Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Setiap amalan tergantung pada niatnya. Tanpa niat, ibadah tidak akan sah. Oleh karena itulah niat menjadi bagian penting dalam setiap amalan, termasuk saat berpuasa.
Biasanya, niat dilakukan berbarengan dengan ibadah yang dilakukan, namun berbeda untuk puasa. Khusus puasa, niat dilakukan sebelum melakukan amalannya, karena tak bisa melakukan niat berbarengan dengan terbit fajar.
Ulama fikih menjelaskan niat puasa berbeda dengan ibadah pada umumnya. Jika niat ibadah lain harus persis di awal pelaksanaan, maka niat puasa harus lebih dulu dari puasanya, tepatnya pada malam hari.
Malam yang dimaksud adalah waktu setelah terbenamnya matahari hingga sesaat menjelang terbitnya fajar penanda masuknya waktu subuh.
Seseorang boleh berniat puasa setelah sholat Maghrib/Isya, setelah sholat Tarawih, sebelum tidur, ataupun setelah selesai makan sahur, asalkan belum masuk waktu subuh.
Hal ini berdasarkan hadis hasan riwayat Imam Nasa’i dan lainnya. Bagi penganut Mazhab Syafi’i, niat harus diucapkan setiap malam bulan Ramadan.
Ulama kalangan Mazhab Maliki membolehkan satu niat di awal Ramadan untuk sebulan. Akan tetapi akan lebih baik jika seseorang berniat puasa untuk 30 hari di awal Ramadan, kemudian memperbaharuinya pada tiap malam Ramadan sebagai bentuk kehati-hatian.
Advertisement
Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini

Kasus Influenza A di Indonesia Meningkat, Gejalanya Mirip Covid-19
