Ilustrasi
Dream - Seringkali para pencari kerja hanya memikirkan waktu libur, gaji, atau fleksibilitas ketika mencari karir baru. Sayang jarang yang mempertanyakan kebahagiaan yang bisa mereka raih dari pekerjaan incaran.
Banyak yang tak sadar, pekerjaan yang membuat depresi bisa mengarahkan pada isu kesehatan besar seperti sakit jiwa atau kondisi lainnya.
Beruntung, faktor bahagia dalam pekerjaan kini menjadi perhatian besar seiring meningkatnya kualitas hidup.
Sebuah laporan terbaru menunjukan, dari 55 jenis industri yang ditekuni para profesional, tingkat depresi yang dialami mencapai 6,9-16,2 persen.
Angka ini bisa melonjak mengingat sampel yang digunakan hanya para pekerja pemilik asuransi dan pernah mendapatkan perawatan karena depresi.
Mengutip laman Therichest, Selasa, 27 Januari 2015, berikut adalah 7 jenis pekerjaan dengan tingkat depresi tertinggi:
(Ism)
1. Percetakan, 12,3%
Bisnis media atau percetakan terlihat eksentrik dalam daftar ini. Namun Anda tak akan berpikir demikian ketika melihatnya sebagai sebuah industri.
Publisher bekerja untuk publik. Ini termasuk berhubungan dengan marketing, distribusi, pengembangan, dan desain. Jenis pekerjaan ini juga menuntut keahlian dengan segala jenis media.
(Ism)
2. Hukum: 13,7%
Menjadi seorang yang bekerja di industri hukum menjadi dambaan semua orang. Jaminan uang sudah hadir dalam bayangan. Namun, orang yang sudah terjun ke industri ini tak selamanya hidup senang.
Terkadang pekerja di bidang hukum harus menghabiskan jam kerja super panjang untuk memenuhi permintaan klien. Pekerjaan hukum pastinya tak banyak menghabiskan waktu di luar ruangan. Bekerja lama di dalam ruangan dan tak punya waktu untuk urusan pribadi jadi kehidupan rutin. (Ism)
3. Personal service: 14,4%
Jasa personal merupakan industri yang tumbuh dengan berbagai profesi. Intinya, profesi ini mengharuskan pekerjanya memberikan saran dan diskusi layaknya seorang konsultan.
Pekerja di bidang ini tak hanya fokus pada masalah diri sendiri tapi juga mencoba membantu orang dengan aneka kebutuhan dan persoalannya masing-masing. (Ism)
4. Manufaktur: 14,4%
kebsanan merupakan bagian kurang menyenangkan dari pekerja di sektor manufaktur. Bukan rahasia lagi jika manusia akan lebih bahagia jika bekerja di luar ruangan.
Seorang pekerja manufaktur tak memiliki waktu cukup untuk menikmati pemandangan di luar ruangan. Mereka akan merasa seperti terkurung dalam sebuah ruangan mesin. (Ism)
5. Pekerja sosial: 14,8%
Dibalik tugas mulia meringankan penderitaan orang lain, seorang pekerja sosial memiliki tingkat depresi tinggi. Bahkan kewajiban menolong orang lain seringkali melebih kemampuannya membantu dirinya sendiri. (Ism)
6. Real Estate: 15,5%
Seorang makelar properti mungkin kelihatan bahagia. Namun profesilah yang membuat mereka harus terlihat demikian. Seorang agen properti selalu hidup dalam lingkungan penuh target dan menggantungkan tambahan pendapatan dari komisi.
Agen properti seringkali harus bernegosiasi dengan setiap orang, kasar maupun acuh, dengan senyum menyungging dari wajahnya. (Ism)
7. Transportasi Umum: 16,2%
Tak mengejutkan. Pengemudi moda transportasi umum memiliki tingkat depresi paling tinggi. Setiap hari, seorang sopir harus selalu berhadapan dengan perilaku kasar, tak sensitif, bahkan para pemabuk. Faktanya, banyak kasus penyerangan yang diduga dilakukan pengemudi bus.
Seorang juru mudi angkutan umum sebetulnya menjalankan peran vital dan seringkali menghadapi masalah dengan penumpang dan jam kerja yang panjang. (Ism)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik