Isi Buku Pelajaran TK di Depok: `Sahid di Medan Jihad`

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 21 Januari 2016 10:02
Isi Buku Pelajaran TK di Depok: `Sahid di Medan Jihad`
GP Anshor menuding beberapa kata dalam buku tersebut berisi kalimat-kalimat yang mengajarkan radikalisme.

Dream - Dunia pendidikan kembali dibuat heboh. Gerakan Pemuda (GP) Anshor mengaku menemukan buku ajar bermateri radikal di sebuah lembaga pendidikan kanak-kanak di Depok, Jawa Barat.

Buku berjudul " Anak Islam Suka Membaca" dianggap GP Anshor berisi rangkaian kalimat tidak tepat, untuk dijadikan bagian dari metode belajar membaca anak usia dini.

Wakil Ketua Umum PP GP Ansor Benny Rhamdani, menyebut buku itu diterbitkan sebuah percetakan di Surakarta dan mengandung banyak kata-kata bernada radikal.

" Kami telah melakukan inventarisasi di lima jilid buku yang diterbitkan. Di jilid 5 kami menemukan ada kalimat 'sahid di medan jihad' pada halaman 17. Dan di halaman 33 lebih jelas ada rangkaian kata menjadi satu kalimat, yaitu selesai-raih-bantai-kyai," kata Benny, Rabu, 20 Januari 2016.

Benny juga mengaku menemukan kata-kata yang kerap digunakan dalam aktivitas terorisme dalam empat jilid lainnya. Namun diakuinya, buku tersebut beredar tanpa ada izin terbit dari Kementerian Pendidikan.

" Buku bebas, tak ada terbitan dari Kementerian," kata dia.

Atas temuan ini, Benny telah melapork ke Kementerian Pendidikan dan akan terus menyisir peredaran dan keberadaan buku tersebut.

" Kemarin sudah dikirim suratnya. Isinya untuk menarik buku dari peredaran. Kami desak aparat hukum dan kementerian bekerja. Kami minta kementerian ambil tindakan tegas," ucap dia.

" Ini kan baru ditemukan di Depok. Kami akan minta Ansor dan Banser di daerah, inventarisir TK mana saja, yang ada buku itu dan mencegah di kalangan masyarakat," ujar dia.  (Ism)

1 dari 5 halaman

Pengakuan Istri Terduga Pelaku Teror Bom Sarinah

Pengakuan Istri Terduga Pelaku Teror Bom Sarinah © Dream

Dream - Perempuan berjilbab cokelat itu terus tertunduk kala puluhan polisi dan jurnalis mendatangi rumahnya. Wajahnya tertutup masker. Lima orang polisi bertubuh tegap mengelilinginya.

Dia diminta menuju lahan kosong tepat di depan rumahnya. Lahan kosong seukuran lapangan badminton itu terdapat beberapa kuburan tanpa nisan. Di lokasi itulah beberapa kamera dan sodoran perekam suara mengarah kepadanya.

Dengan suara lirih, ia menjawab satu persatu pertanyaan dari jurnalis di bawah pohon kersen. Awalnya hanya sekitar dua hingga tiga sorotan lampu kamera, namun tak lama berselang sorotan lampu semakin banyak. Kilatan lampu kamera menyilaukan matanya.

Lima belas menit berselang, ia merungkuk. Dia jongkok. Suaranya bergetar. Sesekali terdengar isa tangis.

Kejadian di Jumat, 15 Januari 2016, malam itu tak akan terlupakan dalam ingatan SM, 31 tahun. Kabar duka yang dirasakannya belum mereda, berganti rasa terkejut.

" Saya taunya baru tadi siang (Jumat, 15 Januari 2016-red) suami sudah meninggal ketika saya pulang dari rumah sakit," kata SM di rumahnya di Kampung Sanggerhan No 22, RT 02/RW 03, Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat.

Suami SM, bernama MA. Pria yang terduga teroris merupakan warga asli daerah itu. Mereka telah menikah selama 14 tahun dan dikaruniai 3 orang anak.

2 dari 5 halaman

Baju Biru Jadi Penanda

Baju Biru Jadi Penanda © Dream

Kepastian MA ikut dalam aksi teror itu didapat, setelah SM melihat pakaian yang dikenakan jenazah terduga teroris sama dengan milik suaminya. Dia bercerita, ketika meninggalkan rumah, suaminya mengenakan baju berwarna biru. Namun, tidak mengenakan topi dan juga rompi.

" Dia pakai baju biru. Dari rumah nggak pakai ropi dan topi. Tetapi, adik saya, kemudian menunjukkan sebuah foto ketika dia pakai topi dan rompi. Memang benar baju biru itu yang dia pakai pas berangkat dari rumah," ujar SM lirih.

SM menuturkan tak menaruh kecurigaan kepada suaminya sewaktu meninggalkan rumahnya pukul 8.00 WIB. Aktivitas yang dijalani suaminya normal.

" Dia biasa aja pagi itu. Setelah sarapan langsung jalan. Bilang ke saya mau narik angkot," ujar dia.

Menurut penuturan SM, setiap harinya, MA bekerja sebagai supir angkot jurusan Mal Citraland - Green Garden. Tapi, menurut penuturan warga, Andrian (nama disamarkan), MA juga memiliki berprofesi sebagai tukang parkir restoran di Pesanggrahan

" Dia dulu juga bekerja sebagai tukang parkir di Restoran Jemahdi dan Restoran Nelayan. Kata warga juga sempat jadi satpam," kata dia.

Andrian mengatakan sosok MA kerap terlihat salat berjamaah di Masjid Al-Uswa. Selebihnya itu ia tak mengenal sosok ayah tiga putra itu. " Orangnya pendiam, jarang berbaur," ujar dia.

Sebagai sosok yang pendiam, MA jarang menerima kunjungan tamu. Menurut SM, hanya ada beberapa orang kawan MA yang datang berkunjung.

" Ya, pernah ada teman, tapi di luar aja. Saya lihat dari dalam mereka ngobrol-ngobrol biasa aja," kata dia.

Pertemanan MA dengan pelaku-pelaku teror pun tak diketahuinya. Bahkan saat ditunjukkan foto-foto dan wajah terduga teroris yang tewas dirinya tak mengenal.

" Saya nggak kenal nama-nama dan muka-mukanya," ujar dia.

Menurut SM, dalam kesehariannya, MA tak menunjukkan aktivitas yang mencurigakan. Memang, MA kerap menghadiri pengajian, tapi frekuensinya tak sering.

" Dia ikut kelompok pengajian. Tapi seminggu sekali aja. Kalau dulu sebelum nikah nggak tahu kegiatannya apa," ucap dia.

3 dari 5 halaman

Bukan Peracik Bom

Bukan Peracik Bom © Dream

SM menolak jika suaminya dianggap peracik bom. Dia mengatakan tak ada sisa bahan peledak yang ditemukan.

" Lihat saja dirumah. Nggak ada (bahan peledak-red). Kemarin juga udah digeledah, nggak ada apa-apa," ujar dia.

" Polisi mengambil dompet, hp, dan seragam loreng mirip tentara. Dia sering pake seragam loreng itu ketika narik," kata dia sembari meneteskan air mata.

Bulir air mata itu terus menetes. Beberapa warga masyarakat mulai mendesak ke lokasi, mencari tahu apa yang dicari polisi.

SM merintih sedih. Duka yang belum hilang diganti prasangka cemas. Belum lagi ketiga anaknya yang akan mendapat stigma dari masyarakat.

Di atas kuburan tanpa nisan itu SM jongkok. Menutupi wajahnya yang penuh kesedihan.

4 dari 5 halaman

Mengintip Isi Blog Bahrun Naim, Otak Teror Bom Sarinah

Mengintip Isi Blog Bahrun Naim, Otak Teror Bom Sarinah © Dream

Dream - Nama Muhammad Bahrun Naim Anggih alias Naim kini mencuat usai teror ledakan bom dan penembakan di depan pusat perbelanjaan Sarinah pada Kamis kemarin. Naim dituding sebagai otak di balik serangan tersebut.

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian menyebut teror kemarin merupakan bentuk tindakan jaringan yang dikepalai Naim agar dilihat eksis. Naim berambisi ingin mendirikan dan memimpin Katibah Nusantara, sayap organisasi ekstrimis Islamic State of Iran and Syria (ISIS) untuk kawasan Asia Tenggara.

" Dia ingin menjadi pemimpin untuk kelompok ISIS di Asia Tenggara," ujar Tito.

Lantas, siapakah sebenarnya sosok Muhammad Bahrunnaim Anggih alias Naim ini?

Naim merupakan pria kelahiran Pekalongan, 6 September 1983. Dia sempat terlacak bergabung dengan Jamaah Anshorut Tauhid pada sekitar September 2008.

Menurut informasi yang dihimpun Dream, Naim awalnya bergabung dengan jaringan Abdullah Sunata. Sunata ditangkap Detasemen Khusus 88 di Klaten, Jawa Tengah, pada 2011 karena diduga ikut menyembunyikan buronan Noordin M Top serta terlibat dalam beberapa aktivitas teror.

Nama Naim kemudian cukup dikenal dalam aksi teror saat pertama kali ditangkap oleh Densus 88 pada 9 November 2010. Saat itu, Naim ditangkap bersama sejumlah barang bukti berupa ratusan butir amunisi ilegal.

Naim lantas menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Surakarta pada 9 Juni 2011. Dia lalu dijatuhi vonis penjara 2 tahun 6 bulan.

Setelah bebas dari penjara, Naim kembali berkiprah bersama jaringannya. Dia kemudian diketahui bergabung dengan kelompok pendukung ISIS. Namanya sering muncul dalam pemberitaan hampir setiap kali ada WNI yang diketahui bergabung sebagai simpatisan ISIS.

Pada 2014, Naim berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Selama di Suriah, Naim aktif menulis pelbagai hal terkait teknis penyerangan di laman pribadinya www.bahrunnaim.co.

Di laman itu, dia membagi berbagai informasi mengenai Daulah Islamiyah. Yang cukup mengejutkan, Naim membagi berbagai informasi cara membuat bom hingga strategi membangun teror.

Indikasi mengenai keinginan Naim melancarkan teror sebetulnya sudah dapat diendus dalam sebuah tulisan berjudul 'Dakwah atau Futuhat' yang diunggah pada Rabu, 05 November 2014. Pada tulisan itu, Naim dengan nada mengancam akan melancarkan teror jika pemerintah Indonesia tidak menerima keberadaan mereka.

" Dalam posisinya terhadap negeri ini, ada beberapa pilihan yang dapat dipilih oleh penguasa. Pertama, menolak dan menangkapi sel-sel Daulah Islamiyah yang akan beresiko terhadap aktifnya sel-sel 'Abu Jandal dan Abu Bashier', sehingga akan meluasnya pertempuran terbuka dan perang gerilya. Kedua, menolak namun diam terhadap sel-sel Daulah Islamiyah yang melakukan dakwah hingga hadirnya misi diplomatik. Ketiga, di satu sisi menerima karena alasan diplomatik, namun di sisi lain menolak karena alasan tekanan asing. Maka akan memicu gerilya secara terbuka yang akan menimbulkan korban secara terbatas. Keempat, menerima dan melakukan penggabungan secara damai. Semoga,"  tulis dia.

Laman ini sempat ramai dikunjungi netizen pada Jumat, 15 Januari 2016 pukul 05.00 WIB. Mereka kebanyakan memberikan komentar menghujat aksi teror. Tetapi, laman ini tidak bisa diakses lagi sejak pukul 10.20 WIB.

Dugaan Naim menjadi otak dalam aksi teror ini menguat usai pernyataan dari Wakil Kepala Kepolisian (Wakapolri) Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Budi Gunawan, Kamis, 14 Januari 2016. Dia mengatakan sudah mendeteksi ada komunikasi kelompok Suriah dan kelompok Solo yang dipimpin Abu Jundi.

Kelompok ini katanya sudah membuat persiapan dengan anak-anak sel untuk melakukan serangkaian peledakan bom.

“ Yang seharusnya dimainkan pada malam Tahun Baru. Tapi kita bisa antisipasi,” kata dia.

Aksi teror kemudian terjadi pada Kamis, 14 Januari 2016. Sebuah rentetan serangan berupa ledakan dan tembakan meletus di kawasan ring 1 MH Thamrin, Jakarta Pusat. Puluhan orang menjadi korban, dan dua di antaranya meninggal serta lima orang pelaku tewas di tempat. (Ism) 

5 dari 5 halaman

Teror Bom Sarinah, Tiga Televisi Ditegur KPI

Teror Bom Sarinah, Tiga Televisi Ditegur KPI © Dream

Dream - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menjatuhkan sanksi teguran tertulis kepada tiga lembaga penyiaran televisi dan satu lembaga penyiaran radio, atas pelanggaran Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dalam peliputan ledakan yang terjadi di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis kemarin.

" Televisi yang mendapatkan sanksi adalah TVONE, Indosiar dan INEWS, sedangkan radio yang dijatuhkan sanksi adalah ELSHINTA," demikian pernyataan resmi KPI dikutip Dream dari situs resminya, Jumat 15 Januari 2016.    

Pada stasiun TVONE, KPI menemukan pelanggaran saat program jurnalistik " Breaking News" menampilkan visualisasi mayat yang tergeletak di dekat Pos Polisi Sarinah, yang merupakan lokasi ledakan peristiwa ledakan.

Gambar itu ditayangkan tanpa adanya penyamaran (blur), sehingga terlihat secara jelas. Selain itu, pada program ini pula ditampilkan informasi yang tidak akurat tentang " Ledakan Terjadi di Slipi, Kuningan, dan Cikini" .

Kalimat yang tampil di layar ini, meskipun kemudian dikoreksi, tentunya telah menimbulkan keresahan masyarakat. Hal ini melanggar prinsip-prinsip jurnalistik tentang akurasi berita serta larangan menampilkan gambar korban atau mayat secara detil.

Munculnya gambar mayat juga ditemukan KPI pada program jurnalistik “ Patroli” yang disiarkan stasiun televisi Indosiar pada pukul 11.05.

KPI mendapati adanya tampilan potongan gambar yang memperlihatkan visualisasi mayat yang tergeletak di dekat Pos Polisi Sarinah yang merupakan lokasi peristiwa ledakan.

Gambar tersebut ditayangkan tanpa disamarkan (blur) sehingga terlihat secara jelas. KPI menilai penayangan tersebut tidak layak dan tidak sesuai dengan etika jurnalistik, serta mengakibatkan ketidaknyamanan terhadap masyarakat yang menyaksikan program tersebut.

Visualisasi mayat korban ledakan juga ditemukan pada program Breaking News di INEWS TV. Selain itu, program ini juga menampilkan informasi yang tidak akurat “ Ledakan Juga Terjadi di Palmerah”. Padahal berita tentang ledakan di tempat lain itu tidak benar.

Sementara untuk stasiun radio ELSHINTA, didapati beberapa kali menyampaikan berita bahwa terjadi ledakan di beberapa lokasi selain yang terjadi di kawasan Sarinah, Thamrin.

KPI menilai telah terjadi pelanggaran prinsip jurnalistik seperti yang telah diatur dalam P3 & SPS oleh keempat lembaga penyiaran ini. Sanksi administratif berupa teguran tertulis, telah dilayangkan KPI kepada lembaga penyiaran yang disebut di atas.

KPI berharap, penjatuhan sanksi ini dapat dijadikan pelajaran bagi lembaga penyiaran lainnya.

" Lembaga penyiaran harus menyadari fungsi yang diembannya dalam penyelenggaraan penyiaran, yakni memberikan informasi yang benar, seimbang dan bertanggung jawab" .

Hingga saat ini, KPI masih terus melakukan pemantauan dan verifikasi terhadap siaran di televisi dan radio lainnya, terkait peliputan ledakan ini. (Ism) 

Beri Komentar