Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto (Foto: Liputan6.com/Angga Yuniar)
Dream - Terjadinya aksi pengeboman di Surabaya diyakini karena pengawasan yang longgar. Densus 88 Antiteror mengendorkan pengawsan terhadap Dita Oerprianto, Anton Ferdiantono, dan Tri Murtiono, sejak tiga bulan terakhir.
" Dari Densus pengawasannya agak dikendurkan karena melihat yang bersangkutan sudah bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto, Kamis, 24 Mei 2018.
Pengawasan yang longgar itu, kata Setyo, dimanfaatkan Dita cs untuk merakit bom. Kecurigaan warga tak muncul karena Dita dikenal peracik obat-obatan herbal.
" Karena dia (Dita) sendiri kan membuat herbal-herbal. Jadi orang enggak curiga gitu kalau dia sedang meracik (bom)," kata Setyo.
Para pelaku teror, yang akhirnya tewas itu, belajar merakit bom secara otodidak. Dita, Anton, dan Tri, belajar merakit bom dari video.
" Mereka kan memang setiap minggu menurut anaknya Anton, mereka ada pengajian. Di pengajian itu disampaikan film-film tentang kekerasan, film-film manual tentang pembuatan bom," ujar Setyo.
Sumber: Liputan6.com/ Nasfysul Qadar
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN