Tidak Ada Tempat di Dunia yang Mampu Jalankan Herd Immunity untuk Tangkal Corona

Reporter : Sugiono
Rabu, 20 Mei 2020 09:00
Tidak Ada Tempat di Dunia yang Mampu Jalankan Herd Immunity untuk Tangkal Corona
Herd Immunity menjadi istilah populer saat wabah Covid-19 semakin merajarela di beberapa negara.

Dream Herd Immunity atau kekebalan kelompok menjadi istilah populer saat wabah Covid-19 semakin merajarela di beberapa negara. Herd Immunity dipandang bisa menekan penyebaran Covid-19.

Kekebalan kelompok adalah kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar karena tidak banyak orang yang dapat diinfeksi.

1 dari 4 halaman

Ada dua cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkan kekebalan kelompok. Pertama melalui vaksinasi. Ketika satu kelompok mendapat vaksinasi, maka tidak ada tempat bagi virus untuk menyebar.

Dengan demikian kondisi ini juga dapat memberikan perlindungan kepada orang yang belum mendapatkan vaksin, seperti bayi baru lahir dan ibu hamil.

Kekebalan kelompok juga bisa tercipta secara alami dari orang-orang yang sembuh dari penyakit tertentu. Setelah pulih dari suatu penyakit, tubuh akan memiliki antibodi untuk melawan virus penyebab penyakit tersebut.

Semakin banyak orang yang terinfeksi dan kemudian sembuh secara alami, semakin banyak juga orang yang kebal sehingga kekebalan kelompok pun akan terbentuk.

2 dari 4 halaman

Sayangnya, dalam kasus Covid-19, para ilmuwan masih belum menemukan vaksin dalam waktu dekat. Sehingga pembentukan kekebalan kelompok melalui vaksinasi ini sulit tercapai.

Sementara jika mengandalkan kekebalan kelompok alami kemungkinan sangat sulit. Karena bisa menghancurkan hampir sebagian besar populasi penduduk sebuah negara.

Dilansir Business Insider, untuk membentuk kekebalan kelompok secara alami para ahli memperkirakan ambang batasnya adalah 70 persen dari populasi.

Artinya, sebanyak 70 persen warga negara atau dunia harus sakit Covid-19 terlebih dahulu, dan kemudian sembuh secara alami dari penyakit tersebut.

Sayangnya, penelitian di Spanyol dan Perancis menunjukkan bahwa tidak lebih dari 5% dari populasi yang telah mengembangkan antibodi Covid-19. Padahal masing-masing negara telah melaporkan lebih dari 27.000 kematian akibat virus pada hari Kamis.

" Ini artinya, angka kasus positif dan kematian Covid-19 yang tinggi tidak mampu membentuk kekebalan kelompok," tulis William Hanage, ahli epidemiologi di Harvard University melalui Twitter.

3 dari 4 halaman

Di Amerika Serikat, di mana hampir 85.000 orang telah meninggal akibat Covid-19, potensi terbentuknya kekebalan kelompok tidak lebih baik.

Pada bulan April, sebuah penelitian di Santa Clara County, California, memperkirakan bahwa antara 2,5% hingga 4,2% penduduk di sana memiliki antibodi.

Sebuah penelitian di Los Angeles County membuat perkiraan serupa, 2,8% hingga 5,6% adalah 'seroprevalensi' (istilah untuk persentase orang yang memiliki antibodi dalam darah mereka).

Sebuah studi antibodi di New York menemukan bahwa 13,9% dari penduduk negara bagian itu telah terinfeksi virus corona. Di New York City, seroprevalensi mencapai 21,2%.

Namun angka-angka ini masih jauh dari ambang batas 50% atau bahkan 70% yang dibutuhkan untuk terbentuknya kekebalan kelompok.

4 dari 4 halaman

" Saya melihat tidak ada cara yang realistis untuk mencapai ambang batas (kekebalan kelompok) tanpa mengorbankan banyak sekali kematian," kata Natalie Dean, seorang ahli biostatistik di University of Florida.

Karena itu satu-satunya cara untuk mencapai ambang batas kekebalan kelompok adalah melalui vaksinasi.

Sayangnya, para ahli mengatakan bahwa vaksin Covid-19 kemungkinan baru bisa tersedia pada dua tahun ke depan.

Sampai vaksin tersedia secara luas, para ahli merekomendasikan untuk memonitor virus melalui pengujian luas dan pelacakan terhadap pasien, kemudian mengisolasi orang yang terinfeksi dan siapa saja yang kontak langsung dengan mereka.

Pemerintah mungkin juga perlu menutup kembali bisnis dan memberlakukan kembali pembatasan jika jumlah pasien melampaui kapasitas rumah sakit.

Beri Komentar