Foto Indonesia Dari Luar Angkasa (Foto: Twitter/@nasa)
Dream - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membagikan foto Stasiun Internasional Luar Angkasa (ISS) saat mengudara di atas Indonesia. Foto tersebut diunggah pada 3 Juli 2019.
" Lingkungan yang damai: Sinar matahari memancar dari Laut Sulawesi di Asia Tenggara saat @space_station terbang di atas Indonesia," tulis NASA.
A peaceful scene:
The Sun's glint beams off the Celebes Sea in southeast Asia as the @Space_Station flies over Indonesia. Want to see more images like this? Check out our @Flickr album and marvel at the beauty of our home planet from above: https://t.co/opik3WF6uj pic.twitter.com/H7cNrCS44H— NASA (@NASA)July 3, 2019
Ini bukan kali pertama ISS melayang di atas Indonesia. Pada 15 Mei, ISS mempublikasikan penampakan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat (NTB).
ISS tebang di ketinggian rata-rata 400 kilometer di atas Bumi. ISS berkeliling dunia tiap 90 menit dengan kecepatan 28.000 kilometer per jam.
Dalam sehari, ISS menempuh jarak yang diperlukan untuk pergi dari Bumi ke Bulan dan kembali ke Bumi.
ISS dibantu pusat kendali misi di Houston dan Moskow, serta pusat kendali muatan di Huntsville -- di samping dukungan dari Jepang, Kanada, dan Eropa. Selain NASA, ada beberapa badan luar angkasa yang terlibat di dalam ISS, di antaranya Roscosmos (Rusia), JAXA (Jepang), ESA (Eropa), dan CSA (Kanada) serta 15 badan luar angkasa lainnya.
Dream - Badan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) mengumumkan misi terbarunya pada Kamis, 27 Juni 2019. Menggunakan kendaraan terbang bernama Dragonfly, atau Capung, NASA ingin mengeksplorasi `bulan` Saturnus, Titan.
Dilaporkan CNet, Titan merupakan satelit yang dipenuhi es. Di sistem satelit itu terdapat danau metana besar dan pulau yang dapat menghilang secara misterius. Titan juga disebut sebagai bulan terbesar kedua di tata surya.
NASA rela mencari tahu satelit itu karena kondisi Titan menyerupai kondisi bumi paling awal. Harapannya, Titan dapat menjadi koloni manusia di masa depan.
" Dragonfly akan mengunjungi dunia yang dipenuhi berbagai senyawa organik yang merupakan unsur pembangun kehidupan dan dapat mengajarkan kita tentang asal usul kehidupan itu sendiri," kata Thomas Zurbuchen dari NASA.
Fly, #Dragonfly, fly! Our next destination in the solar system is Saturn’s largest moon, Titan, where our rotorcraft-lander will explore dozens of locations across the icy world. Discover why: https://t.co/GhopCqDjx4 pic.twitter.com/55AilAZ4ar
— NASA (@NASA)June 27, 2019
Dragonfly menjalankan misi awal selama 2,7 tahun. " Dragonfly menandai pertama kalinya NASA menerbangkan kendaraan multirotor untuk ilmu pengetahuan di planet lain; Dragonfly memiliki delapan rotor dan terbang seperti drone besar," kata NASA.
Insinyur NASA sedang mempersiapkan Dragonfly untuk meneroka wilayah seluas 175 kilometer di Titan.
Dream - Mars masih menjadi onjek menarik sekaligus penuh teka-teki bagi sejumlah ilmuwan. Baru-baru ini, robot pendaratan Mars milik National Aeronautics and Space Administration (NASA) InSight dan penjelajah Curiositu mengirimkan pemandangan awan tipis.
Tetapi, awan tersebut bukan hujan yang terjadi di Mars. Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Victoria Hartwick, seorang mahasiswa pascasarjana di University of Colorado Boulder, awan misterius itu terbentuk di atmosfer tengah Mars, sekitar 30 kilometer di atas tanah.
" Awan tidak hanya terbentuk secara mandiri," kata Hartwick, dilaporkan CNet, Selasa, 18 Juni 2019.
" Awan itu membutuhkan sesuatu yang bisa mereka padukan."
Hartwick menduga, rahasia kemunculan awan tersebut berasal dari " asap meteorik" . Debu es yang terbentuk ketika batuan ruang angkasa terbang ke atmosfer planet.
Beberapa ton puing luar angkasa biasanya menabrak Mars setiap hari, kata Hartwick. Saat meteor meledak, debu beterbangan.
Di Bumi, partikel debu muncul sebagai biji uap air yang mengembun di sekitar untuk membentuk awan. Tindakan serupa bisa terjadi di Mars.
Para peneliti menjalankan simulasi komputer atmosfer Mars. Awan muncul dalam simulasi hanya ketika tim memasukkan meteor dalam perhitungan.
Tim menerbitkan temuannya padai Senin di jurnal Nature Geoscience.
Meneliti awan Mars dapat memberi tahu para ilmuwan lebih banyak mengenai interaksi atmosfer dengan iklimnya. Serta, memberi petunjuk tentang masa lalunya yang lebih hangat dan basah.(Sah)
Dream - Sebuah temuan mengejutkan di planet Mars tertuang dalam makalah baru yang menjadi viral. Berdaasarkan isi makalah itu, diyakini memiliki tumbuhan 'jamur'.
Gambar-gambar itu membuat internet heboh. Tetapi beberapa warganet tetap skeptis. Salah satu yang disorot adalah jurnal yang menerbitkan informasi tersebut: Journal of Astrobiology and Space Science.
Dikutip dari Science Alert, Senin 1 April 2019, pada laman tersebut terdapat banyak jurnal penelitian bertema Menjaga Bumi dari Organisme Mars. Dari judul tersebut dapat tersaji seluruh sudut pandang mengenai kondisi biologi Mars.
Sehubungan dengan jurnal berisi tema jamur misterius berjudul Bukti Kehidupan di Mars?, dewan editorial mengklaim bahwa mereka mengakui " implikasi kontroversial" . Enam ilmuwan independen dan delapan editor senior akan memeriksa artikel tersebut.
Tiga dari pengulas segera menolak makalah itu dan satu editor dengan keras menentang makalah itu. Meski begitu, makalah ini akhirnya diterbitkan.
" Kami akui," kata Regina Dass, seorang ahli mikologi di Pondicherry University di India, " kami tidak memiliki bukti. Tidak ada foto sel atau struktur seluler. Tidak ada."
Alih-alih jamur, NASA menyebutnya 'blueberry'. Tetapi, tidak seperti penulis makalah baru ini, tidak ada seorang pun di badan antariksa yang benar-benar berpikir bola kecil ini adalah tanda kehidupan, apalagi buah atau sayuran yang sedang tumbuh.
Dream - Penjelajah planet bernama Zoe menemukan bakteri asing dari tanah yang digalinya di lingkungan mirip Mars, Gurun Atacama, di Chili. Beberapa bakteri yang ditemukan itu bahkan belum tercatat oleh ilmu pengetahuan.
" Temuan ini penting karena sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa setiap kehidupan di Mars menghindari kehidupan keras di mana radiasi tinggi, suhu rendah, dan kekurangan air membuat hidup terasa sulit," kata ahli biologi Yale-NUS College, Singapura, Stephen Pointing, dikutip dari Science Alert, Kamis, 28 Februari 2019.
Seperti diketahui, Mars lebih kering ketimbang bumi. Kondisi semacam itu mirip dengan Gurun Atacama.
Di gurun tersebut, hujan tidak turun selama beberapa dekade. Tapi tahun lalu, untuk pertama kalinya, kehidupan mikroba ditemukan tumbuh subur di permukaannya.
Permukaan Mars, seperti yang ditunjukkan Stephen, lebih keras ketimbang permukaan Gurun Atacama. Tetapi ketika Zoë mengebor untuk mengambil inti sampel hingga kedalaman 80 sentimeter, dia menemukan mikroba bawah permukaan yang menunjukkan cara suatu mahluk bertahan hidup.
" Kami melihat bahwa semakin dalam tanah, ditemukan komunitas bakteri yang didominasi oleh bakteri yang dapat tumbuh subur di tanah yang sangat asin dan basa," ujar dia.
Stephen menyebut, sekelompok bakteri yang bertahan dengan metabolisme metana ditemukan di kedalaman 80 sentimeter.
" Ini sangat menarik karena menunjukkan bahwa di bawah permukaan Gurun Atacama mendukung mikroba yang sangat khusus yang dapat tumbuh subur di tanah seperti Mars," ujar dia.
Bakteri yang memetabolisasikan metana, katanya, adalah yang paling menarik. Bakteri itu cukup jauh di bawah permukaan, dan memiliki kemampuan untuk menggunakan substrat yang dikenal berlimpah di Mars.
Rencananya, Zoe akan menggali lebih dalam contoh tanah di gurun tersebut. Zoe akan mengebor tanah hingga kedalaman 2 meter untuk mencari contoh bakteri.
Dari hasil temuan sementara ini, tim dari Yale-NUS juga juga menyusun ide tentang di mana untuk memulai pengeboran di Mars.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN