Kisah Sahabat Nabi Batal Puasa karena Tak Mampu Menahan Nafsu, Begini Sikap Rasulullah

Reporter : Widya Resti Oktaviana
Rabu, 5 April 2023 04:01
Kisah Sahabat Nabi Batal Puasa karena Tak Mampu Menahan Nafsu, Begini Sikap Rasulullah
Rasulullah mengajarkan agar tidak mempersulit sesuatu yang mudah agar tidak menjadi beban untuk diri sendiri.

Dream - Agama Islam hadir dengan berbagai syariat yang sudah seharusnya ditaati oleh setiap umat Islam. Meski begitu, adanya syariat-syariat Islam tersebut tidak bertujuan untuk menyulitkan. Karena Islam sendiri hadir dengan kemudahan dan toleransinya.

Segala hal yang diperintahkan Allah SWT sebaiknya dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Begitu juga dengan apa yang dilarangnya, maka hindarilah untuk mencegah dari perbuatan maksiat yang mendatangkan dosa.

Sehingga, alangkah baiknya jika kita sebagai umat Islam selalu mempermudah hal yang memang mudah. Dengan begitu, segala sesuatunya bisa dijalani dengan perasaan yang tenang dan tidak terbebani. Prinsip seperti itulah yang diajarkan oleh Rasulullah saw.

Bahkan dalam suatu kisah diceritakan ketika beliau menghadapi suatu permasalahan syariat yang dilakukan oleh seseorang, beliau menghadapinya dengan penuh kebijaksanaan dan tidak melibatkan emosi.

Untuk mengetahui bagaimana kisah lengkapnya, berikut sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.

1 dari 2 halaman

Kisah Seorang Laki-Laki yang Membatalkan Puasa Ramadhan

Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad saw suatu hari didatangi oleh seorang laki-laki. Laki-laki tersebut mengatakan pada Nabi bahwa dirinya sudah membatalkan puasa Ramadhan karena tidak bisa menahan nafsu untuk berhubungan dengan istrinya.

Suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, datanglah seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW, dan berkata: “ wahai Rasulullah celakalah aku” Rasulullah SAW pun menanggapi: “ Apa yang terjadi dengamu?” lelaki itu menjawab: “ aku berhubungan biologis dengan istriku ketika sedang berpuasa ramadan (di siang hari), Rasulullah SAW pun bertanya kepadanya: “ apakah kamu memiliki seorang budak yang bisa kau merdekakan?”, ia menjawab: “ Aku tidak punya wahai Rasul

Saat laki-laki itu mengatakan kejadian tersebut, Rasulullah pun bertanya lagi kepada si laki-laki:

Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” lelaki itu menjawab: “ aku tidak mampu wahai Rasul”, Rasulullah SAW pun kembali bertanya: “ Apakah kau memiliki persediaan makanan untuk memberi makan ke enam puluh orang miskin?” lelaki itu menjawab: “ tidak wahai Rasul”.

Dalam kondisi tersebut, Rasulullah saw mendapatkan kurma yang besar-besar dalam jumlah banyak. Kemudian Rasulullah memberikan kurma itu kepada si laki-laki dan menyuruhnya untuk bersedekah dengan kurma tersebut.

Mana si penanya tadi?” lelaki itupun menjawab “ saya Rasulullah”, Rasulullah SAW pun berpesan kepadanya: “ Bawa kurma ini, dan bersedekahlah dengannya (sebagai kafarat puasa yang dibatalkan)”

Tidak berhenti di situ saja, laki-laki itu kembali bertanya kepada Rasulullah.

Apakah saya berikan kurma ini kepada orang yang lebih fakir dariku wahai Rasul? Demi Allah Wahai Rasul, tidak ada orang didaerahku yang lebih fakir dariku dan keluargaku, Rasulullah SAW pun tertawa sehingga terlihat (sedikit) gigi gerahamnya, lalu beliau berkata “ berilah makan keluargamu dengan kurma itu.” (HR. Bukhari)

2 dari 2 halaman

Hikmah yang Bisa Dipetik

Melalui kisah tersebut, ada hikmah yang bisa kita petik. Diketahui bersama bahwa puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi mereka yang mampu melaksanakannya. Di mana ketika meninggalkan puasa karena suatu halangan, maka wajib mengganti atau mengqodho puasa di luar bulan Ramadhan. Tetapi jika meninggalkannya secara sengaja, maka hal tersebut bisa mendatangkan dosa.

Dalam kisah di atas, laki-laki itu membatalkan puasanya dengan sengaja karena tidak bisa menahan nafsu berhubungan dengan istrinya. Namun, apa yang dilakukan Rasulullah? Beliau tidak langsung marah atau menyalahkan si laki-laki.

Justru beliau menghadapinya dengan penuh kebijaksanaan, ketenangan, dan tidak melibatkan emosi. Rasulullah saw justru memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan untuk membayar kesalahan yang sudah dilakukannya.

Sehingga dalam kisah tersebut juga bisa kita ketahui, bahwa Islam bukanlah agama yang menyulitkan. Dari syariat-syariat yang ditetapkan, ada kemudahan di baliknya ketika kita tidak mampu melakukannya. Meski begitu, kita tetap harus menjalankan syariat tersebut sebaik mungkin.

Beri Komentar