Dream - Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri, Kombes Aswin Siregar mengungkapkan, tersangka terorisme berinisial HOK (19) merupakan seorang pelajar yang pernah mendapat perundungan (Bully) ketika bersekolah di lembaga pendidikan formal. HOK disebut sempat menempuh pendidikan di pondok pesantren.
" Yang bersangkutan pada saat kelas, SMA kelas satu, itu keluar dari sebuah pondok pesantren ya. Itu setara dengan kelas 1 SMA. Waktu itu yang bersangkutan karena menurutnya dia sering di-bully, sering di-bully dan sering diejek oleh teman-temannya," kata Aswin dikutip dari Liputan6.com, Selasa, 6 Agustus 2024.
Aswin mengatakan, HOK juga berhenti mengenyam pendidikan karena sering mendapat teguran dari pihak sekolah.
Alhasil, ketika SD atau SMP, remaja ini sempat disekolahkan di sebuah lembaga pendidikan informal.
“Yang bersangkutan juga sering mendapat teguran karena melakukan berbagai pelanggaran,” ucapnya.
Terkait kehidupannya di rumah, orangtua sempat merasa kejanggalan ketika HOK membeli 20 liter cairan.
Setelah terpapar paham radikal sejak November 2023, kehidupan HOK semakin tertutup pada kisaran Mei 2024 silam.
“Waktu itu yang ditanyakan oleh orang tuanya pada saat itu adalah pembelian 20 liter cairan yang kemudian, dari situ orang tuanya itu merasa anak ini sudah tidak pada jalurnya,” ungkapnya.
“Sehingga kita juga menanyakan juga, orang tuanya telah dikembalikan dengan kesimpulan dari kita. Saat ini bahwa orangtuanya tidak terlibat dalam suatu organisasi atau jaringan terorisme,” lanjutnya.
Bahkan, kata Aswin, HOK sempat kedapatan meracik bahan peledak di kamarnya. Namun, pelaku mengaku hanya bermain petasan.
“Yang bersangkutan pernah mencoba membuat ledakan itu, yang diakui sebagai bermain petasan waktu itu di dalam kamar. Ketika dia berada di dalam kamar, ini memang kamarnya selalu ditutup, kalau informasi dari keluarganya,” kata Aswin.
“Orang tuanya tidak boleh ada yang masuk ke dalam kamar atau ke ruang tempat dia menyimpan barang-barang tersebut. Sehingga memang disimpan rapi dan tertutup oleh yang bersangkutan,” ucapnya.
Aswin menyampaikan, tersangka HOK turut terpapar paham radikal lewat grup media sosial yang berisi ajaran Daulah Islamiyah atau ISIS. Lewat grup itu, dia mendapat banyak propaganda yang membuatnya nekat melakukan perencanaan teror.
ucap dia.
Aswin mengatakan, hanya dalam waktu sekitar tujuh bulan, HOK sudah berani mempelajari bagaimana peracikan bahan peledak. Padahal, pelajar itu tidak pernah bertemu langsung dengan orang-orang yang menjadi admin dalam grup tersebut.
“Yang jelas, dia secara fisik tidak pernah bertemu secara fisik-fisik, atau bertemu darat. Itu semua melalui sosmed,” ujarnya
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas