Wapres: Wisma Atlet Disiapkan Jadi Tempat Isolasi Pasien Corona

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 19 Maret 2020 14:02
Wapres: Wisma Atlet Disiapkan Jadi Tempat Isolasi Pasien Corona
Wisma Atlet digunakan jika kapasitas rumah sakit sudah tidak mencukupi.

Dream - Pemerintah menyiapkan Wisma Atlet sebagai fasilitas alternatif untuk mengisolasi pasien positif terjangkit virus corona.

Tempat ini akan digunakan jika kapasitas rumah sakit rujukan baik milik pemerintah, TNI, Polri, dan swasta sudah tidak mencukupi.

" Maka juga selain rumah sakit yang sudah ada, juga disiapkan Wisma Atlet. Sekarang ini, sementara disiapkan untuk 1.800 tempat tidur," ujar Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, dikutip dari Liputan6.com.

Sejauh ini, pemerintah telah menyiagakan 132 rumah sakit rujukan untuk pasien positif virus corona. Juga sudah ada beberapa rumah sakit swasta yang berdedikasi membantu pemerintah menangani lonjakan pasien.

" Karena saat ini masyarakat mulai menyadari pentingnya untuk memeriksakan diri, dan kemudian juga penderita yang terpapar Corona ini bertambah, maka pemerintah sebenarnya sudah langsung melakukan langkah penanganannya," kata Ma'ruf.

 

1 dari 5 halaman

Alat Kesehatan dan Masker

Selain ruangan, Ma'ruf mengatakan juga akan disiapkan sejumlah alat kesehatan untuk mendukung perawatan pasien.

Beberapa di antaranya seperti alat tes virus corona, alat pelindung diri yang sesuai standar WHO, dan teknis lainnya.

" Perlengkapan seperti alat masker dan lainnya juga pemerintah mengambil langkah cepat," kata dia.

Khusus untuk masker, Ma'ruf menjelaskan pemerintah menjalankan mekanisme impor. Ini karena kapasitas produksi masker dalam negeri di waktu depat tidak dapat diperbanyak.

" Kalau memang memperbanyak produk dalam negeri dan yang tidak bisa diproduksi dalam negeri, kita sudah melakukan langkah untuk mengimpor secepatnya, dan sekarang dalam proses pendatangan," kata dia.

Sumber: Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro

2 dari 5 halaman

Ilmuwan China Beri Peringatan: Virus Corona Sensitif Terhadap Suhu Tinggi tapi..

Dream - Studi baru menyebutkan virus Covid-19 yang menyebabkan penyakit corona baru mungkin memiliki satu kelemahan. Kecepatan penularan virus yang telah jadi pandemik global ini diyakini melemah pada suhu tinggi. 

Keyakinan itu juga diyakini sejumlah negara yang memperkirakan Covid-19 akan hilang jika cuaca mulai menghangat. Seperti umumnya yang terjadi pada virus yang menyebabkan flu biasa dan influenza.

Tetapi para ahli di China memperingatkan agar tidak terjebak pada pikiran bahwa Covid-19 akan hilang mengikuti perubahan musim.

3 dari 5 halaman

Virus Covid-19 Sensitif Terhadap Suhu Tinggi

Studi yang dilakukan peneliti dari Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, Provinsi Guangdong, itu bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran Covid-19 bisa dipengaruhi oleh perubahan musim dan suhu.

Menurut studi yang dipublikasikan pada bulan lalu itu, virus yang menyebabkan Covid-19 sangat sensitif terhadap suhu tinggi. Sehingga penyebarannya sedikit lambat di negara-negara yang lebih hangat. Namun, di negara-negara dengan iklim yang lebih dingin terjadi hal yang sebaliknya.

" Sebagai hasilnya, negara dan wilayah dengan suhu yang lebih rendah disarankan untuk mengadopsi langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang lebih ketat," kata sudi tersebut.

4 dari 5 halaman

Perubahan Suhu dan Cuaca Saja Tidak Cukup

Sementara itu, studi terpisah yang dilakukan ahli epidemiologi, Marc Lipsitch dari T.H. Harvard Chan School of Public Health, menemukan bahwa penularan virus corona dan pertumbuhan infeksinya yang cepat bisa terjadi dalam berbagai kondisi cuaca.

" Cuaca saja, [seperti] peningkatan suhu dan kelembaban saat musim semi dan musim panas di Belahan Bumi Utara, tidak akan serta merta menyebabkan penurunan jumlah kasus corona tanpa melakukan intervensi terhadap kesehatan masyarakat secara luas," tulis studi yang dipublikasikan pada Februari lalu.

Studi dari Universitas Sun Yat-sen mengungkapkan analisis yang mengindikasikan bahwa jumlah kasus virus corona naik sejalan dengan suhu rata-rata hingga maksimal 8,72 derajat Celcius dan kemudian menurun.

" Temperatur sangat berpengaruh pada lingkungan hidup seseorang dan memainkan peran penting terhadap kesehatan masyarakat dalam hal penanganan dan pengendalian epidemi," tulis studi itu.

5 dari 5 halaman

Epidemi Covid-19 Tidak Seperti Influenza

Sementara pakar lainnya, Hassan Zaraket, Asisten direktur di Center for Infectious Diseases Research di American University of Beirut, mengatakan ada kemungkinan bahwa cuaca yang lebih hangat dan lebih lembap akan membuat virus corona kurang stabil sehingga penularannya lambat.

" Kami masih mempelajari tentang virus ini. Tetapi berdasarkan apa yang kami ketahui tentang virus corona lain, kami bisa berharap. Ketika suhu memanas, stabilitas virus akan menurun," katanya.

Hassan menambahkan jika cuaca bisa membantu mengurangi transmisi dan stabilitas lingkungan dari virus, maka kemungkinan bisa memutus rantai penularan Covid-19.

Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), juga memperingatkan agar tidak menganggap epidemi akan mereda secara otomatis di musim panas.

" Kita harus mengasumsikan bahwa virus ini akan terus memiliki kapasitas untuk menyebar. Adalah harapan palsu untuk mengatakan Covid-19 akan hilang seperti flu biasa. Kita tidak bisa membuat asumsi itu. Tidak ada buktinya," katanya.

(Sah, Sumber: SCMP)

Beri Komentar