Pengakuan Eks Pilot Israel: Tentara Kami Organisasi Teroris

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Rabu, 19 Mei 2021 17:00
Pengakuan Eks Pilot Israel: Tentara Kami Organisasi Teroris
Ia menilai pemerintah Israel dan komandan militernya merupakan penjahat perang.

Dream - Konflik Israel dan Palestina semakin memanas. Dukungan mengalir deras untuk Palestina, termasuk dari mantan pilot Angkatan Udara Israel, Yonatan Shapira.

Dalam pengakuannya, ia menilai pemerintah Israel dan komandan militernya merupakan penjahat perang. Kapten Shapira yang mundur dari tentara Israel pada 2003 saat pecahnya Intifada Kedua Palestina menjelaskan dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu, dia menyadari dia menjadi “ bagian organisasi teroris” setelah bergabung dengan militer Israel.

“ Saya menyadari selama Intifada Kedua apa yang dilakukan Angkatan Udara Israel dan militer Israel adalah kejahatan perang, meneror jutaan populasi Palestina. Ketika saya menyadari itu, saya memutuskan tidak hanya mundur tapi mengorganisir pilot lain yang akan secara terbuka menolak terlibat dalam kejahatan ini,” jelasnya, dikutip dari Anadolu Agency Rabu 19 Mei 2021.

 

 

1 dari 5 halaman

Pendidikan di Israel

Shapira mengatakan, seorang anak di Israel dibesarkan dalam pendidikan militeristik Zionis yang sangat kuat.

Mereka tidak mengetahui apapun tentang Palestina, termasuk tentang Hari Nakba pada 1948 dan penindasan yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina.

" Mereka dikirim untuk melempar rudal dan bom di pusat kota Palestina. Pada titik tertentu, saya menyadari bahwa ini adalah tindakan terorisme," kata Shapira merujuk pada pilot di skuadron lain yang terlibat dalam pembunuhan massal warga sipil.

Shapira mengatakan, tujuannya bergabung dengan militer adalah untuk melindungi warga. Namun, jika ingin melindungi warga, dia harus berada di samping Palestina dan bukan menjadi bagian dari tentara Israel.

" Ini proses psikologis dan sangat sulit. Begitu menyadari bahwa Anda adalah bagian dari organisasi teroris, Anda harus mengatakan tidak. Anda harus mengambil konsekuensi," ujarnya.

2 dari 5 halaman

Harus Hidup di Negara Lain

Shapira kemudian meluncurkan kampanye mendorong anggota militer lain untuk tidak mematuhi perintah menyerang warga Palestina. Kampanye itu mendorong 27 pilot militer lainnya dikeluarkan dari jabatannya di Angkatan Udara Israel sejak 2003.

Setelah ditendang dari militer, Shapira dipecat dari semua pekerjaan yang dia ambil saat dia berpartisipasi dalam demonstrasi untuk mendukung hak-hak orang Palestina dan menarik perhatian pada " kejahatan perang" yang dilakukan oleh tentara Israel dengan mengadakan konferensi internasional.

Shapira sampai harus menggelar konferensi internasional untuk mengungkap kejahatan perang zionis terhadap Palestina. Saat ini, Shapira telah pindah dan melanjutkan hidupnya di Norwegia.

" Saya adalah bagian dari Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi. Israel adalah negara apartheid. Dan saya mengatakan pemerintah dan komandan saya adalah penjahat perang," kata Shapira.

Sumber: Anadolu Agency

3 dari 5 halaman

Video

Berikut video hasil wawancara dengan mantan pilot udara militer Israel:

4 dari 5 halaman

RS Indonesia di Gaza Terdampak Serangan Udara Israel

Dream - Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, terkena dampak dari agresi Israel. Rumah sakit tersebut mengalami kerusakan sebagian akibat serangan udara Israel ke target di dekat fasilitas kesehatan tersebut.

" Kantor administrasi rumah sakit dirusak oleh seranga Israel tadi malam," ujar Kepala Presidium Komite Penyelamat Darurat Medis (MER-C), Sarbini Abdul Murad, dikutip dari Anadolu Agency.

Sarbini mengatakan serangan menyasar objek berjarak 200 meter dari rumah sakit. Menurut dia, RS Indonesia tidak langsung terkena bom Israel.

" Tapi ledakan keras membuat gedung-gedung berderak dan langit-langit runtuh," kata dia.

Tidak ada korban dari RS Indonesia akibat serangan tersebut baik itu pasien maupun perawat dan staf rumah sakit. Meski demikian, serangan itu telah menimbulkan rasa trauma.

 

5 dari 5 halaman

Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan militer Israel melancarkan serangan pada Senin malam, 17 Mei 2021. Serangan tersebut bukan pertama kalinya menyasar objek vital seperti rumah sakit.

" Tindakan ini jelas melanggar hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa," demikian pernyataan Kemenkes Palestina.

Kemenkes pun mendesak komunitas internasional mengambil langkah tegas untuk menghentikan agresi Israel. Langkah yang permanen agar Israel menghormati kesepakatan dunia. (mut)

Beri Komentar