Dream – Jumat pagi, 10 Juni 2016. Belasan ribu manusia berjejal di KFC Yum! Center, Louisville, Amerika Serikat. Kesedihan meruap dari wajah mereka. Tak sedikit yang menumpahkan air mata.
Tangan mereka terus melambai. Melepas kepergian saudara. Mulut tak berhenti komat-kamit, melafal kalimat Tahlil: La Ilaha illallah... La Ilaha illallah... La Ilaha illallah...
Di depan, serombongan orang mendorong dipan beroda. Di atasnya, terdapat peti berselimut kain hitam, bersulam tulisan Arab dari benang emas.
Di dalam peti itulah jenazah Muhammad Ali bersemayam. Pagi itu menjadi prosesi pamungkas sebelum legenda tinju yang wafat 3 Juni itu diantar ke peristirahatan terakhir di Cave Hill Cemetery.
Kepergian Ali memang menjadi duka masyarakat internasional tahun ini. Pemegang tiga gelar juara dunia tinju kelas berat ini memang inspiratif. Banyak orang merasa kehilangan. Berbagai media bahkan menurunkan laporan utama, mengupas perjalanan hidupnya.
Duka untuk tokoh Islam di Amerika ini bukan satu-satunya kabar yang mencuat selama 2016. Sejumlah peristiwa dari berbagai negara juga sempat membetot mata dunia, khususnya kaum Muslim. Dari beberapa peristiwa itu, ada duka dan prahara!
Saat penghujung Ramadan atau awal Juli lalu misalnya, rentetan teror terjadi di Arab Saudi. Bahkan, bom bunuh diri meledak di dekat Masjid Nabawi, Madinah. Menewaskan sejumlah orang.
Selain itu, ada pula percobaan kudeta di Turki, tragedi kemanusiaan di Aleppo, hingga pemilihan Presiden AS yang memunculkan Donald Trump sebagai pemenang.
Beragam peristiwa tersebut kami rangkum dalam kaleidoskop dinamika internasinal berikut ini:
Muhammad Ali wafat pada usia 74 tahun, Jumat 3 Juni 2016. Legenda tinju dunia pemegang 3 kali gelar juara kelas berat ini menghembuskan nafas terakhir saat dirawat di rumah sakit di Kota Phoenix, Arizona.
Pria bernama asli Cassius Marcellus Clay itu memang sudah lama menderita Parkinson. Petinju berjuluk “ The Greatest” ini keluar-masuk rumah sakit. Pada 20 Desember 2014, Ali masuk rumah sakit karena pneumonia ringan.
Tak lama kemudian, tepatnya 15 Januari 2015, dia kembali masuk ruang perawatan karena infeksi saluran kemih.
Dan 2 Juni 2016, Ali kembali dirawat di rumah sakit karena masalah pernafasan. Keesokan hari, kondisi Ali memburuk dan kemudian dinyatakan wafat pada 3 Juni.
Pria yang lahir di Louisville pada 17 Januari 1942 ini merupakan anak sulung tukang cat papan iklan. Dia mulai suka dengan olahraga tinju pada usia 12 tahun.
Pada 1954, Ali remaja mulai belajar tinju di sasana milik Fred Stoner --pria ini menjadi pelatih selama karier amatir Muhammad Ali. Selama di asuh Stoner, Ali memenangi 6 kali Kentucky Golden Gloves. Dalam karir amatir ini, dia menang ratusan kali, dan hanya kalah 5 kali.
Enam tahun berselang, atau 1960, Ali menggondol medali emas kategori light heavyweight pada Olimpiade di Roma Italia. Setelah itu, karier di dunia tinju profesional mencorong.
Pada 26 Februari 1964, dunia geger. Bukan soal kemenangan Ali –yang sehari sebelumnya menghajar Sonny Liston, melainkan kabar masuk Islam sang bintang baru ring tinju ini.
Ali masuk Islam setelah terinspirasi oleh Malcolm X, aktivis hak asasi manusia keturunan Afrika-Amerika, yang pernah menjadi Menteri Muslim AS.
Setelah masuk Islam, dia mengganti nama menjadi Muhammad Ali. Tak lagi menggunakan “ nama budak” Cassius Marcellus Clay Jr.
Ali tak hanya garang di atas ring. Dia juga dikenal vokal bersuara jika tak bertanding, terutama pada isu politik dan agama.
Dia bahkan dijebloskan ke penjara pada tahun 1966 karena menolak wajib militer dan tak mau dikirim ke perang Vietnam.
“ Bagaimana aku akan membunuh seseorang jika aku sholat lima kali sehari untuk keamanan,” ujar Ali kala itu.
Ali dikenal sebagai Muslim taat. Sangat tegas dalam membela agama. Selengkapnya, baca di sini: `Allahu Akbar` Menggema di Pemakaman Muhammad Ali
Baca juga: Fakta Kisah Mualaf Muhammad Ali yang Tak Anda Ketahui
Umat Muslim dunia dikejutkan ledakan bom di dekat Masjid Nabawi, Madinah, Selasa 5 Juli 2016. Enam orang tewas, empat di antaranya adalah polisi Saudi.
Insiden di penghujung Ramadan ini terjadi sesaat setelah azan Maghrib di masjid yang didirikan Rasulullah Muhammad SAW. Pelaku disebut berpura-pura akan ikut buka puasa bersama di Masjid Nabawi.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Saudi, Mayor Jenderal Mansour Al Turki, menyebut pelaku bom di Madinah adalah ekspatriat berusia 30 tahun.
Selain Madinah, ledakan terjadi di dua tempat lain, yaitu di dekat Masjid Al-Omran, Qatif, Provinsi Timur, dan di dekat Konsulat Amerika Serikat di Jeddah.
Baca juga: Bom Bunuh Diri Meledak di Dekat Masjid Nabawi Madinah, 6 Tewas
Dunia digegerkan dengan percobaan kudeta yang dilakukan sekelompok militer Turki terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan. Kelompok militer bahkan sempat menyatakan telah mengambil alih kekuasaan negara.
Sejumlah pasukan telah ditempatkan di titik-titik strategis di Istanbul dan pesawat jet tempur terbang rendah di Ibukota, Ankara, saat aksi 15 Juli itu.
Erdogan bahkan mengklaim kelompok makar mengebom tempat persembunyiannya. Beruntung kala itu dia sudah pindah tempat, sehingga selamat.
Aksi makar ini bisa diredam. Rakyat Turki mendukung penuh Erdogan. Mereka turun ke jalan, melawan, bahkan turut menangkapi tentara pembelot.
Setelah itu, Erdogan melakukan “ pembersihan”. Dia menangkap ribuan orang yang dituduh terlibat, di dalam dan di luar negeri. Mulai tentara hingga polisi. Rakyat jelata hingga politisi. Juga olahragawan dan akademisi.
Baca juga: Militer Turki Kudeta, Persembunyian Presiden Erdogan Dibom
Agustus silam, dunia digegerkan dengan foto bocah kecil yang beredar di jagat maya. Bocah itu duduk di kursi. Mematung. Badan penuh debu, wajah datar. Tapi raut mungil itu sungguh menyiratkan penderitaan.
Bocah itu namanya Omran Daqneesh. Usianya baru 5 tahun. Dia baru saja diselamatkan dari bawah timbunan gedung yang luluh-lantak akibat perang di Aleppo, Suriah.
Foto itu membuka mata dunia, bahwa perang di negeri Syam itu tak hanya melumatkan bangunan, tapi juka membuat ribuan nyawa melayang.
Peluru, granat, mortir, dan juga bom –entah itu dimuntahkan dari moncong-moncong senjata rezim Bashar Al Assad maupun kaum pemberontak, pun demikian dengan kelompok ISIS– menerjang siapa saja, tampa pandang bulu.
Peta kekuatan semakin runyam karena negara-negara adi daya turut campur dalam perang Suriah. Rusia dan Amerika Serikat menjadi negara asing terdepan di palagan ini.
Perang benar-benar mencabik-cabik negara itu. Sejak 2011 hinga kini, sudah ribuan orang meningal dunia. Laporan New York Times, pada Februari silam pemerintah menguasai 40% Suriah, ISIS menguasai 20–40%, kelompok pemberontak menguasai 20%, dan 15–20% dikuasai oleh Kurdi.
Namun peta itu terus berubah, seiring perang yang terus berkecamuk. Desember ini, pasukan pemerintah menggempur Aleppo. Kaum oposan terdesak dari wilayah yang dihuni sekitar 300.000 jiwa itu.
Entah sampai kapan perang ini usai. Semoga, segera tercipta damai di negeri itu, dan juga dunia...
Baca juga: Perang Suriah
Pemilihan Presiden Amerika Serikat membetot mata dunia. Hajatan demokrasi empat tahunan negeri Paman Sam itu memang selalu jadi magnet, dan tahun ini menjadi semakin ramai dengan adanya Donald Trump yang mencalonkan diri melalui Partai Republik.
Sosok Trump sangat kontroversial. Ssepanjang kampanye dia mengumbar pernyataan tendensius. Dengan jargon “ make America great again”, dia sudutkan kaum minoritas AS.
Desember tahun lalu Trump membuat wacana melarang Muslim datang ke Amerika. Mengawasi masjid untuk melawan terorisme. Juga akan membangun sekat beton di perbatasan Meksiko untuk menghalau imigran dari selatan.
Wacana ini membuat sebagian warga dunia khawatir. “ Trump effect” pun muncul dari rencana yang dinilai tak populis itu. Hasilnya, sejumlah survei mengunggulkan calon yang diusung Partai Demokrat, Hillary Clinton. Meski dengan angka tipis.
Tapi semua prediksi itu terbalik 180 derajat. Dalam pemilu yang digelar 8 November silam, Trum secara mengejutkan mengungguli perolehan electoral vote Hillary.
Trump meraup 279 electoral votes atau suara pemilih. Terpaut jauh dari sang rival yang hanya mendapat 218. Modal itu cukup bagi Trump untuk melenggang ke Gedung Putih. Jika tak ada aral melintang, pada 20 Januari 2017 dia disumpah menjadi Presiden ke-45 Amerika Setikat.
Baca juga: Trump Effect
Advertisement
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation
Video Sri Mulyani Menangis di Pundak Suami Saat Pegawai Kemenkeu Nyanyikan `Bahasa Kalbu`
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Kembali ke Akar: Festival yang Ajak Publik Belajar Jaga, Serap, dan Tumbuh
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17