Bacaan Tawasul Lengkap (Foto Ilustrasi: Shutterstock.com)
Dream – Sebagai umat Islam sudah seharusnya selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ada berbagai amalan atau ibadah yang bisa Sahabat Dream lakukan sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tentunya dengan ibadah maupun amalan-amalan yang diperintahkan oleh Allah SWT maupun sunah-sunah Nabi Muhammad saw.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah dengan bertawasul. Seperti dikutip dari merdeka.com, tawasul adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan taat kepada-Nya, mengerjakan ibadah, mengikuti petunjuk Rasul, serta mengamalkan segala amalan yang disukai oleh Allah SWT.
Meski begitu, ada juga yang tidak sependapat dengan tawasul dan meragukan aktivitas ini. Namun kembali lagi kepada niat masing-masing orang dan harus tetap pada tujuan dari tawasul itu sendiri, yakni mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Nah, berikut adalah penjelasan lebih lengkap tentang apa itu tawasul dan bacaan doa tawasul lengkap yang biasanya diamalkan sebagaimana telah dirangkum Dream melalui merdeka.com dan islam.nu.or.id.
Seperti dikutip dari islam.nu.or.id, secara bahasa tawasul berarti perantara dan mendekatkan diri. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT melalui surat Al-Maidah ayat 35 berikut ini:
يآأَيُّهاَالَّذِيْنَآمَنُوااتَّقُوااللهَوَابْتَغُواإِلَيْهِالْوَسِيْلَةَ
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, " (QS. Al-Maidah: 35).
Tawasul menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan oleh umat Islam untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bukan menjadi suatu keharusan untuk dilakukan.
Para ulama pun sudah menyepakati bahwa tawasul diperbolehkan dengan perantaranya adalah amal sholeh. Seperti halnya saat umat Islam mengerjakan sholat dan membaca Al-Quran. Tawasul yang diperbolehkan dalam Islam adalah dengan berdasar pada perilaku dari sahabat Nabi saw yang dijelaskan dalam riwayat Bukhari berikut ini:
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ إِنَّ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ كَانَ إِذَا قَحَطُوْا اسْتَسْقَى بِالعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ المُطَلِّبِ فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إَلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتُسْقِيْنَا وَإِنَّا نَنَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَافَيَسْقُوْنَ. أخرجه الإمام البخارى فى صحيحه ج: 1 ص:137
Artinya: “ Dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Umar berkata: " Ya Allah, kami telah bertawassul dengan Nabi kami SAW dan Engkau beri kami hujan, maka kini kami bertawassul dengan Paman Nabi kita SAW, maka turunkanlah hujan..”. maka hujanpun turun.” (HR. Bukhari).
Orang yang melakukan tawasul adalah yang menjadikan apa yang dicintai Allah SWT sebagai perantaranya. Di mana dengan yakin bahwa Allah SWT benar-benar mencintai perantara tersebut. Sedangkan yang tidak diperbolehkan adalah jika perantaranya bisa memberikan manfaat dan madarat, maka inilah yang kemudian disebut dengan perbuatan syirik. Karena sesungguhnya yang bisa memberikan manfaat dan madarat hanya Allah SWT.
Setelah sahabat Dream mengetahui apa itu tawasul dan bentu tawasul seperti apa yang diperbolehkan dalam Islam, selanjutnya perlu juga untuk mengetahui bacaan dari tawasul lengkap. Berikut adalah bacaannya yang bisa kamu amalkan:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ = ×3
أَشْهَدُ اَنْ لآاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ
عَلَى هَذِهِ النِّيَّةِ وَعَلَى كُلِّ نِيَّةٍ صَالِحَةٍ إلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، وَعَلَى ءَالِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِيَّتِهِ وَاَهْلِ بَيْتِهِ اْلكِرَامْ أجْمَعِيْن شَيْئٌ ِللهِ لَهُمْ ألفاتحة
ثُمَّ إلَى حَضْرَةِ جَمِيْعِ أصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا أبُوْ بَكْرٍ صِدِيْقْ وَ عُمَرَابْنِ الْخَطَابْ وَعُثْمَانْ اِبْنِ عَفَانْ وَعَلِيِّ ابْنِ أبِي طَالِبْ وَعَلَى بَاقِيَةٍ مِنْ صَحَا بَتِهِ اَجْمَعِيْن وَإلَى جَمِيْعِ اْلأنْبِيآءِ وَالْمُـرْسَلِـْينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْن وَالْعُلَمآءِ الْعَامِلِـيْن وَالْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْن وَالْكَرُوْبِيِّيْن وَالرُّوْحاَنِيِّينْ وَالْكَرَمَ الْكَاتِبِيْن وَلِسَيِّدِنَا مَلٰئِكَةِ جِبْرِيْل مِيْكَائِلْ اِسْرَافِيْلْ عِزْرَائِلْ وَحَمَلَةِ الْعَرْشِ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ أَجْمَعِيْنَ الفاتحة
Astaghfirullahal’adziim (3 x)
Asy-hadu allaa-ilaaha illallah wa Asy-hadu anna Muhammadarrosulullah.
'Ala hadzihin niyati wa’ala kulli niyatin sholihah, Ilaa hadrotin nabiyil-Musthofa Muhammadin SAW wa ‘alaa aalihi wa azwajihi wadzurriyyatihi wa ahli baitihil-kirom ajma-‘iin, Syai-u lillahi lahumul-faatihah: (Baca surat al-Fatihah)
Tsumma Ila hadroti jami-‘i ash-habi rosulillahi SAW Khusushon sayyidina Abu Bakar Shidiq wa ‘Umarobnil-Khothob, wa ‘Utsmanabni ‘Affan, wa ‘Ali bin Abi Tholib wa ‘ala baqiyati min shohabatihi ajma’iin, wa ila jami’il-anbiya-i, wal mursalin, was Syuhadaa-i, was-Sholihin, wal-‘ulamaa-il-‘aamilin, wal-Malaa-ikatil-Muqorrobin, wal-Karubiyyin, war-Ruhaniyyin, wal-Karomal-Kaatibin wa li sayyidina Malaa-ikati: Jibril, Mika-il, Isrofil, ‘Izro-il, wa hamalatil-‘arsyi ‘alaihimussalam ajma’iin. Al-Faatihah (membaca surat Al-Fatihah).
ثُمَّ إلَى حَضْرَةِ جَمِيْعِ أصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ خُصُوْصًا سَيِّدِنَا أبُوْ بَكْرٍ صِدِيْقْ وَ عُمَرَابْنِ الْخَطَابْ وَعُثْمَانْ اِبْنِ عَفَانْ وَعَلِيِّ ابْنِ أبِي طَالِبْ وَعَلَى بَاقِيَةٍ مِنْ صَحَا بَتِهِ اَجْمَعِيْن وَإلَى جَمِيْعِ اْلأنْبِيآءِ وَالْمُـرْسَلِـْينَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْن وَالْعُلَمآءِ الْعَامِلِـيْن وَالْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْن وَالْكَرُوْبِيِّيْن وَالرُّوْحاَنِيِّينْ وَالْكَرَمَ الْكَاتِبِيْن وَلِسَيِّدِنَا مَلٰئِكَةِ جِبْرِيْل مِيْكَائِلْ اِسْرَافِيْلْ عِزْرَائِلْ وَحَمَلَةِ الْعَرْشِ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ أَجْمَعِيْنَ الفاتحة
ثُمَّ إلَى حَضْرَةِ جَمِيْعِ أوْلِيَآءِاللهِ مِنْ كُلِّ وَلِيٍّ وَوَلِيَّةٍ مِنْ مَشَارِقِ اْلأرْضِ إلَى مَغَارِبِهَا فِيْ بَرِّهَا وَبَحْرِهَا وَجَمِيْعِ أوْلِيَآءِ تِسْعَةِ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُمْ وَخُصُوْصًا اِلَى حَضْرَةِ سُلْطَانِ أَوْلِيَآءِاللهِ سَيِّدِنَا شَيْخِ عَبْدُالْقَادِرْ الْجَيْلاَنِيْ صَاحِبِ الْكَـَرمَةِ وَاْلإجَازَةِ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ وَإلَى حَضْرَةِ شَيْخِ جُنَيْدِيْ الْبَغْدَادِيِّ وَشَيْخِ بَهَاءُ الدِّيْنْ اَلنَّقْشَبَنْدِيِّ وَ إِلَى حَضْرَةِ نَبِى خِضِـرْ وَنَبِيْ إِلْيَاسْ وَنَبِيْ إدْرِسْ عَلَيْهِـمُ السَّلامُ أَجْمَعِيْنَ. الفاتحة
Tsumma Ila hadroti jami’i Awliya-illahi mingkulli waliyyin wa waliyatin, mimmasyaariqil-ardhi ila maghoribiha, fi barriha wa bahriha wa jami’i Awliya-i tis’ah Qoddasallohu sirrohum, wa Khushushon ila Hadroti Sulthon Awliya-i, Sayidina Syekh ‘Abdul-Qodir Al-Jailani, Shohibil-Karromah wal-Ijazah, Qoddasa llohu sirrohu, Tsumma Ila Arwahi jami’i Aba-ina, wa ummahatina, wa jaddina, wa jaddatina, wa kholina wa kholatina, wa ‘ammina wa ‘ammatina, wa jami’i ustadzina wa asatidzatina, wa masyayikhina wa masyayikhi masyayikhina, wa lijami’i jama’atina, wa zaujina wa zaujatina wa auladina wa banatina wa dzurriyatina wa ikhwanina minal-muslimina wal-muslimat wal-mukminina wal-mukminat, wa liman hadhoro fi hadzal-majlisi minal-mukminin, Rohmatullahi ta’ala ‘alaina wa ‘alaihim ajma’in Syai-ul lillahi lana wa lahum ajma’in Al-faatihah: (membaca surat al-Fatihah).
Tawasul bi asmaillah adalah tawasul dengan menyebut nama dan sifat-sifat Allah SWT. Tawasul inilah yang memiliki tingkatan paling tinggi. Selain menyebut nama Allah SWT, tawasul bi asmaillah juga dengan menyebutkan asmaul husna, baik yang lengkap atau hanya sebagian. Contoh lafal dalam tawasul bi asmaillah adalah " a'udzu biqudratillah, a'udzu bi izztillah" .
Tawasul bi a'mali shalihah dilakukan dengan amal-amal sholeh dari si pembaca tawasul. Terkait dengan tawasul ini, ada kisah yang diceritakan dalam kitab Shahih Muslim tentang tiga orang yang terperangkap di dalam sebuah gua.
Masing-masing dari ketiga orang tersebut bertawasul dengan menyebutkan amal sholeh yang pernah mereka kerjakan. Orang yang pertama bertawasul berupa memelihara hak buruh. Orang yang kedua bertawasul berupa bakti kepada orang tuanya. Sedangkan orang yang ketiga bertawasul berupa rasa takutnya kepada Allah SWT, dengan begitu bisa membatalkan perbuatan buruk yang akan dilakukan.
Tawasul bis-sholihin adalah tawasul yang dilakukan orang-orang sholeh. Baik orang yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal dunia.
Tawasul bi dzat adalah tawasul dengan dzat. Tawasul ini dilakukan dengan beberapa cara, seperti bi jahi (dengan kedudukan), bi hurmati (dengan kemuliaan), bi karamati (dengan kemurahan). Tawasul ini biasanya dilakukan dengan orang-orang sholeh.
Advertisement
Kisah Sukses Penyintas Kanker Bangun Kedai Burger, Cuma Jual 30 Porsi tapi Selalu Laris
Donald Trump Tebar Pujian Lagi ke Presiden Prabowo Subianto: 'Sosok Luar Biasa dari Indonesia'
Intip Gaji Pramugari di Indonesia, Penasaran?
7 Pantai Dekat Jakarta yang Cocok untuk Pelepas Penat
Saatnya Gen Z untuk Shine & Unstoppable di Yamaha Youth Community Got Talent 2025
Energi Baru dari #TwistLickDance, Kolaborasi Penuh Warna antara OREO dan BABYMONSTER
Orang Korea Dagang Cilok Keliling, Netizen: Kita `Jajah` Bangsa Lain Via Jajanan
13 Komunitas Kanker di Indonesia, Beri Dukungan Luar Biasa Bagi Para Penyintas
Rahasia Tubuh Ramping dan Sehat Jisoo BLACKPINK, Bukan Hasil Diet Ketat!
Kisah Sukses Penyintas Kanker Bangun Kedai Burger, Cuma Jual 30 Porsi tapi Selalu Laris