Dream - Sebagian besar perusahaan makanan dan minuman menunjukkan komitmen mengurangi penggunaan plastik sebagai bahan kemasan yang selama ini digunakan. Hal ini sesuai dengan survei yang menunjukkan 3 dari 5 komitmen utama yang dijalankan oleh perusahaan dalam menjalankan bisnis berkelanjutan adalah pengurangan penggunaan plastik. Data UN menunjukkan, 36% produksi plastik digunakan untuk kemasan.
Survei yang dilakukan Tetra Pak ini dilakukan terkait dengan komitmen keberlanjutan yang dilakukan perusahaan saat ini, dan dalam rencana 5 tahun mendatang.
Data hasil survei menunjukkan, lebih dari 50% perusahaan mengatakan konsumen menjadi salah satu faktor upaya perusahaan dalam menerapkan praktik bisnis berkelanjutan.
Hal ini sejalan dengan studi konsumen yang berkaitan dengan kemasan yang menyebutkan bahwa 3 dari 4 responden memiliki kecenderungan untuk melakukan membeli suatu produk apabila merek tersebut pernah membahas topik yang berkaitan dengan lingkungan.
Untuk pertanyaan “Kesediaan perusahaan untuk menerima berbagai perubahan yang timbul dalam penerapan solusi berkelanjutan dalam hal manufaktur atau pengolahan.” Sebanyak 41% menjawab bahwa mereka menerima berbagai perubahan yang timbul dan terkait dengan biaya.
Kemudian, 36% kemungkinan akan menerima berbagai perubahan yang timbul dan terkait dengan biaya, 10% tidak akan atau akan menerima, 11% kemungkinan tidak akan menerima, 3% pasti tidak akan menerima.
Kemudian, sekitar 42% konsumen menyatakan perubahan harga eceran menjadi lebih tinggi dapat diterima selama kemasan tersebut mendorong keberlanjutan dan memiliki bukti nyata dalam upaya mengurangi dampak bagi lingkungan.
Berdasarkan data survei, 77% perusahaan juga menyatakan kesiapan mereka akan biaya yang ditimbulkan dalam implementasi solusi manufaktur dan pengolahan berkelanjutan, di tengah tantangan makro ekonomi yang dihadapi.
Hal ini sejalan dengan hasil penyelenggaraan COP28, konferensi perubahan iklim yang diadakan beberapa waktu lalu di Dubai.
Dikatakan bahwa pelaku bisnis memiliki komitmen dalam penerapan bisnis berkelanjutan, termasuk Tetra Pak yang memiliki inisiatif dalam mentransformasi sistem pangan.
Bisnis yang memiliki dampak lingkungan telah menjadi fokus perhatian saat ini, di mana perusahaan terus didorong untuk mengadopsi praktik yang mendekarbonisasi system pangan dunia. Praktik dekarbonisasi sistem pangan ini diperkirakan akan meningkat hingga 10% dalam 5 tahun mendatang, menjadi sekitar 59%.
Saat ditanya bagaimana perusahaan pengemasan dapat berkontribusi, 65% perusahaan menyebutkan pentingnya inovasi maupun upaya bersama dalammengatasi perubahan iklim.
Terrynz Tan, Sustainability Director for ASEAN Tetra Pak mengatakan, hasil penelitian tersebut menegaskan pergeseran peran konsumen atau pelanggan yang berkaitan dengan lingkungan.
Konsumen sekarang ini, lanjutnya, menginginkan merek makanan atau minuman yang memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
“Kemasan yang berkelanjutan tidak hanya tentang menjadi ramah lingkungan, namun sebuah kesempatan bagi produsen untuk terkoneksi dengan pelanggan secara bermakna. Dengan memilih bahan yang dapat diperbarui, sebuah merek memiliki keunggulan dan bisa menarik konsumen dengankesadaran lingkungan yang sama,” bebernya.
Terrynz mengatakan, Tetra Pak bersemangat untuk menciptakan kemasan produk yang mendukung berkelanjutan.
“Ini bukan hanya tentang bisnis, namun komitmen perusahaan terhadap kemasan yang dihasilkan secara bertanggung jawab, bisa didaur ulang dan netral karbon,” ucap Terrynz.
Sementara itu Gilles Tisserand, Vice President Climate & Biodiversity Tetra Pak mengatakan, industri makanan dan minuman saat ini berada dalam masa yang sangat penting.
Dengan mempertimbangkan ulang bagaimana menjalankan bisnis bisa membantu mengatasi iklim dunia dan menghadapi dampak yang ditimbulkan. Perusahaan juga mengandalkan mitra mereka sehingga bisa tetap berjalan bahkan meningkat di pasar yang kompetitif.
Untuk itu, kata Gilles, Tetra Pak menegaskan komitmen perusahaan untuk terus berinovasi sehingga bisa mengembangkan berbagai penelitian terbaru, menciptakan ekosistem kolaborasi, termasuk dalam hal penawaran produk.
”Inovasi kami berdasarkan nilai-nilai produk yang dapat diperbaharui dan didaur ulang, memastikan dekarbonisasi dan keberlanjutan terhadap kebutuhan bahan dasar kemasan yang digunakan. Temuan seperti kemasan karton dianggap sebagai yang paling mendukung keberlanjutan oleh konsumen, sedangkan plastik sebaliknya,” ujarnya.
Ia pun menyebut, hal ini menunjukkan perusahaan telah berada di jalur yang tepat. Bahkan perusahaan berhasil menjual 46% lebih banyak kemasan polimer dengan bahan baku nabati pada tahun 2023.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun 2021 yang menunjukan komitmen industri makanan dan minuman untuk bergerak mendukung keberlanjutan.
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal