Mbah Moen
Dream - Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Indonesia berduka karena kehilangan tokoh bangsa, KH Maimoen Zubair. Kiai sepuh yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Moen ini wafat dalam usia 90 tahun di Mekah, Arab Saudi.
Selama hidup, pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, ini dikenal sebagai ulama yang teguh menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mbah Moen tidak hanya dikenal sebagai ulama, namun juga negarawan. Kiai ini pernah terjun dalam dunia politik Indonesia.
Mbah Moen lahir di Rembang pada 28 Oktober 1928. Dia merupakan putra Kiai Zubair Dahlan. Di bawah asuhan sang ayah, Mbah Moen menguasai sejumlah ilmu agama seperti fikih, ushul fikih.
Menginjak usia remaja, Mbah Moen merantau ke Kediri, Jawa Timur, untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo. Di pesantren ini, dia berguru kepada Kiai Abdul Karim, Kiai Mahrus Ali, dan Kiai Marzuki.
Ketika berusia 21 tahun, Mbah Moen didampingi sang kakek, Kiai Ahmad bin Syuab, pergi ke Mekah Al Mukarromah untuk melanjutkan pendidikan. Di kota yang dulu masuk daerah Hijaz, Mbah Moen menimba ilmu kepada Sayyid Alawi bin Abbas Al Maliki, Syeikh Al Iman Hasan Al Masysyath, Sayyid Amin Al Quthbi, Syeikh Yasin Isa Al Fadani, Syeikh Abdul Qodir Al Mandali dan sejumlah ulama lainnya.
Tak hanya di Hijaz, Mbah Moen juga pernah berguru kepada sejumlah ulama di Jawa. Seperti kepada Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa Rembang, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen Demak, Kiai Abdullah Abbas Buntet Cirebon, Syeikh Abul Fadhol Senori Tuban.
Sepanjang karier akademisnya, Mbah Moen dikenal sebagai ulama produktif. Dia sudah menghasilkan banyak kitab yang sebagian besar menjadi rujukan para santri, seperti Al Ulama Al Mujaddidun.
Pulang dari Hijaz, Mbah Moen memutuskan mengabdi ke Pesantren Al Anwar di Sarang pada 1965. Pesantren ini memang diarahkan untuk menjadi basis pembelajaran dan pengkajian kitab kuning, yang kemudian berkembang menjadi rujukan para santri.
Di luar pesantren, Mbah Moen pernah menjabat sebagai anggota DPRD Rembang selama tujuh tahun. Dia juga pernah menjabat sebagai anggota MPR RI mewakili Jawa Tengah, kemudian diangkat menjadi Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Kiprah Mbah Moen di dunia politik tidak mengejar kepentingan sesaat. Lewat politik, Mbah Moen berjasa besar mendialogkan Islam dengan kebangsaan.
Ketika usianya mulai senja, Mbah Moen kembali mengabdi ke pesantren. Namun demikian, buah pikirnya selalu menjadi rujukan Bangsa. Mbah Moen kerap diminta memberikan wejangan oleh tokoh-tokoh nasional mengenai kondisi bangsa.
Sumber: NU Online
Dream - Duka kembali menghampiri Indonesia. Ulama sepuh, Kiai Haji Maimoen Zubair, meninggal dunia dalam usia 90 tahun di Mekah Al Mukarromah, Arab Saudi, pada Selasa dini hari waktu setempat.
Sebelum meninggal, Kiai yang akrab disapa Mbah Moen ini tengah melaksanakan ibadah haji. Bersama beberapa santri yang mendampingi, Mbah Moen tampak melantunkan talbiyah.
Akun Instagram @lenterazaman mengunggah video saat Mbah Moen tengah berhaji. Dalam video tersebut, Mbah Moen mengenakan kain ihram.
Seorang santri terlihat merangkul Mbah Moen untuk menjaga tubuh Sang Kiai tidak terjatuh saat duduk. Santri tersebut membimbing Mbah Moen mengucap kalimat talbiyah.
Mbah Moen menirukan ucapan santri tersebut. Terdengar kalimat talbiyah dari Mbah Moen keluar dengan suara sedikit serak.
Sesekali, suara Mbah Moen terdengar bergetar. Menandakan ulama tersebut menahan tangis.
Sembari membimbing Mbah Moen, santri tersebut tampak mengelus lengan sang Kiai. Dia hendak menguatkan semangat Mbah Moen dalam melaksanakan haji.
View this post on Instagram
Dream - Innalillahi wainnailaihi rojiun, salah satu ulama besar Tanah Air, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen wafat saat hendak menjalankan ibadah haji di Mekah, Arab Saudi.
Mbah Moen yang meninggal di usia 90 tahun meninggalkan kesan tersendiri bagi Gus Miftah, pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman, Yogyakarta.
Gus Miftah yang dikenal kerap berdakwah di klub-klub malam dan pembimbing Deddy Corbuzier mengucap dua kalimat syahadat ini beruntung. Karena sempat mendapat kenang-kenangan terakhir dari Mbah Moen. Salah satunya berupa surban, serban, atau sorban.
" Ya Allah....... Mbah Moen. Dua hari sebelum lebaran, beliau video call. Lebaran beliau kasih saya hadiah surban, sandal dan parfum yg sering beliau pakai," ujar Gus Miftah, lewat akun instagramnya @gusmiftah, Selasa 6 Agustus 2019.
(Foto: Instagram @gusmiftah)
Sebelumnya, Gus Miftah menyampaikan kabar duka bahwa Mbah Moen meninggal di Tanah Suci, Mekah. " Seminggu sebelum berangkat haji gagal bertemu beliau," ujarnya lagi.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN