Penyakit Jamur Mematikan Mengubah Penampilan Ular Seperti 'Monster'

Reporter : Sugiono
Rabu, 21 Juli 2021 16:49
Penyakit Jamur Mematikan Mengubah Penampilan Ular Seperti 'Monster'
Sang ular mengalami mutasi hingga membuat wajah berubah seperti monster, pasti akan lebih menakutkan lagi.

Dream - Bagi sebagian orang, bentuk ular yang memanjang dan meliuk-liuk saat dipegang sudah membuat mereka geli dan ketakutan.

Apalagi jika sang ular mengalami mutasi hingga membuat wajah berubah seperti monster, pasti akan lebih menakutkan lagi.

Tapi itulah yang terjadi pada beberapa ekor ular yang berada di sebagian wilayah alam liar di Amerika Serikat.

1 dari 8 halaman

Dilansir dari Charlotte Observer, semakin banyak ular yang mengalami kelainan bentuk wajah yang mengerikan ini.

Kelainan bentuk wajah dan sebagian tubuh pada ular ini disebabkan oleh penyakit kulit yang dinamakan Snake Fungal Disease (SFD).

Seperti namanya, SFD disebabkan oleh jamur dan saat ini kasusnya meningkat secara substansial di bagian timur negara adidaya itu, menurut Survei Geologi AS (USGS).

" Kondisi fatal akibat penyakit jamur ini hanya ditemukan pada ular. Namun masih perlu penelitian lebih lanjut," kata USGS dalam rilis berita.

2 dari 8 halaman

Ditambahkan oleh USGS, ada beberapa tanda atau gejala jika seekor ular mengalami penyakit yang disebabkan oleh jamur tersebut.

Beberapa gejala tersebut di antaranya munculnya borok atau koreng pada sisik, nodul (benjolan abnormal) di bawah kulit, molting (pergantian kulit) abnormal, kekeruhan putih pada mata, dan kelainan bentuk wajah.

Semua ini jika dibiarkan akan menyebabkan ular terlihat kurus dan mengerikan. Bahkan jika sampai parah bisa mengakibatkan kematian.

3 dari 8 halaman

Menurut USGS, populasi ular di bagian timur AS sudah menurun banyak karena hilangnya habitat dan berkurangnya mangsa.

Dengan adanya SFD ini dapat mempercepat penurunan populasi ular di bagian timur AS.

Ular air polos saat masih dalam kondisi sehat.

Foto-foto yang dibagikan akun Facebook USGS memperlihatkan ular air polos (Nerodia erythrogaster) dalam kondisi sehat dan yang terkena SFD.

4 dari 8 halaman

Ular air yang terkena SFD seperti sudah tidak dikenali lagi. Kulitnya tampak kering dan mengeras. Sementara wajahnya tampak lebih mengerikan dari sebenarnya.

Ular air polos ketika sudah terinfeksi penyakit SFD.

" Sebagian ular-ular yang mengalami SFD ini mengalami kebutaan akibat penyakit ini," kata USGS di Facebook.

Ilmuwan USGS dari National Wildlife Health Center (NWHC) berpartisipasi dalam proyek kolaboratif dengan beberapa lembaga sumber daya alam negara bagian untuk lebih memahami SFD dan potensi dampaknya terhadap populasi ular.

Jika terus dibiarkan, matanya menjadi buta dan kulitnya mengering.

NWHC telah menganalisis sampel lebih dari 100 bangkai utuh dan biopsi ular yang menunjukkan tanda-tanda klinis yang konsisten dengan SFD.

Sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan oleh para ilmuwan di NWHC menduga 'perubahan lingkungan kemungkinan menyebabkan munculnya infeksi parah dan fatal baru-baru ini'.

5 dari 8 halaman

Geger King Kobra Raksasa dari Kalimantan, Ini Kata Ahli Ular

Dream - Unggahan foto king kobra Made Dwi Sudarman menjadi pembicaraan hangat di dunia maya. Foto hewan bernama ilmiah Ophiophagus hannah itu tampak lentur bergerak di tangan Made.

Aktivis pecinta ular dan Ketua Yayasan SIOUX Aji Rachmat berpendapat ular yang viral itu terlihat tak agresif. Dari identifikasi itu dia menyebut bahwa ular berjenis king kobra dapat dipastikan ular peliharaan.

" Itu posisi ular tidak menunjukkan marah atau terganggu, jadi dia merasa nyaman dipegang," kata Aji kepada Dream melalui telepon, Kamis, 22 Maret 2018.

Menurut Aji king kobra yang sudah dipelihara sejak kecil tidak mudah liar lagi. Tetapi, kata Aji, jika ular king kobra ditangkap ketika sudah dewasa, insting liarnya masih mungkin kembali muncul. 

Aji bercerita, ular king kobra biasa memakan ular pithon.

" Dia ular pemakan ular. Dan ular yang dimakannya mendekati besar badannya," ujar Aji.

6 dari 8 halaman

Tidak Sebesar yang Dikira?

King kobra yang menjadi perbincangan dunia maya itu, kata Aji, juga bukan sesuatu yang mengagetkan. Dia pernah menangkap king kobra yang jauh lebih besar.

" Memang itu sudah besar, tapi ada yang lebih besar yang kami tangani. Menurut kami biasa aja," kata Aji.

Meski sudah dipelihara, kata Aji, kemungkinan king kobra untuk memangsa ular tetap besar. Sebab, di alam liar king kobra merupakan penjaga keseimbangan populasi ular di alam liar.

Setali tiga uang dengan pendapat Aji, Kepala Laboratorium Herpitologi Puslit Biologi LIPI, Amir Hamidy mengatakan king kobra sebetulnya berada di puncak rantai makanan.

" Sehingga, jumlahnya tidak terlalu banyak," ujar Amir.

7 dari 8 halaman

Antibisa Harus Impor

Amir menyebut tak ada aturan yang melarang pengambilan ular ini di alam. Tetapi, king kobra dikategorikan sebagai Apendiks II Cites.

" Artinya pengambilan dari alam diperbolehkan tapi kuotanya diatur secara ketat," kata Amir.

Amir menuturkan king kobra sejatinya memiliki keunikan. Selain memangsa sesama ular, king kobra juga kerap melakukan pertarungan jelang perkawinan.

Jika perkawinan terjadi, king kobra betina memiliki kesetiaan terhadap king kobra jantan.

" Jika king kobra betina sudah dimasuki kobra jantan, dia akan menolak perkawinan," ujar Amir.

Selain itu, perilaku defensif king kobra dapat dipelajari dengan saksama. Perilaku inilah yang kerap menjadikan kobra digunakan dalam permainan debus.

Meski begitu, Amir menuturkan, king kobra tetap berbahaya. Sebab, ular ini dapat mengatur keluar atau tidaknya bisa pada gigitan.

Bisa king kobra dikenal membunuh manusia dalam hitungan menit. Amir mengatakan di Indonesia antibisa king kobra tidak diproduksi.

Indonesia harus impor antibisa king kobra dari Thailand.

8 dari 8 halaman

Bukan Peliharaan, Seharusnya Dilepas

Untuk itu, dia menyarankan, meski dapat dipelihara, king kobra dilepas ke alam liar. Sebab, sejatinya ular jenis ini bukan untuk dipelihara.

" King kobra bukan ular peliharaan. Jadi sebaiknya dilepas saja," ucap Amir.

Di Indonesia, king kobra menyebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali. Di Maluku dan Papua, keberadaan ular ini masih harus dipastikan melalui penelitian.

Biasanya king kobra dapat ditemukan di hutan primer dan sekunder, serta hutan bambu. Di alam liar semacam itu, Amir menyebut ular itu kerap menghindari manusia.

Aji kembali mengimbau masyarakat jika bertemu ular di alam liar sebaiknya dihindari atau sebaiknya menggunakan alat pengait atau tongkat. Masyarakat juga dapat menghubungi kelompok SIOUX Indonesia untuk penanganan hewan liar.

" Intinya dipindahkan jangan dibunuh," ujar Aji.

Beri Komentar