(Foto: Shutterstock)
Dream - Seiring berjalannya waktu, bahasa suku daerah kerap terlupakan lantaran banyak masyarakatnya yang menggunakan bahasa nasional ataupun bahasa asing. Faktor jumlah populasi dari penduduk suku asi juga turut memengaruhi keberlangsungan penggunaan bahasa daerah.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan di bawah naungan PBB, UNESCO, belum lama ini merilis Atlas Bahasa Dunia yang Terancam Punah. Selain dari berbagai suku asli di dunia, UNESCO juga menetapkan satu bahasa suku dari Indonesia di daftar tersebut
Dilansir dari South China Morning Post, Kamis, 3 November 2021, bahasa pertama yang terancam punah yakni Quencha. Meski digunakan delapan juta orang Amerika Selatan, warga asli Quencha semakin jarang menggunakan bahasa tersebut dan memilih mengobrol dengan bahasa Spanyol dalam kesehariannya.
Upaya dilakukan pemerintah Bolivia, yang salah satu wilayahnya masih menggunakan bahasa Quencha, dengan membuat undang-undang yang mengharuskan para pegawai negeri untuk fasih dan menguasai bahasa daerah.
Beranjak ke Australia, menurut atlas yang dikeluarkan UNSECO tersebut, memiliki jumlah bahasa yang terancam punah terbanyak di dunia.
Wiradjuri misalnya, bahasa suku Aborigin terbesar kedua di Australia hampir menghilang pada abad ke-20. Beruntungnya, bahasa tersebut mulai kembali digunakan serta dipelajari oleh siswa sekolah dasar di New South Wales.
Tak hanya itu, beberapa universitas di Australia juga mempunyai kursus bahasa, budaya, dan warisa Wiradjuri. Kamus bahasa Wiradjuri yang lebih dari tujuh ribu kata dan frasa yang didokumentasikan juga tersedia dalam sebuah aplikasi.
Ada juga Cornwall, bahasa daerah di barata daya Inggris yang bahasanya kurang dikenal. Penutur asli bahasa Cornish terakhir, meninggal pada 1777 namun pada 2010, bahasa tersebut dikeluarkan dari daftar bahasa punah UNESCO.
Beranjak ke Argentina, setelah bertahun-tahun mengalami kelesuan linguistik, bahasa daerah Welsh akhirnya mengalami kebangkitan. Sebanyak 883.600 orang atau 29 persen orang di Wales, berbicara bahasa itu.
Bahasa kuno tersebut dipromosikan melalui kelas malam, saluran TV, radio khusus Wlesh, serta beberapa surat kabar. Sejumlah sekolah juga menggunakan bahasa Welsh sebagai bahasa pengantar dan beberapa sekolah lain di belahan dunia.
Di sisi lain, ada upaya menjaga bahasa Iban tetap hidup sebagai pemersatu budaya dan warisat masyarakat adat Dayak di Sarawak, Malaysia.
Meski sudah diakui sebagai bahasa nasional, sekolah-sekolah di negara bagian Malaysia itu mengalami kekurangan guru bahasa Iban. Hal ini disebabkan kurangnya fasilitas pelatihan guru, pensiunnya staf senior, dan keengganan untuk menerima pekerjaan di lokasi terpencil dengan biaya hidup tinggi.
Sejarah menunjukkan, hanya ada satu bahasa punah yang dijadikan bahasa nasional dan digunakan sebagai alat komunkasi sehari-hari selama dua ribu tahun. Bahasa itu ialah bahasa Ibrani yang juga merupakan bahasa tertulis di doa, pedagangan, dan sastra.
Bahasa Ibrani bisa bangkit dari keterpurukan lantaran adanya kebutuhan akan bahasa pemersatu di abad-19. Para migran Yahudi seperti Yiddish, Arab, Polandia, dan Rusia, menggunakan bahasa Ibrani untuk berkomunikasi tepat setelah Israel berdiri di tahun 1948 dan dijadikan bahasa nasional.
Kemudian bahasa Māori yang berasal dari Selandia Baru. Saat Inggris masih menjajah, bahasa daerah itu dilarang digunakan dan banyak dari orang tua Māori mendorong anak-anaknya untuk belajar bahasa Inggris supaya bisa bersaing mencari pekerjaan.
Lebih dari satu abad kemudian, bahasa tersebut mulai bangkit. Minat baru masyarakat untuk mempelajari bahasa tersebut mulai muncul sejak disahkannya Undang-Undang Bahasa Māori pada 1987. Pada 2018, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berjanji bahwa putrinya yang baru lahir akan diajari bahasa Māori.
Contoh lain dari perjuangan untuk mempertahankan identitas budaya yakni bahasa Basque. Saat ini, Euskara, seperti yang dikenal secara lokal, adalah salah satu bahasa resmi Spanyol, tapi selama pemerintahan dari tahun 1939 hingga 1975, diktator Spanyol Francisco Franco melarang masyarakatnya menggunakan bahasa tersebut.
Mereka yang berbicara bahasa Euskara saat itu didenda, dipenjara, atau dipukuli polisi. Dalam menghadapi tindakan keras ini, beberapa organisasi budaya tetap memberikan pembelajaran budaya secara rahasia. Upaya melestarikan bahasa pun membuahkan hasil.
Saat ini ada 800 ribu pembicara mahir, atau sekitar sepertiga dari populasi Komunitas Otonomi Basque. Siswa dapat memilih untuk belajar di Euskara, yang juga digunakan oleh sekitar 50 ribu orang yang tinggal di wilayah Basque di barat daya Prancis.
Sumber: SCMP
Advertisement
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Ditagih Janji Rp200 Juta oleh Ibu Paruh Baya, Ivan Gunawan: 'Mohon Jangan Berharap Bantuan Saya'
Bukan Hanya Terkenal, Ellips Buktikan Diri Paling Dicintai Konsumen Lewat Penghargaan YouGov
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta