Nota Starbucks Yang Diprotes Lantaran Ada Pungutan Donasi Tanpa Pemberitahuan (Facebook/Juhari Waty)
Dream - Kedai Kopi asal negeri Paman Sam, Starbucks mendapat protes dari pelanggan. Ini lantaran Starbucks melakukan penarikan uang Rp1.000 dari pelanggan dengan alasan donasi CSR tanpa pemberitahuan.
Pelanggan tersebut bernama Juhani Waty. Dia mengunggah struk pembayaran pesanannya ke akun Facebooknya.
Di akun tersebut, Juhani menulis sudah lama tidak berkunjung ke Starbucks. Kali ini dia pergi ke salah satu cabang kedai kopi tersebut di kasawan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat lantaran harus bertemu dengan kliennya.
Juhani lalu memesan kue dan minuman lalu membayarnya. Setelah membayar, dia memeriksa struk pembayaran dan menemukan adanya pungutan donasi tanpa pemberitahuan.
" Seperti biasa saya cek itu billing, eh ternyata tanpa ditawari kita kena charge DONASI. Gak terima sy menuju kasir," tulis Juhari.
Juhari lantas bertanya kepada kasir apakah sumbangan tersebut harus dilakukan. Sang kasir menjawab hal itu merupakan ketentuan yang ditetapkan management.
Dia kembali bertanya mengapa hal itu tidak ditanyakan dulu kepada pelanggan, mengingat sifat donasi adalah sukarela. Lagi-lagi, Juhari mendapat jawaban yang sama, tetapi dengan nada agak tinggi.
" Saya juga ngotot: Kalau sy tdk mau? Bingunglah mereka. Akhirnya SPV turun dan setuju 1000 dikembalikan," tulis dia.
" ENAK SJ ASAL AMBIL UANG ORANG TANPA KASIH TAHU," tulis dia.
" Lha seribu rupiah sekali transaksi, berapa juta yg mereka terima dr hasil ngrampok 1000 rupiah,"
" Memang percaya mereka mau kasih ke yayasan orang miskin? Bullshit... Bohong besar," tulis Juhari.
Sudah lama tdk ke starbuck, hr ini terpaksa sekali ke starbuck krn customer nya gak mau jauh jauh dr kantor nya, ok...
Dikirim olehJuhani Watypada15 Maret 2016
Penjelasan Starbuck
Terkait dengan kebijakan donasi ini, manajemen Starbucks angkat suara. Kedai kopi dari jaringan perusahaan dunia ini memberikan penjelasan di akun resmi Twitter @SbuxIndonesia. Donasi sebesar Rp1.000 tersebut disalurkan kepada NGO asal Amerika Serikat, Planet Water, yang memusatkan perhatian pada konservasi sumber air alami.
" Hi @cibilicious Rp. 1K dr penjualan air mineral disumbangkan ke @PlanetWaterLive u/ program Water for Change. Info http://on.fb.me/1WuAGxC," tulis pengelola akun @SbuxIndonesia.
Hi @cibilicious Rp. 1K dr penjualan air mineral disumbangkan ke @PlanetWaterLive u/ program Water for Change. Info https://t.co/EJDZ5l31f4 �
— Starbucks Indonesia (@SbuxIndonesia)18 Maret 2016
Dream - Jika terbiasa menggunakan sistem nontunai dalam pembayaran, Anda harus berhati-hati. Bisa jadi, Anda harus membayar bon belanja jauh dari nilai yang sebenarnya.
Pengalaman ini pernah dialami oleh seorang wanita bernama Icha saat makan siang di sebuah kafe di kawasan perbelanjaan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang. Dia harus membayar menu makannya di kafe tersebut sebesar Rp 17 juta lebih.
Icha memfoto bon dan struk kartu debit dengan jumlah nominal yang berbeda. Foto itu lantas dia unggah ke akun jejaring sosial Path miliknya.
Dalam akun itu, Icha menulis dia sering mendengar kabar kasir sebuah restoran kerap memasukkan nominal tidak sesuai dengan yang tertera dalam bon tagihan makan ke dalam mesin EDC. Terkadang, kejadian semacam itu tidak disadari oleh pelanggan.
" Nah pas siang ini abis jemput Qianna gw mampir makan di resto ini. Pas mau bayar, gw kasih atm BCA gw ke pelayan," tulis Icha.
" Tapi karna perlu pin, makanya gw dipanggil ke kasih buat masukin pin. Sambil gw masukin pin, gw diajak ngobrol, ditanya makanannya enak ngga dll," lanjut dia.
" Nah tapi pas gw cek struk yg keluar dr mesin edc kok 17jut amat!!! Protes dong yaaaa...," ungkap dia.
Icha seketika meminta pelayan untuk memanggil manager restoran tersebut. Tetapi, satu pelayan memberitahu sang manager sedang salat.
Icha akhirnya memutuskan untuk menunggu sang manager. Sambil menunggu, sang kasir mengeluarkan perkataan yang mengejutkan Icha.
" Untung masih disini bu, kalo udah keluar resto ngga bisa kita proses pengembalian uangnya, dan kalaupun bisa pasti butuh waktu lama," tulis Icha menirukan perkataan sang kasir. (Ism)
Dream - Kasus rumah makan di Anyer, Banten 'getok' harga seenaknya bukan pertama kali terjadi. Beberapa orang pernah mengaku jadi korban.
Kali seorang pengguna Facebook bernama Abah Choirun Sholeh menceritakan pengalaman pahit makan di Pantai Karang Bolong, Anyer, 1 Maret 2014 lalu.
Dia kena 'getok' harga selangit Rp 515.000 dengan pesanan makanan; 1 Porsi Ikan bakar Rp 180.000, 1 porsi Cumi Saos Tiram Rp 200.000, 1 bakul nasi Rp 40.000, 4 kelapa muda Rp 80.000, dan 1 piring lalapan Rp 15.000.
" Begitu liat harganya Rp 515.000 awalnya ga percaya, mungkin nolnya kebanyakan jadi Rp 51.500. tapi kok masa sih tempat wisata murah banget. Saat tanya ternyata benar totalnya segitu," tulis Abah menceritakan pengalamannya itu di akun Facebook miliknya.
" Niatnya mau seneng jadi kecut gara kejadian itu. Untuk yang mau ke karang bolong ataupun wisata lainnya dimohon hati-hati kalau pergi ke tempat makan dimana pun berada" .
Banyak Makan Korban
Sejumlah rumah makan masakan laut di Anyer ditenggarai banyak tak mencantumkan harga. Yulia, seorang resepsionis hotel di Anyer mengaku sudah banyak yang jadi korban rumah makan getok harga ini.
" Kalau tamu hotel sering kita kasih rekomendasi, ini rumah makan yang harganya wajar. Biar mereka nggak kena tipu. Banyak yang mengeluh soal kena tipu pas makan sea food," kata Yulia saat berbincang dengan Merdeka.com dikutip Dream.co.id, Senin 8 September 2014.
Yulia menambahkan biasanya untuk makan berempat atau berlima dengan lauk ikan, udang dan cumi sekitar Rp 300.000. Menurutnya harga Rp 1 juta yang ramai diposting di Facebook sudah sangat tak masuk akal.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI), Serang, Hardomo mengaku telah memberi masukan kepada dinas terkait untuk membuat peraturan agar rumah makan di Anyer mencantumkan lengkap menu dan harga.
Tapi dari asosiasi, lanjut dia, tidak mengontrol lagi. Karena itu tugas dinas terkait, entah dinas pariwisata ataupun dinas perdagangan.
Ia mengimbau wisatawan agar masuk ke rumah makan yang mencantumkan lengkap menu beserta harga. " Kalau tidak ada daftar harga jangan makan di situ," ujarnya. (Ism)
Dream - Sebuah restoran di kota Zhangjiagang di timur Provinsi Jiangsu, Tiongkok kepergok memberi tagihan tak masuk akal kepada pelanggan mereka.
Selain tagihan biaya makan, restoran juga menarik biaya tambahan 'menghirup udara bersih' selama pelanggan makan. Biaya tambahan menikmati udara bersih adalah satu yuan per orang.
Rupanya restoran baru-baru ini membeli alat pemurni udara dan berusaha untuk menarik biaya penggunaan alat tersebut ke pelanggan mereka.
Pelanggan langsung mengeluhkan biaya tak masuk akal itu ke biro yang mengatur harga di kota tersebut. Pelanggan memaksa pemerintah daerah untuk campur tangan. Masalahnya biaya tambahan itu dianggap ilegal.
Seperti dikutip dari Shanghaiist.com, Kamis, 17 Desember 2015, seorang pejabat dari Biro Harga mengatakan, sudah menjadi tanggung jawab restoran untuk menyediakan lingkungan yang sehat.
Pejabat itu menambahkan, karena udara bukan menu yang bisa dipilih pelanggan, maka tidak bisa dijual sebagai komoditas.
Lucunya, pemilik restoran mengaku tidak tahu tentang kebijakan tersebut. Dia pikir dia bisa menarik bayaran terhadap layanan apa pun yang sudah disediakan.
Kota Zhangjiagang telah diselimuti kabut asap tebal selama beberapa hari terakhir dengan jarak pandang hanya sampai 100 meter di beberapa daerah.
Biaya tambahan menghirup udara bersih di restoran tersebut mengundang berbagai komentar di jejaring sosial Tiongkok, Weibo.
Sebagian mengatakan mereka akan senang membayar biaya tersebut dan itu harga yang adil. Yang lainnya mengkritik dengan mengatakan restoran mungkin akan menarik biaya untuk pelanggan yang menggunakan kursi dan meja.
Sejak kota Beijing mengumumkan gawat darurat kabut asap pekan lalu, penjualan online pemurni udara telah meningkat 50,9%. (Ism)