Tsunami Hantam Anyer, Simak Kesaksian Korban Selamat

Reporter : Mutia Nugraheni
Minggu, 23 Desember 2018 12:29
Tsunami Hantam Anyer, Simak Kesaksian Korban Selamat
"Waktu itu awalnya denger suara besar bummm".

Dream - Gelombang tsunami berpusat di selat Sunda menghantam kawasan Banten dan Lampung. Aliran air bah begitu mengerikan, membawa dan menghancurkan apapun yang dilewatinya.

Hal ini disaksikan salah seorang warga Tangerang, Indira Rezkisari atau Kiki (38), yang sedang berlibur dengan keluarganya di Pantai Anyer. Ia mengungkap awal adanya gelombang pasang seperti tsunami sekitar pukul 21.30 WIB.

" Waktu itu awalnya denger suara besar bummm, terus lihat di kaca kamar kok banyak air. Saya kira air hujan banjir, tapi ternyata enggak," kata dia kepada Liputan6.com, Minggu, 23 Desember 2018.

Kiki dan keluarga tinggal di sebuah hotel yang berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai. Saat mengintip dari balik jendela, dia melihat orang yang lokasi menginapnya sekitar 50 meter dekat bibir pantai tampak berlari menyelamatkan diri.

Ini membuat dia waspada. Kemudian saat tahu ada tsunami, Kiki yang bekerja di salah satu media di Jakarta ini, langsung bersiap dengan keluarga mengungsi dibantu warga sekitar.

Dia pergi ke rumah warga yang sedang berjarak beberapa kilo meter (km) di lokasi yang lebih tinggi. Saat mengungsi Kiki mengaku melihat di sepanjang jalan banyak puing-puing serta kendaraan yang terparkir sembarangan.

" Ada orang nyopir pas air datang. Airnya setinggi kaca mobil dia, CRV," Kiki menambahkan.

Saat berada di tempatnya menginap, iia juga melihat jika tembok pagar tampak hancur akibat terkena terjangan air. Saat ini Kiki masih mengungsi di rumah warga hingga menunggu transportasi menuju Jakarta.

Laporan: Nurmayanti/ Liputan6.com

1 dari 1 halaman

Cerita Warga Lari 2 kilometer Saat Tsunami Banten

Dream - Ribuan warga pesisir Pantai Pandeglang, Banten, mengungsi akibat diterjang gelombang pasang dan tsunami setinggi lima meter hingga merobohkan rumah. Mereka para korban gelombang pasang mengungsi ke masjid, sekolah, perkantoran, terminal dan gedung tsunami.

Kita bersama keluarga mengungsi ke masjid jami Al Mukmin," kata Yudi, warga Lantera Desa Cigodang Kecamatan Labuan, Pandeglang, seperti dilansir Antara, Minggu 23 Desember 2018.

Tsunami

Ia mengaku dirinya saat ini bingung setelah rumahnya roboh akibat diterjang gelombang pasang. Beruntung anggota keluarganya selamat setelah berlarian ke perbukitan yang jaraknya mencapai dua kilometer.

Ketinggian air laut sangat menakutkan karena arusnya cukup kuat, sehingga ia langsung menyelamatkan dengan berlarian ke perbukitan. Saat ini, Yudi mengungsi di masjid bersama istri dan dua anak.

Peristiwa gelombang pasang terjadi pukul 21.20 WIB dan saat itu dirinya tengah duduk di halaman rumah yang jaraknya ke pantai 200 meter. Namun, tiba-tiba air laut menerjang permukiman masyarakat hingga kendaraan terseret dan ratusan rumah roboh.

" Kami tidak terbayangkan jika tengah tidur, karena gelombang pasang itu cukup tinggi hingga lima meter," katanya.

Begitu juga Memed, warga Laba Desa Cigodang, Kecamatan Labuan, mengatakan dirinya saat gelombang pasang langsung membawa anak dan istri ke tempat yang lebih aman. Ia berlarian dengan kondisi gelap sepanjang 1,5 kilometer untuk menyelamatkan jiwa dari bencana gelombang pasang itu.

Laporan Eko Prasetya/ Merdeka.com

Beri Komentar