Abaikan Protokol, IDI Khawatir Demo UU Cipta Kerja Jadi Klaster Baru Covid-19

Reporter : Ahmad Baiquni
Jumat, 9 Oktober 2020 19:01
Abaikan Protokol, IDI Khawatir Demo UU Cipta Kerja Jadi Klaster Baru Covid-19
Kekhawatiran tersebut didasarkan pertimbangan medis serta dari segi sains.

Dream - Demonstasi penolakan Undang-undang Cipta Kerja menjadi kekhawatiran tersendiri, khususnya bagi kalangan tenaga medis. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengaku khawatir aksi yang melibatkan massa cukup banyak itu akan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 dan memicu lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

" Berbagai seruan, nyanyian, maupun teriakan dari peserta demonstrasi tersebut tentu mengeluarkan droplet dan aerosol yang berpotensi menularkan virus terutama Covid-19," ujar Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI, M Adib Khumaidi.

Adib mengatakan demonstrasi yang terjadi mempertemukan ribuan orang dalam satu tempat. Sementara, sebagian besar peserta demonstrasi mengabaikan protokol kesehatan seperti tidak jaga jarak dan tidak memakai masker.

Dugaan itu diperkuat dengan adanya kemungkinan peserta datang dari berbagai daerah yang berbeda. Dampak yang timbul bisa berbahaya.

" Jika terinfeksi, mereka dapat menyebarkan virus saat kembali ke komunitasnya," kata Adib.

 

1 dari 5 halaman

Bisa Picu Lonjakan Massif

Adib pun menerangkan kekhawatiran yang muncul didasarkan pada pertimbangan medis. Menurut dia, demonstasi berisiko lebih tinggi dalam menularkan Covid-19 dibandingkan aktivitas lain.

" Bahkan, diperkirakan akan terjadi lonjakan massif yang akan terlihat dalam waktu 1-2 minggu mendatang," kata Adib.

Saat ini, kata Adib, baik tenaga maupun fasilitas kesehatan sudah kewalahan menangani pasien Covid-19. Jumlah pasien Covid-19 dari hari ke hari terus bertambah.

 

2 dari 5 halaman

5 Dokter Meninggal di Pekan Pertama Oktober

Selama pekan pertama Oktober 2020 saja, sudah ada lima dokter meninggal lantaran terinfeksi Covid-19. Sehingga saat ini total dokter yang meninggal menjadi 132 orang.

" Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 68 dokter umum (4 guru besar), dan 62 dokter spesialis (5 guru besar), serta 2 residen," kata dia.

Para dokter yang meninggal berasal dari IDI Wilayah sebanyak 18 orang dan IDI Cabang 61 orang. Dilihat dari provinsi, 31 dokter meninggal di Jawa Timur, 22 dokter di Sumatera Utara, 19 dokter di DKI Jakarta, 11 dokter di Jawa Barat, dan 9 dokter di Jawa Tegah.

Kemudian, 6 dokter di Sulawesi Selatan, 5 dokter di Bali, 4 dokter di Sumatera Selatan, 4 dokter di Kalimantan Selatan, 4 dokter di Aceh, 3 dokter di Kalimatan Timur, 4 dokter di Riau, 2 dokter di Kepulauan Riau, 2 dokter di DI Yogyakarta, 2 dokter di Nusa Tenggara Barat, 2 dokter di Sulawesi Utara, 1 dokter di Banten dan 1 dokter di Papua Barat.

 

3 dari 5 halaman

Pengabaikan Protokol Kesehatan

Salah satu pemicunya karena lonjakan kasus Covid-19 terutama Orang Tanpa Gejala (OTG) akibat diabaikannya protokol kesehatan. Apalagi, klaster baru banyak bermunculan dalam beberapa pekan terakhir akibat sebagian daerah mulai melepas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

" Termasuk peristiwa demonstrasi yang terjadi beberapa hari belakangan ini," kata Adib.

Sumber: Liputan6.com

4 dari 5 halaman

RSUD Biak Numfor Siap Tampung Pasien Covid-19

Dream - Rumah Sakit Umum Daerah Biak Numfor menjadi fasilitas untuk pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan khusus. Rumah sakit ini akan menampung pasien Covid-19 di Pulau Biak.

RS ini diresmikan oleh Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo, di Biak Numfor, Kabupaten Biak, Papua pada Kamis, 08 Oktober 2020. Rumah sakit ini memiliki kapasitas 50 pasien dengan 10 tempat tidur disediakan untuk pasien yang membutuhkan penanganan khusus.

Bupati Biak, Herry Ario Naap, berterima kasih atas perhatian Pemerintah Pusat dengan mendirikan RSUD yang perannya sangat dibutuhkan masyarakat. Terutama dalam situasi sekarang dengan kasus Covid-19 meningkat sehingga dibutuhkan RS yang dapat segera menangani pasien positif.

" Saya atas nama masyarakat Biak Numfor mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang membangunkan RSUD untuk penanganan Covid-19. Selama ini warga yang terinfeksi harus dikirim ke Jayapura untuk mendapatkan perawatan," kata Herry.

Ke depan, RSUD ini tidak hanya merawat pasien yang tinggal di Pulau Biak saja melainkan daerah-daerah sekitar seperti Pulau Japen. Dengan fasilitas yang memadai, pasien Covid-19 dapat segera tertangani.

5 dari 5 halaman

Dalam kesempatan tersebut, Doni menjelaskan masyarakat Biak Numfor membutuhkan penanganan yang cepat untuk menekan penyebaran Covid-19. RSUD ini dibangun sebagai tindakan cepat Pemerintah.

Pembangunan RSUD Biak ini menelan anggaran mencapai Rp43 miliar yang seluruhnya berasal dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sedangkan pelaksanaan pembangunan dibantu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Badan Usaha Milik Negara, PT Adhi Karya sebagai kontraktor.

" Harapan saya, RSUD ini bisa dirawat dengan baik dan bisa melayani masyarakat juga dengan baik. Khusus dalam menghadapi Covid-19, saya mengharapkan masyarakat di Biak Numfor untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan, selalu memakai masker, jaga jarak dan menghindari kerumunan, serta cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir," pesan Doni.

Ruang isolasi Covid-19 di RSUD Biak Numfor pada Kamis merawat 24 pasien. Rinciannya 2 pasien positif, 4 pasien melakukan kontak erat, dan sisanya terkonfirmasi positif.

Masyarakat Biak Numfor menyambut Doni Monardo dengan suka cita melalui tarian selamat datang dan melepasnya dengan penuh terima kasih. Seperti kunjungan sehari sebelumnya di Gorontalo dan Sulawesi Utara, Doni melakukan rapat koordinasi penanganan Covid-19 dengan pimpinan daerah Biak Numfor.

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

Beri Komentar