Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Investigasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP masih berjalan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan untuk mempelajari sistem kerja pada pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dipakai Lion Air.
" Jadi ini sekarang kita juga masih belajar sistem pesawat," ujar Ketua Sub Komite Invesitasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo, di kantornya, Jakarta, Kamis, 29 November 2018.
Hasil analisis sistem kerja itu nantinya menjadi acuan KNKT menjalankan investigasi lebih lanjut. Jika hasil investigasi secara keseluruhan sudah didapat, hal itu dijadikan rekomendasi keselamatan penerbangan.
" Investigasi ini akan menjelaskan peristiwanya seperti apa, jadi lihat mengapa, mengapa itu artinya mengapa orang melakukan ini, akhirnya kita simpulkan inilah penyebab," ucap dia.
Cahyo mengatakan rekomendasi nantinya diberikan kepada seluruh maskapai yang memiliki jenis pesawat serupa. Termasuk kepada pabrikan dan pemegang regulasi penerbangan.
" Pokoknya ini supaya tidak terjadi kecelakaan siapa yang bisa mencegah, misalnya perusahaan Lion. Sekarang Garuda juga punya 737 MAX. Garuda juga harus melakukan, begitu juga maskapai di dunia," kata dia.
" Kalau yang bisa melakukan Boeing, contohnya manualnya harus ditambah, ya kita minta ke Boeing. Jadi siapapun yang bisa mencegah (kecelakaan) di kemudian hari itu yang diberi rekomendasi," dia menambahkan.
Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memastikan pesawat Lion Air PK-LQP laik terbang saat jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018.
" KNKT tidak pernah menyatakan bahwa pesawat Lion Air Boeing 737-8 (MAX) registrasi PK-LQP tidak laik terbang," ujar Ketua Sub Komite Invesitasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo di kantornya, Jakarta, Kamis, 29 November 2018.
Nurcahyo juga mengatakan pesawat ini juga laik terbang saat menempuh rute Denpasar-Cengkareng. Meski dalam laporan awal terdapat rekomendasi agar pilot kembali ke Bandara Ngurah Rai.
" Kami tekankan kembali bahwa dari data perawatan pesawat yang tercatat di Aircraft Flight Maintenance Log (AFML), engineer telah melakukan perbaikan dan pengujian, berdasar hasil pengujian pesawat laik terbang," ucap dia.
Nurcahyo menjelaskan, laporan awal itu diterbitkan 30 hari setelah kecelakaan. Hal ini berdasarkan PP 62 tahun 2013 dan ICAO Annex 13.
" Laporan awal atau preliminary report tidak memuat analisa dan recommendations," kata dia.
Sebelumnya, sejumlah media membuat pemberitaan KNKT menyebut PK-LQP tidak laik terbang. Pesawat ini sempat bermasalah ketika terbang dari Denpasar menuju Cengkareng.
Manajemen Lion Air bereaksi atas pemberitaan tersebut. Presiden Direktur Lion Air, Edward Sirait membantah PK-LQP disebut tidak laik terbang. Dia mendasarkan pendapatnya pada catatan perawatan pesawat dan hasil pemeriksaan teknisi.
Dream - Fakta mengenai jatuhnya pesawat Lion Air JT610 perlahan-lahan terkuak. Dalam laporan terbaru yang terdapat di kotak hitam, terungkap betapa keras usaha dua pilot untuk tetap mengudara.
Laman Business Insider, yang mengutip The New York Times menyebut terjadi kesalahan sistem otomatis. Sistem Boeing generasi terbaru, yang mencegah hidung pesawat terlalu tinggi dan stall, itu diduga memaksa hidung pesawat Lion Air turun karena kesalahan sensor mengirim data ke badan pesawat.
Menurut informasi yang dikumpulkan dari kotak hitam, JT610 berulang kali didorong ke posisi turun. Kondisi itu diduga disebabkan oleh sensor sistem yang tidak berfungsi otomatis. Kesalahan itu mulai terjadi beberapa saat setelah lepas landas.
Saat sayap-sayap ditarik pada ketinggian 3.000 kaki, kedua pilot berjuang hidup dan mati menghadapi sistem anti-stall otomatis baru yang dilaporkan tidak disebut dalam manual kokpit dari Boeing 737 Max 8.
Pembacaan pada data recorder itu juga membantah pesawat telah meledak di udara. Kolom kendali pesawat mulai bergetar saat terbang, mengarah ke stall atau kehilangan daya dorong.
Selama 13 menit berikutnya, pilot dan sistem beradu kendali. Lebih dari 24 kali pilot berusaha merebut kendali, sebelum akhirnya jatuh dengan kecepatan 724 kilometer per jam.
" Para pilot terus bertempur sampai akhir penerbangan," kata Kepala Subkomite Kecelakaan Udara dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Kapten Nurcahyo Utomo.
Nurcahyo mengatakan, pada kasus Lion Air Flight JT610 sistem pencegahan-stall telah diaktifkan dan merupakan fokus utama penyelidikan.
“ Jika pilot Lion Air 610 benar-benar menghadapi keadaan darurat dengan sistem anti-stall semacam ini, mereka harus mengambil serangkaian langkah cepat yang rumit untuk memahami apa yang terjadi dan membuat pesawat terbang normal kembali. Langkah-langkah ini tidak ada dalam manual, dan pilot tidak dilatih di dalamnya," kata dia.
Sudah banyak kecurigaan para peneliti adalah sistem augmentasi karakteristik manuver, atau MCAS, sistem anti-stall Boeing yang baru
MCAS dimaksudkan untuk menghentikan pilot ketika mendorong hidung pesawat terlalu tinggi. Sebab, cara itu dapat memengaruhi kecepatan dan menyebabkan stall.
Dari penjelasan itu muncul pertanyaan yang masih menjadi misteri: mengapa pilot tidak mematikan sistem kontrol itu, yang hari sebelumnya telah dilakukan pilot ketika mereka mengalami masalah yang sama?
Menurut Allied Pilots Association, banyak penerbang, pekerja, dan organisasi pelatihan penerbangan tidak menemukan satu pun dokumentasi termasuk manual pilot untuk Boeing 737 Max 8.
Boeing menolak keras menahan informasi tentang sistem setelah kecelakaan itu. Tapi, Boeing telah dikritik karena kurangnya pelatihan dan persiapan pada pilot.
Sebelumnya, Boeing dan Federal Aviation Administration (FAA) mengeluarkan petunjuk yang memberitahukan awak pesawat tentang sistem ini. Disebut, sistem anti-stall ini dirancang untuk memberikan perlindungan ekstra terhadap pilot yang kehilangan kontrol.
Advertisement
Waspada, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kamu Marah
Respons Tuntutan, DPR RI Siap Bahas RUU Perampasan Aset
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI
Banyak Pedagang Hengkang, Gubernur Pramono Gratiskan Sewa Kios 2 Bulan di Blok M Hub
Mahasiswa Makan Nasi Lele Sebungkus Berdua Saat Demo, Netizen: Makan Aja Telat, Masa Bakar Halte
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Didanai Rp83 Miliar dari Google, ASEAN Foundation Cetak 550 Ribu Pasukan Pembasmi Penipuan Online