Viral Kasus Obesitas
Dream - Fajri (27), warga Pedurenan, Karang Tengah, Kota Tangerang, yang menderita obesitas dengan bobot 300 kilogram menyita perhatian publik.
Evakuasi dibantu oleh petugas Pemadam Kebakaran dan warga setempat denggan menjebol pintu depan rumah yang dihuni Fajri bersama orangtuanya. Fajri kemudian dievakaasi menggunakan Forklift untuk dipindahkan ke mobil pikap.
Evi, salah seorang tetangga Fajri, menceritakan keseharian pria berusia 27 tahun itu saat di rumah. Menurutnya, Fajri lebih sering berada di rumah karena kesulitan bergerak.
" Kesehariannya cuma tiduran aja sih, enggak kemana-mana, soalnya sebelum dia ngedrop begini mah bisa naik motor keluar, waktu itu masih ada pacar. Terus setelah pacarnya meninggal dia ngedrop, di rumah, tiduran saja, makan apa cuman pesan saja. Kayaknya setahunan setelah pacarnya meninggal," tutur Evi, dikutip dari liputan6.com.
Dia mengatakan bahwa berat badan Fajri meningkat pesat satu tahun terakhir. Terlebih selama di rumah Fajri hanya tinggal bersama ibunya karena sang ayah sudah meninggal dunia.
Tak hanya Fajri, berikut ini kasus obesitas di Indonesia yang pernah menyita perhatian publik:
Arya Permana warga Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwarung, Karawang ini sempat mencuri perhatian publik pada tahun 2017. Arya saat itu menderita obesitas dengan bobot mencapai 192 kilogram.
Namun, selang dua tahun, Arya berhasil menurunkan berat badannya menjadi 85 kilogram. Ia rajin berolahraga didampingi Ade Rai.
Arya juga diketahui sempat menjalani operasi bariatrik di RS Omni Alam Sutera, Tangerang. Setelahnya, ia mengaku menjadi mudah kenyang dan porsi makannya berkurang drastis.
Berkat kerja kerasnya, berat badan Arya akhirnya berangsur turun. Pada tahun 2019, Arya bisa kembali beraktivitas seperti anak-anak pada usianya. Ia sudah kembali sekolah, mampu bermain sepak bola, naik motor, hingga berenang.
Kasus obesitas yang sempat viral di Indonesia berikutnya adalah Titi Wati. Pada awal tahun 2019, berat badan Titi Wati mencapai 350 kilogram.
Akibatnya, warga Gang Bima, Jalan G Obos XXV Palangkaraya, Kalimantan Tengah itu hanya bisa berbaring di kasur.
Pada Januari 2019, sedikitnya 20 sukarelawan yang dikerahkan untuk membawa Titi ke ruang inap. Ia menjalani operasi yang memakan waktu sekitar 4 jam dan melibatkan 16 dokter ahli.
Ia akhirnya dibolehkan pulang usai menjalani rawat inap selama tujuh hari. Saat itu, tim terpaksa menjebol pintu dan jendela rumahnya agar tandu yang membawa Titi bisa masuk.
Di sisi lain, tim medis tetap memantau kesehatan Titi. Dalam setiap bulan, target penurunan berat badan mencapai 15 kg hingga 20 kg.
Untuk mencapai target tersebut, tim medis diketahui belum mengizinkan Titi makan nasi. Ia hanya diperbolehkam minum susu khusus sebagai pelengkap kalori tubuh. Selain itu, Titi juga diberi makanan ringan sehat lain agar kadar kalori dalam tubuhnya tetap terpenuhi.
Pada 2017, Yudi Hermanto, pria berbobot 310 kilogram ini menderita obesitas karena doyan menghabiskan sisa makanan katering. Dia mengaku bobot badannya naik 3 kali lipat setelah setahun terakhir.
Obesitas ini membuat Yudi dirawat di RSUD Karawang dengan bantuan pembiayaan dari pemerintah. Dia sendiri tak sadar kalau mengidap obesitas.
Menurut dia, penyakit obesitas mulai dirasakan mengganggu sejak setahun terakhir. Saat itu dirinya bekerja di perusahaan katering, dan selalu memakan kelebihan makanan pesanan pelanggan. Sejak saat itu dia merasakan tubuhnya semakin tambun.
Yudi akhirnya meninggal dunia di rumah sakit setelah sesak napas dan kejang-kejang usai mandi. Jenazah Yudi dibawa keluarganya dan langsung dimakamkan di Kampung Pancasila, Telukjambe Timur.
Kerabat Yudi, Nadia, mengatakan Yudi bangun tidur sekitar pukul 04.00 dan mengaku kepanasan. Dia memutuskan untuk mandi. Setelah mandi, dia kembali berbaring di tempat tidur dan tak lama kemudian mengeluh sesak napas.
Satia Putra, bocah penderita obesitas dengan berat 110 kg asal Karawang, Jawa Barat juga dikabarkan meninggal dunia, pada Sabtu 2019 sekitar pukul 21.00 WIB.
Sang ayah, Sarli bercerita dalam sehari anaknya bisa enam kali makan. Belum termasuk cemilan seperti bakso dan ayam tepung. Satia banyak menghabiskan waktu di rumah.
Sarli juga menyebutkan bahwa berat badan Satia naik setelah disunat pada umur tiga tahun. Sejak saat itu nafsu makannya semakin meningkat.
Menurut laporan paramedis puskesmas yang memeriksa, Satia mengalami obesitas karena pola makan yang berlebihan serta jarang bergerak.
Sebelum meninggal, Satia sempat dirawat di puskesmas setempat karena batuk dan sesak nafas. Berat badannya saat itu juga bertambah dari 105 kg menjadi 110 kg.
Sunarti, warga Desa Cibalongsari, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat juga menderita obesitas dengan berat badan 148 kg.
Pada 2019 lalu, ia dilarikan ke RSUD Karawang karena merasa sesak napas. Sunarti tinggal sendiri di rumahnya. Sementara sang suami disebut bekerja di luar kota dan hanya pulang dalam waktu tertentu.
Sunarti mengatakan dirinya jarang melakukan aktivitas dan kerap mengurung diri di dalam rumah. Ia mengaku hanya makan nasi dua kali sehari. Namun menjadikan bakso dan mi sebagai camilan.
Pada 31 Januari 2019, Sunarti dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung. Kemudian, pada 18 Februari 2019, ia juga menjalani operasi pengecilan lambung.
Dua pertiga lambung Sunarti dipotong untuk mengurangi volume dan kapasitas jumlah makanan yang dikonsumsinya. Selain itu, tim medis juga mengangkat alat sensor lapar yang berada di lambung.
Usai menjalani perawatan, Sunarti dibolehkan pulang pada 1 Maret 2019. Pihak rumah sakit mengklaim, saat itu suhu badan, nadi, tensi, dan respirask Sunarti masuk dalam keadaan baik.
Namun, Sunarti dikabarkan meninggal pada Maret 2022 sekitar pukul 04.00 WIB. Sebelumnya, ia sempat mengeluh sesak napas. Padahal saat itu, ia sudah berhasil menurunkan berat badan sebanyak 15 kg.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas