Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengeluarkan kewaspadaan bepergian ke Singapura. Status tingkat kewaspadaan ke Singapura itu ditingkatkan menjadi kuning.
" Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengimbau Anda yang sedang dan/atau akan bepergian ke Singapura untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan berbagai langkah pencegahan transmisi wabah 2019 novel coronavirus (2019-nCoV)," tulis Kemenlu di laman resminya, diakses Senin, 10 Februari 2020.
Kemenlu menyarankan warga yang berada di Singapura menjaga stamina fisik dan psikis, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Selain itu, mereka diminta rutin mencuci tangan, menggunakan masker, mengurangi aktivitas di luar rumah, dan menghindari interaksi dengan keramaian publik.
" Apabila mengalami permasalahan darurat saat berada di Singapura, Anda dapat menghubungi hotline KBRI Singapura di nomor: +65 67377422," tulis Kemenlu.
Kemenlu menyebut, warga Indonesia juga dapat menggunakan Tombol Darurat aplikasi Safe Travel Kementerian Luar Negeri untuk menghubungi Perwakilan RI dimaksud.
Peringatan perjalanan ini dilandasi imbauan dari Kementerian Kesehatan Singapura, yang meningkatkan risiko Disease Outbreak Response System Condition (DORSCON) dari warna kuning menjadi warna oranye pada 7 Februari 2020.
Penetapan ini didasari atas terkonfirmasinya tambahan kasus yang terinfeksi 2019-nCoV di Singapura, serta adanya fakta beberapa kasus infeksi tersebut bersifat lokal yang tidak memiliki hubungan dengan kasus sebelumnya atau tidak memiliki riwayat perjalanan ke China.
Dengan penetapan indikator DORSCON menjadi warna oranye tersebut, wabah virus corona Wuhan telah dikategorikan sebagai virus yang berbahaya sehingga pemerintah Singapura.
Dream - Ketua Umum Pokja Infeksi Pengurus Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlina Burhan, mengatakan, ada kemungkinan suhu di Indonesia memengaruhi perkembangan virus corona Wuhan (2019-nCoV).
" Virus ini berkembang biak pada suhu yang dingin dengan kelembapan yang rendah. Kalau Indonesia dingin atau enggak? Indonesia enggak, ya. Kelembapannya rendah atau tinggi, tinggi ya, 80 persenlah. Ini bukan tempat yang baik untuk virus berkembang biak," kata Erlina, dikutip dari Liputan6.com, Senin 10 Februari 2020.
Menurut Erlina, virus corona tidak dapat aktif seandainya terkena sinar ultraviolet dari matahari. Meski demikian, bukan berarti Indonesia benar-benar terlepas dari ancaman virus. Erlina berharap masyarakat tetap melakukan pencegahan penularan penyakit. Salah satunya rutin mencuci tangan dan menggunakan masker.
Ketua Umum PP PDPI, Agus Dwi Susanto, mengatakan, virus corona merupakan salah saju jenis virus yang menjadi penyebab SARS. " Kalau dari data SARS, virus corona SARS itu bisa bertahan sekitar dua hari. Tapi, kalai di pemanasan, biasanya cepat mati," ujar Agus.
Sumber: Liputa6.com/Giovani Dio Prasasti
Dream - Pada 30 Desember 2019, Li Wenliang membuat heboh grup alumni kampus kedokterannya di aplikasi perpesanan WeChat yang populer di China.
Dia menulis tujuh pasien dari pasar seafood lokal telah didiagnosis dengan penyakit mirip SARS dan dikarantina di rumah sakit tempatnya bekerja.
Li menjelaskan bahwa, menurut sebuah tes yang telah dilihatnya, penyakit itu disebabkan virus corona - virus yang masih satu keluarga dari sindrom pernafasan akut parah (SARS).
Kenangan buruk tentang SARS mungkin masih menghantui warga China sejak wabah itu membunuh ratusan orang pada 2013. Pada awalnya kasus wabah SARS ditutup-tutupi oleh pemerintah China.
Demikian juga dengan kasus virus corona baru yang juga disebut virus 2019-nCoV, yang sekarang dinyatakan sebagai darurat kesehatan global oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Kepada teman-temannya, Li hanya menulis pesan pendek tentang virus corona baru yang dilihatnya, " Aku hanya mengingatkan rekan-rekan di kampus untuk berhati-hati."
Dokter berusia 34 tahun yang bekerja di Kota Wuhan itu mengirim pesan tentang jenis virus corona baru secara pribadi.
Tapi hanya dalam beberapa jam, tangkapan layar dari pesan yang tanpa mengaburkan nama akunnya itu menjadi viral.
" Ketika saya melihat pesan itu viral, saya sadar bahwa itu di luar kendali saya dan saya mungkin akan dihukum," kata Li.
Dugaan Li ternyata benar. Segera setelah tangkapan layar pesannya viral, Li dituduh menyebarkan hoaks oleh polisi Wuhan.
Dia adalah salah satu dari beberapa dokter yang menjadi target polisi. Mereka ditangkap karena berusaha mengungkap virus mematikan di minggu-minggu awal wabah menyebar.
Sementara itu, pada hari yang sama saat Li mengirim pesan kepada teman-temannya, sebuah pemberitahuan darurat dikeluarkan oleh Komisi Kesehatan Kota Wuhan.
Pemberitahuan itu mengatakan bahwa pasien dari pasar seafood Huanan mengalami 'pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya'.
Dalam pemberitahuan itu juga disebutkan larangan dan ancaman bagi mereka yang menyebarkan informasi tentang virus corona baru tanpa izin.
Pada dini hari tanggal 31 Desember 2019, otoritas kesehatan Wuhan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas wabah tersebut.
Setelah itu, Li dipanggil oleh pejabat di rumah sakitnya untuk menjelaskan bagaimana dia tahu tentang virus tersebut.
Kemudian pada hari itu, pihak berwenang Wuhan mengumumkan terjadinya wabah virus corona dan memperingatkan WHO. Tapi masalah Li tidak berakhir di sana.
Pada 3 Januari 2020, Li dipanggil ke kantor polisi setempat. Dia dituduh 'menyebarkan hoaks' dan 'mengganggu ketertiban sosial' terkait pesan yang ia kirimkan di grup WeChat.
Li kemudian harus menandatangani pernyataan, dia telah melakukan kesalahan dan berjanji tidak akan berbuat sesuatu yang melanggar hukum lagi.
Untungnya, Li diizinkan meninggalkan kantor polisi setelah satu jam diperiksa secara intensif terkait pengungkapan virus corona baru.
Li pun kembali bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan dengan perasaan kecewa. Tidak ada yang bisa diperbuatnya. Semuanya harus menurut aturan yang berlaku.
Pada 10 Januari, setelah tanpa sadar merawat pasien dengan virus corona baru, Li mulai batuk dan demam pada hari berikutnya.
Dia dirawat di rumah sakit pada 12 Januari. Hari-hari selanjutnya, kondisi Li tambah memburuk sehingga dia dirawat di unit perawatan intensif.
Untuk bernapas Li sampai harus dibantu dengan oksigen. Pada 1 Februari, ia dinyatakan positif mengidap virus corona baru.
Li sangat menyayangkan sikap pemerintah China yang mengatakan sebelumnya bahwa virus corona baru tidak bisa menyebar dari manusia ke manusia lainnya.
" Saya masih heran mengapa pemberitahuan resmi (pemerintah) masih mengatakan tidak ada penularan dari manusia ke manusia, dan tidak ada petugas kesehatan yang terinfeksi."
Kini, kondisi Li mulai membaik selama berada di ruang karantina. Di Weibo, ribuan orang yang mengucapkan terima kasih kepada Li yang berani mengungkap soal virus mematikan ini.
" Dr Li, Anda seorang dokter yang penuh perasaan. Saya harap Anda sehat dan baik-baik saja," tulis seorang netizen.
Sementara netizen yang lain mengatakan seandainya peringatan Li tentang virus mirip SARS diperhatikan pemerintah Kota Wuhan.
" Seandainya Wuhan memperhatikan (peringatannya) saat itu, dan segera mengambil tindakan pencegahan," tulis yang lain.
Sumber: CNN.com
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi