Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Pemerintah China mengumumkan kasus Covid-19 baru yang muncul di negara itu merupakan kasus impor dari Indonesia. Pasien berusia 35 tahun itu diidentifikasi sebagai Zhang Moumou.
Tidak disebutkan ke mana saja Zhang selama di Indonesia, atau berapa lama dia berada di Indonesia.
Pada 10 Maret 2020, Zhang mengalami gejala batuk dan demam saat masih berada di Indonesia. Dia kemudian terbang ke Shanghai via Hong Kong pada 13 Maret 2020.
Di Shanghai, Zhang sempat menginap di sebuah hotel sebelum melanjutkan penerbangan ke Xi'an, ibu kota Provinsi Shaanxi pada 14 Maret 2020.
Namun saat tiba di terminal Bandara Xianyang di Xi'an, Zhang memberitahu petugas bahwa dia tidak enak badan.
Diketahui bahwa suhu badannya tidak normal, Zhang langsung dibawa ke Rumah Sakit Pusat Xi'an di Distrik Tangfang untuk menjalani isolasi.
Setelah menjalani pemeriksaan dua kali pada 15 Maret dan 16 Maret 2020, Pusat Pengendalian Penyakit Shaanxi mengonfirmasi bahwa Zhang positif terjangkit Covid-19.
Di hari yang sama, Zhang langsung dipindahkan ke rumah sakit lain untuk menjalani perawatan dan isolasi lebih lanjut.
Komisi Kesehatan Shaanxi melaporkan ada 80 yang dinyatakan sebagai kontak dekat (close contact) baru di provinsi itu.
Dari 80 orang tersebut, 79 di antaranya pernah kontak langsung dengan Zhang. Semua kontak dekat tersebut sekarang juga sudah diisolasi untuk menjalani observasi medis.
Sebelumnya pemerintah China menyebutkan bahwa hanya ada kasus Covid-19 impor di negara itu dari 8 Maret hingga 16 Maret 2020. Tapi tidak ada kasus baru yang dikonfirmasi dan yang diduga baru.
" Dari 8 Maret hingga 16 Maret 2020 ada satu kasus positif corona baru yang diimpor dari luar negeri (Indonesia) di Shaanxi. Tidak ada kasus baru yang dikonfirmasi dan kasus yang diduga baru di Shaanxi. Hanya ada satu (pasien) yang sembuh dan satu pasien meninggal," lapor pemerintah Shaanxi dalam situs resminya.
Dream - Sebuah penelitian awal di China menunjukkan orang dengan golongan darah A kemungkinan lebih rentan terhadap virus corona baru. Sementara, orang dengan golongan darah O mungkin lebih tahan terhadap virus dengan nama resmi Covid-19 tersebut.
Penelitian itu dilakukan oleh tim medis di China terhadap 2.000 pasien positif terinfeksi virus corona baru di Wuhan, yang menjadi awal pusat pandemi, dan Shenzhen. Penelitian itu mendapat temuan bahwa pasien golongan darah A menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi dan cenderung mengalami gejala lebih parah.
Meski demikian, para peneliti menegaskan bahwa riset ini masih awal dan perlu dilakukan studi lebih lanjut. Mereka mendesak pemerintah Negeri Tirai Bambu dan fasilitas medis mempertimbangkan perbedaan golongan darah ketika merencanakan langkah-langkah mitigasi atau merawat pasien yang terinfeksi Covid-19.
" Orang-orang bergolongan darah A mungkin perlu secara khusus memperkuat imunitas untuk mengurangi kemungkinan infeksi," tulis para peneliti yang dipimpin oleh Wang Xinghuan, dikutip dari South China Morning Post, Rabu 18 Maret 2020.
" Pasien yang terinfeksi Sars-CoV-2 (virus penyebab Covid-19) dengan golongan darah A mungkin perlu menerima pengawasan yang lebih waspada dan perawatan yang agresif," tulis Wang.
Sebaliknya, menurut makalah yang mereka terbitkan di Medrxiv.org pada 11 Maret itu, " golongan darah O memiliki risiko yang secara signifikan lebih rendah terhadap penyakit menular dibandingkan dengan golongan darah non-O."
Dari 206 pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Wuhan, 85 bergolongan darah A. Angka itu 63 persen lebih banyak daripada pasien bergolongan darah O, yang jumlahnya 52. Pola ini terjadi pada kelompok usia dan jenis kelamin yang berbeda.
" Ini mungkin bermanfaat untuk memperkenalkan golongan darah ABO pada pasien dan tenaga medis sebagai bagian rutin dari manajemen Sars-CoV-2 dan infeksi coronavirus lainnya, untuk membantu menentukan opsi manajemen dan menilai tingkat paparan risiko orang," tulis Wang.
Studi ini dilakukan oleh para ilmuwan dan dokter dari kota-kota di seluruh China, termasuk Beijing, Wuhan, Shanghai, dan Shenzhen. Meski demikian, studi ini belum ditinjau oleh kelompok peneliti lain. Para peneliti tersebut juga mengingatkan kemungkinan adanya risiko untuk menggunakan hasil studi sementara itu sebagai panduan praktik klinis saat ini.
Gao Yingdai, seorang peneliti dari State Key Laboratory of Experimental Haematology di Tianjin, yang tidak terlibat dalam penelitian itu mengatakan bahwa temuan ini bisa ditingkatkan dengan menambah jumlah sampel yang lebih besar.
Meskipun jumlah 2.000 pasien yang terlibat menjadi sampel bisa dibilang tidak kecil, angka tersebut masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan total pasien yang terinfeksi oleh virus corona baru, yang jumlahnya di seluruh dunia kini lebih dari 180.000.
Menurut Gao, keterbatasan lain dari penelitian ini adalah tidak memberikan penjelasan yang gamblang tentang fenomena tersebut, seperti interaksi molekuler antara virus dan berbagai jenis sel darah merah.
Golongan darah ditentukan oleh antigen, suatu bahan pada permukaan sel darah merah yang dapat memicu respons imun. Ahli biologi Austria, Karl Landsteiner, menemukan golongan darah utama pada tahun 1901, menamakannya tipe A, B, AB dan O. Penemuan ini memungkinkan transfusi darah yang aman dengan mencocokkan golongan darah pasien.
Golongan darah bervariasi dalam suatu populasi. Di Amerika Serikat, sekitar 44 persen populasi adalah tipe O, sementara sekitar 41 persen bergolongan A.
Di Wuhan, yang berpopulasi sekitar 11 juta, orang bergolongan darah O sebesar 32 persen, sedangkan A sebanyak 34 persen di antara orang sehat. Sementara di antara pasien yang terinfeksi Covid-19, sekitar 38 dan 25 persen.
Menurut penelitian sebelumnya, perbedaan golongan darah telah diamati pada penyakit menular lainnya, termasuk virus Norwalk, hepatitis B, dan sindrom pernapasan akut (Sars).
Gao mengatakan, studi baru tersebut, " mungkin membantu para profesional medis, tetapi warga negara biasa tidak harus menganggap statistik terlalu serius."
" Jika Anda bergolongan darah A, tidak perlu panik. Itu tidak berarti Anda akan terinfeksi 100 persen," kata dia.
" Jika Ada tipe O, itu tidak berarti Anda juga benar-benar aman. Anda masih perlu mencuci tangan dan mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh pihak berwenang," tambah Gao.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN