Jatuh Bangun Yerusalem

Reporter : Puri Yuanita
Minggu, 17 Desember 2017 20:02
Jatuh Bangun Yerusalem
Ribuan tahun lalu konflik itu sudah ada. Dan kini bara itu memanas. Yerusalem, kota suci tiga agama kembali jadi perhatian dunia.

Dream - Dua kali dihancurkan, 23 kali dikepung, 52 kali diserang, dirampas dan direbut kembali sebanyak 44 kali. Tak ada kota di dunia sesengit daerah itu. Setiap jengkal lapisan tanah adalah peninggalan jejak. Petanda dari penguasa yang berbeda-beda. Dalam kurun waktu ribuan tahun.

Terbentang di dataran tinggi antara Laut Tengah dan Laut Mati, inilah saksi sejarah perebutan kota paling kekal. Dari zaman kegelapan sampai modern. Diperebutkan sejak pertama kali berdiri berabad-abad silam.

Yerusalem, inilah kota itu. Sebuah kota tua di jazirah Arab. Tanah suci bagi tiga agama sekaligus. Islam, Kristen, dan Yahudi. 

Sejarah Yerusalem begitu melekat di ingatan semua agama samawi. Diserang, dihancurkan hingga diperebutkan berbagai bangsa. Kondisi yang tak henti-hentinya dialami bahkan sampai sekarang.

Perjalanan panjang Yerusalem tak terlepas dari posisi kota ini sebagai ikon penting tiga agama berbeda. Di kota ini, terdapat kompleks suci yang disebut Al Haram Asy Syarief atau Temple Mount. Tanah paling disucikan sekaligus diperebutkan.

Bangsa Yahudi menyebutnya sebagai Har Ha Bayit (Bait Suci). Lain lagi dengan kaum Nasrani yang menyebutnya Bait Allah atau Bait Suci. Sementara orang Islam menyebutnya sebagai Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa.

Jauh di zaman kenabian silam, Bait Suci awalnya dibangun serba sederhana oleh Nabi Yakub AS, nenek moyang bangsa Israel. Semakin megah kala Bait Suci dibangun ulang oleh Nabi Sulaiman AS (Solomon). Bagi bangsa Yahudi, bangunan ini sebagai Bait Suci Pertama (First Temple).

Bangunan tua yang dibangun manusia pilihan itu bertahan sampai tahun 586 SM sebelum dihancurkan bangsa Babilonia pimpinan Nebukadnezar. Selain menghancurkan bangunan suci itu, bangsa Babilonia juga mengusir bangsa Israel dari Yerusalem.

Bangsa Israel kembali ke tanah kelahirannya. Di tahun 536-513 SM mereka kembali dari pembuangan. Membangun kembali Bait Suci dengan gelar yang baru. Second Temple atau Bait Suci Kedua. Seperti tak pernah berakhir, bangunan suci kedua itu kembali hancur. Kali ini bukan oleh bangsa Babilonia. Tapi di tangan Romawi pada tahun 70 M. Ratusan tahun Yerusalem ada di genggaman Romawi.

Perjanjian Khalifah Umar bin Khattab dengan Penduduk Yerusalem

Sampai akhirnya pada tahun 637 M, pasukan Islam mengambil alihnya dari kekuasaan Bizantium. Di bawah Khalifah Umar bin Khattab, kota itu direbut. Kota itu tak lagi megah. Yerusalem bak lautan sampah. Berubah menjadi memprihatinkan. Reruntuhan Bait Suci dijadikan tempat pembuangan sampah oleh bangsa Nasrani. Bentuk penghinaan pada orang Yahudi.

Khalifah Umar dan pasukan Islam membenahi Yerusalem dan membangun kembali Baitul Maqdis. Kepemimpinan berganti dari khalifah satu ke khalifah lainnya. Dan selama itu pula, Masjidil Aqsa sempat rusak. Bukan karena direbut atau dihancurkan. Hancur karena gempa. Namun masjid itu tetap tegak berdiri usai direnovasi.

Kendali Islam atas Yerusalem tak sepenuhnya kekal. Pertikaian kembali berkecamuk. Kali ini Perang Salib yang digawangi Paus Urbanus II pecah di kota suci itu. Pasca perang, Yerusalem mulai dikuasai Pasukan Salib pada 1099 M. Masa dimana bangsa Muslim dan Yahudi dibantai serta terusir dari kota tersebut.

Kawasan Baitil Maqdis berubah total. Dikuasai Pasukan Salib, kawasan itu berubah fungsi. Mulai dari gereja, istana hingga kandang kuda. Bahkan, kawasan ini juga sempat dijadikan markas Kesatria Templar.

Seperti tak pernah berakhir, Yerusalem kembali jadi ladang pertikaian. Ratusan tahun berkuasa tentara Salib, Yerusalem kembali digempur pasukan Islam. Di bawah Salahudin Al Ayubi, penguasa kota ini takluk. Kekhlifahan Islam kembali merebut tanah Yerusalem di tahun 1187 M. Salahudin atau Sultan Saladin mengembalikan fungsi Baitul Maqdis sebagai Masjidil Aqsa seperti semula.

Tak seperti penguasa sebelumnya, Salahudin tak menyimpan dendam. Tak ada darah penduduk Yerusalem yang tumpah usai penguasaan itu. Bangsa Yahudi dan Nasrani tetap tinggal dan beribadah di Yerusalem. Sebagaimana diberlakukan para pemimpin Islam pendahulunya.  Hingga Kekhalifahan Turki Utsmani runtuh.

Roda kembali berputar. Yerusalem kini berubah penguasa. Bukan Romawi, Babilonia, atau Kekhalifahan Muslim. Palestina berada di bawah kuasa Inggris. Di masa itu pula, bangsa Yahudi di Eropa kembali ke tanah kelahiran mereka. Di tengah gelombang pembasmian yang melanda Eropa. Perlahan-lahan menggerogoti wilayah milik warga Palestina.

Tapi hanya dua wilayah yang tak bisa mereka kuasai. Kota tua Yerusalem dan Baitul Maqdis. Dua wilayah yang berada di bawah kekuasaan Majelis Muslim Yerusalem.

Yerusalem dan Penghancuran Bangsa Israel

Gelombang manusia membuat Yerusalem semakin sesak. Pertikaian terus berlangsung. Hingga akhirnya Inggris menyerah. Tak kuasa mengatur bentrok masyarakat yang terus berlangsung.

Di tahun 1947, PBB membuat keputusan mengejutkan. Yerusalem dibagi dua. satu wilayah dihuni sekitar 650 ribu warga Yahudi. Sisanya bangsa Arab.

Keputusan yang membuat bangsa Arab curiga. Pembagian wilayah dianggap bagian dari rencana jangka panjang kaum Yahudi bercokol di tanah mereka. Kecurigaan yang akhirnya menjadi kenyataan.

Israel melakukan agresi di tahun 1948. Menyerang dan membersihkan etnis Palestina di kawasan itu. Pasukan Zionis tengah menjalankan misi besar. Menciptakan negara Yahudi dengan mengusir 750 ribu warga Palestina dari tanah kelahirannya. 

Aksi itu membuat murka negara Arab. Mereka bersatu melawan keberingasan Yahudi. Berperang demi negara Palestina.

Perang Yahudi dan negara Arab berakhir dengan kemenangan Israel yang menguasai 78 persen tanah Palestina. Hanya 22 persen yang jatuh ke tangan Mesir dan Yordania.

Tapi bukan berarti perang berakhir. Israel kembali mengejutkan dunia di tahun 1967. Mereka menyerang wilayah Palestina di kawasan Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan jalur Gaza. Israel juga menduduki dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah dan Semananjung Sinar, Mesir. Semua dilakukan serba kilat. Hanya dalam waktu enam hari.

Dalam perang melawan Mesir, Yordania, dan Suriah pada 1967, yang dikenal sebagai Peran Juni, Israel melancarkan aksi Naksa. Maknanya mengambil alih atau mengalahkan tentara negara Arab dan mengusir seluruh wrga Palestina.

Serangan mereka sukses. Seluruh tanah Palestina dicaplok. Wilayah di Mesir dan Suriah dikuasai. Di akhir perang, Israel telah mengusir 430 ribu warga Palestina dari tanah kelahirannya. Wilayah mereka pun makin luas. Menjadi 3,5 kali lipat dari penguasaan semula.

Perang 1967 muncul bukan tiba-tiba. Serangkaian kekerasan kerap terjadi diantara militer Israel, Suriah, dan Yordania. Ribuan pengungsi Palestina eksodus menyeberang ke perbatasan mencari kerabat. Alasannya beragam.

Cekik Bocah Palestina, Tentara Israel Panen Kecaman

Antara 1949-1956, diperkirakan pasukan Israel telah membunuh antara 2.000-5000 orang orang yang berusaha melintas perbatasan.

Banyak analis dan sejarawan menyakini Israel menyimpan motif bisnis yang terunda selama melakukan serangan antara 1948-1967. Mereka ingin menguasai seluruh wilayah wilayah bersejarah Palestina yang gagal direbut pada 1948.

Keberhasilan perang tahun 1967 membuat kepercayaan diri Israel makin besar. Menguatkan kembali ide tentang agama dan misi zionis yang mereka yakini. Israel juga sesumbar menjadi negara yang berhak menguasai seluruh Tanah Suci itu.

Pembagian wilayah dan peringatan dari PBB pun tak pernah digubris. Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa menjadi area yang paling diincar Israel. Meski dalam kesepakatan internasional status quo Masjidil Aqsa adalah milik Muslim dan berada di bawah otoritas wakaf Yordania, pada praktiknya polisi dan tentara Israel terus mengontrol tempat tersebut. Bahkan dengan sengaja membatasi ruang gerak Muslim Palestina yang ingin beribadah.

Banyak pihak memprediksi, bangsa Yahudi begitu berniat menguasai Baitul Maqdis lantaran ingin membangun Bait Suci Ketiga (Third Temple) di atas Masjidil Aqsa.

Inilah yang kemudian terus menyulut kemarahan warga Palestina hingga menyebabkan konflik yang tak kunjung berkesudahan.

Dan keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel baru-baru ini membuat konflik Israel-Palestina semakin memanas dan semakin jauh dari langkah perdamaian.

Kini konflik baru seolah dibuka. Bara di Kota Suci tiga agama itu kembali memanas. Entah sampai kapan akan berakhir.

(Sah/Berbagai sumber)

 

Beri Komentar