Tak Kalah dengan WNI, 5.000 Pohon di Kebun Raya Bogor Punya 'KTP'

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Kamis, 7 Oktober 2021 13:00
Tak Kalah dengan WNI, 5.000 Pohon di Kebun Raya Bogor Punya 'KTP'
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan PT Mitra Natura Raya (MNR) melakukan inovasi dengan pemberian identifikasi terhadap 5.000 tumbuhan secara digital atau KTP Pohon.

Dream - Tidak hanya Warga Negara Indonesia (WNI) yang bisa memiliki kartu identitas berupa KTP. Ribuan pohon yang dikelola Kebon Raya Bogor juga baru mendapatkan identitas layaknya KTP.

Pemberian identitas ini dilakukan Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan PT Mitra Natura Raya (MNR) yang membuat novasi identifikasi 5.000 tumbuhan secara digital atau KTP Pohon.

Kepala Konservasi MNR Junaedi saat diwawancarai di Bogor, Rabu 6 Oktober 2021 mengatakan, pemberian nama pohon yang terkoneksi langsung dengan website Kebun Raya Bogor secara digital menggunakan QR barcode itu ditargetkan berkembang hingga mencapai 15.000 pohon.

1 dari 8 halaman

KTP Pohon Dibuat oleh BRIN

Lebih lanjut Junaedi mengharapkan, penggunaan KTP pohon itu akan membuat pengunjung mendapatkan informasi mulai dari nama tanaman, jenis, famili, hingga manfaat tanaman.

" Ribuan KTP pohon digagas supaya memudahkan pengunjung mengetahui informasi pohon yang dilihat, itu datanya bukan kami, tapi dari BRIN, kami yang menyediakan inovasinya," katanya seperti dikutip dari Merdeka.com, Kamis 7 Oktober 2021.

Junaedi menuturkan dalam melakukan identifikasi tanaman tersebut, MNR dibantu oleh lima peneliti yang akhirnya menghasilkan KTP Pohon.

2 dari 8 halaman

Sebelumnya Cuma Pakai Papan Bercat

Identitas digital sendiri berfungsi untuk mempermuda pengunjung melihat dan membaca informasi tumbuhan secara menyeluruh, dibandingkan cara sebelumnya menggunakan cat di papan nama.

KTP Pohon terbagi atas warna merah untuk tanaman berasal dari daerah panas atau kering, warna biru untuk jenis tanaman air, dan warna putih untuk jenis tanaman daerah lembab.

" Ke depan kita akan kembangkan lagi warnanya sesuai asal dan jenis pohon," kata Jaenal.

 

3 dari 8 halaman

Peneliti Ungkap Asal Pencemaran Paracetamol di Teluk Jakarta

Dream - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zainal Arifin menyatakan, pihaknya belum dapat memastikan sumber pencamaran kadar parasetamol yang tinggi di perairan Teluk Jakarta.

Menurutnya, pencemaran yang terjadi belum tentu berasal dari Jakarta saja. Ada kemungkinan lain dapat berasal dari daerah penyangga.

" Jadi karena ini di Teluk Jakarta, Pemda Jakarta mungkin, tapi enggak. Kita harus tahu bahwa kita peneliti hampir setuju bahwa 60 sampai 80 persen pencemaran itu datangnya dari daratan sumbernya, dari daratan itu kan bisa sampai Bodetabek," kata Zainal dikutip dari Liputan6.com, Senin 4 Oktober 2021.

 

 

4 dari 8 halaman

Kendati demikian, ia menyebut ada tiga kemungkinan penyebab pencemaran paracetamol di Teluk Jakarta. Pertama, bisa berkaitan dengan gaya hidup hingga obat-obatan kadaluwarsa yang tidak terkontrol.

" Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan," paparnya.

Lalu, lanjut Zainal, bisa terkait pengelolaan limbah farmasi dari rumah sakit belum optimal. Akibatnya, limbah yang terbuang ke lautan terkontaminasi dengan zat paracetamol.

" Sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," tambahnya.

 

5 dari 8 halaman

Perbaikkan Sitem Pengelolaan Limbah

Sementara itu, peneliti BRIN, Wulan Koagouw, menyatakan perlu adanya perbaikan sistem pengelolaan limbah farmasi di Indonesia.

" Jadi misalnya kita di sini bicara tentang teknologi penanganan limbah, kita perlu teknologi penanganan limbah yang baik supaya mudah-mudahan itu bisa mereduksi paracetamol itu," ucap dia.

Sumber: Liputan6.com

6 dari 8 halaman

Terungkap Alasan Ilmiah Fenomena Heboh `Langit Glowing` di Menoreh

Dream - Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membeberkan penyebab fenomena awan mirip api yang muncul di langit Bukit Menoreh, Jawa Tengah, pada Kamis, 30 September 2021 malam. Semburan warna kehijauan muncul tiba-tiba dan membuat banyak orang yang takjub karena jarang terjadi di Indonesia.

" Fenomena langit glowing berwarna kejijauan yang terjadi pada malam hari itu, terjadi karena keberadaan gelombang gravitasi atmosfer (GGA) atau dalam bahasa Inggris disebut Atmospheric Gravity Wave," jelas Erna Yulihastin, Peneliti Klimatologi Pusat Riset dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam keterangan pers tertulis BRIN, Senin 4 Oktober 2021.

GGA adalah gelombang gravitas yang terdapat di atmosfer dengan skala planet yang dapat terbentuk karena suatu gangguan di atmosfer pada suatu lokasi tertentu. Kondisi ini  menyebabkan lapisan-lapisan di atmosfer dari permukaan hingga lapisan yang paling tinggi di atmosfer, seperti lapisan mesosfer menjadi terganggu.

" Gangguan di atmosfer permukaan atau yang terjadi di lapisan troposfer, yang diketahui dapat membangkitkan GGA adalah aktivitas konvektif yang menghasilkan awan konveksi tinggi (deep convection)," katanya.

 

 

7 dari 8 halaman

Badai Skala Meso

Dalam laporan langit berkilau di Argentina, menunjukkan GGA yang juga berwarna kehijauan berkaitan dengan aktivitas badai skala meso yang terjadi sekitar 100 km dari tempat lokasi langit glowing tersebut dapat diamati dengan mata telanjang.

Namun bagaimana dengan yang terjadi di Menoreh, Jateng?

" Pengamatan terhadap data dari Satellite-Based Disaster Early Warning System (SADEWA)-BRIN menunjukkan badai skala meso yang kuat dan meluas terbentuk di atas lautan berjarak sekitar 200 km dari lokasi, di Selat Karimata sebelah barat Kalimantan," kata Erma.

8 dari 8 halaman

Awal Mula

Badai skala meso ini sepanjang hari bergerak seperti pendulum, pada awalnya terbentuk di Sumatera saat pagi hari lalu menuju timur ke arah Kalimantan melintasi laut Tiongkok Selatan hingga sore hari.

Pada malam hari badai ini bergerak kembali dari Kalimantan menuju ke laut dan menetap di sana hingga tengah malam. Aktivitas badai skala meso yang bergerak bolak-balik seperti pendulum ini, kemungkinan yang telah menjadi pengganggu bagi lapisan-lapisan di atmosfer sehingga terbentuklah GGA yang sangat kuat, dan penampakannya dapat dilihat di suatu lokasi di Jawa Tengah.

" Pengamatan citra terhadap langit glowing ini seharusnya dapat dikumpulkan dari berbagai arah atau sudut sehingga membentuk citra langit glowing GGA yang lengkap, seperti yang terjadi di Argentina," katanya.

Beri Komentar