(Foto Ilustrasi: Shutterstock)
Dream - Kualitas udara di DKI Jakarta pagi ini sangat tidak sehat. Tingkat polutan di udara cukup besar.
Data laman pengukuran kualitas udara, Airvisual.com pada Jumat, 16 Agustus 2019 pukul 10.00 WIB, nilai kualitas udara rata-rata Jakarta sebesar 172 Air Quality Index (AQI). Konsentrasi parameter (PM2,5) mencapai 97 ug per meter kubik.
Lokasi dengan kualitas udara terburuk di Jakarta yaitu di Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Kualitas udara daerah itu mencapai 184 AQI dengan konsentrasi parameter sebesar 120.4 ug per meter kubik.
Lokasi kedua yang memiliki kualitas udara terburuk yaitu kawasan sekitar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta Selatan. Nilai kualitas udara di kawasan ini sebesar 181 AQI dengan konsentrasi parameter 114 ug per meter kubik.
Sedangkan lokasi ketiga dengan udara tidak sehat selanjutnya adalah LHK-GBK. Kualitas udara di kawasan ini mencapai 172 AQI dengan konsentrasi parameter mencapai 97 ug per meter kubik.
Kawasan udara Jakarta tidak terlalu buruk ada Rawamangun, Kemayoran dan Pegadungan.
Udara di Rawamangun memiliki nilai kualitas 167 AQI. Konsentrasi parameternya mencapai 85,7 ug per meter kubik.
Di Kemayoran, nilai kualitas udaranya mencapai 164 AQI dengan konsentrasi parameter 80,4 ug per meter kubik. Sedangkan di Pegadungan, kualitas udaranya sebesar 146 AQI dengan konsentrasi parameter 53,9 ug per meter kubik.
Dream - Kuliatas Jakarta pada Senin, 12 Agustus 2019 pukul 07.04 WIB masih yang terburuk di dunia. Dikutip dari laman Liputan6.com, mengambil data dari AirVisual, index kualitas udara atau air quality index (AQI) Jakarta sebesar 159.
Di posisi kedua, ada Tashkent, Uzbekistan dengan AQI 157 dan di posisi ke tiga negara dengan Lahore, Pakistan dengan AQI 155.
Dari data AirVisual, kualitas udara selama tiga hari di Jakarta masih menjadi yang terburuk di banding kota-kota lain di dunia.
Polutan yang ada di Jakarta berukuran sangat kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer atau PM 2,5 yang merupakan salah satu indikator pencemaran udara mencapat 71 mikrogram per meter kubik.
Dalam data tersebut, diketahui kawasan Pagadungan, kalideres, Jakarta Barat penyumbang kualitas udara terburuk dengan AQI 191, penyumbang udara buruk ke dua berada di Rawamangun, Jakarta Timur dengan AQI 169 dan yang ketiga berada di Pejaten Barat, Jakarta Selatan dengan AQI 159.
(Sumber: Liputan6.com/Nafiysul Qodar)
Dream - Kualitas udara yang buruk di Jakarta dan sekitarnya menjadi perhatian masyarakat selama beberapa pekan terakhir.
Menurut data Air Visual, kualitas udara Jakarta bisa mencapai 200 meskipun di akhir pekan.
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Agus Dwi Susanto mengatakan, angka tersebut tidak bisa menjadi acuan karena indeks kualitas udara karena terus berubah.
" Kualitas udara terus berubah setiap hari dan hampir seluruh kota besar di Indonesia juga akan mengalami kondisi seperti ini. Bahkan di seluruh dunia," kata Agus, di Aston at Kuningan Suites, Jakarta Selatan, Senin, 5 Agustus 2019.
Sebuah penelitian juga menyatakan 92 persen orang di dunia menghirup udara buruk setiap harinya.
(Foto: Dream.co.id)
Meski terbilang wajar, memburuknya kualitas udara di Jakarta dapat menjadi perhatian karena polusi menjadi penyebab utama kelima dari penyakit mematikan.
" Dari data WHO tahun 2015, lima hal yang menjadi penyebab utama penyakit mematikan adalah kolesterol, gula darah, hipertensi, rokok dan polusi udara, khususnya adalah Particle Meter (PM)," ujar dia.
Meski begitu, polusi juga berdampak pada kesehatan. Polusi di dalam ruangan, kata dia, bisa menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), faringitis, batuk, sesak nafas, bersin dan lain-lain. Polusi Sebabkan Penyakit Mematikan
" Sedangkak efek jangka panjangnya adalah penyakit paru-paru, asma, jantunh, steoke dan kanker, terutama kanker paru-paru," ucap dia.
Gas dari polusi, kata dia, bukan penyebab penyakit kronis tersebut, melainkan PM2,5 yang mengandung bahan karsinogen dan bersifat oksidatif. Bahan ini menimbulkan peradangan sistemik pada pembuluh darah.
" Untuk polusi di dalam ruangan, sebaiknya jangan melakukan hal yang menambah polusi seperti merokok, jangan membuka ventilasi terlalu lebar, menjaga kebersihan, memakai air purifier dan pakai masker," ujar dia.
Agus mengatakan, membuka ventilasi terlalu lebar dapat menyebabkan udara di dalam ruangan tercemar dengan udara luar. Dia menyarankan, setiap ruangan gunakan air purifier atau aloe vera sebagai pembersih udara alami.
Sedangkan untuk menghindari pengaruh buruk polusi di luar ruangan, Agus menyarankan, masyarakat agar memantau kualitas udara di sekitar, meminimalisir kegiatan di luar ruangan ketika udara kurang sehat, jangan menambah polusi dengan menggunakan kendaraan pribadi, atau membakar sampah, memakai masker, dan menjaga kesehatan tubuh.
" Kalau di dalam ruangan, pakai simple mask yang biasa digunakan sehari-hari. Kalau di luar ruangan pakai masker yang mampu memfiltrasi polutan minimal 95 persen. Dan jangan lupa makan makanan yang bersifat antioksidan," ujar dia.
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
75 Ucapan Hari Santri Nasional 2025 yang Penuh Makna dan Bisa Jadi Caption Media Sosial
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk