cerita Francky kepada wartawan di Kuta, Bali, Rabu malam 17 Juli 2015.
Perlakuan itu terus berulang-ulang tiap hari. Margriet juga selalu memperlakukan Angeline dengan kasar. Jika tidak menjawab cepat panggilan Margriet, Angeline sudah pasti dipukuli.
Peristiwa tak kalah kasar yang masih diingat Francky, saat seekor ayam milik Margriet hilang. Margriet lantas memanggil Angeline. Dia bertanya ke mana ayam yang semalam disuruhnya untuk dimasukkan ke dalam kandang.
Kala itu, Margriet sudah memegang sebilah bambu yang sudah dicacah. Ia lantas menarik rambut bocah mungil tersebut ke kandang ayam.
Ia menanyakan ke mana seekor ayam yang hilang tersebut. " Rambutnya ditarik dari dalam sampai ke kandang ayam. Angeline bilang 'aku udah masukin ayamnya Ma'. Tapi Margriet tak peduli, Angeline disuruh cari," kata Francky.
Tahu akan digebuki, Angeline berlari ke kebun pisang di dalam areal rumah. Margriet tetap mengejarnya, begitu dapat ia langsung memukuli memakai bambu.
Francky mengaku sempat melerai. Ia meminta Margriet untuk tidak memukuli Angeline. Ia bersedia mencari dan menemukan ayam tersebut.
" Tapi dijawab Margriet 'tidak usah ikut campur, saya yang kasih hidup dan kasih makan dia'. Dia seringkali ucap kata-kata itu kepada Angeline" .
Penjelasan Pihak Margriet
Margriet melalui kuasa hukumnnya, Hotma Sitompul mengingatkan kepada seluruh pihak untuk tak lagi memberikan komentar negatif tanpa fakta dan bukti konkret terkait kematian Angeline. Hal itu penting agar kasus ini tidak menjadi simpang siur.
" Kami akan mengambil langkah hukum terhadap pihak-pihak yang bicara tanpa fakta, menyebar fitnah dan mencemarkan nama baik klien kami," kata Hotma.
Kepada wartawan Hotma juga membantah keras berita yang beredar bahwa Agustinus Tai, tersangka dalam kasus ini, mengaku dijanjikan uang Rp2 miliar oleh klienya. Hotma menegaskan, dia sudah mengkonfirmasi langsung tuduhan itu kepada Margriet dan itu tidak benar.
(Ism, Laporan: Berry Putra)
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal