Foto: Dompet Dhuafa
Dream - Rasanya kasus gizi buruk di negeri ini tak bisa sepenuhnya hilang, kendati tahun terus berganti. Luasnya wilayah Indonesia, hingga sulitnya akses menuju lokasi terpencil, kadang membuat beragam problem kesehatan di Tanah Air, termasuk masalah gizi buruk, tak bisa langsung teratasi.
Setidaknya hal inilah yang dialami saudara-saudara kita di pedalaman Papua. Alih-alih hidup sehat layaknya anak perkotaan, calon generasi bangsa dari Suku Asmat justru harus bergulat dengan problem gizi buruk.

Betapa tidak, setahun yang lalu saja, sekurangnya 70 anak di Asmat meninggal dunia lantaran kebutuhan nutrisinya tak terpenuhi secara maksimal. Apalagi kejadian tersebut juga diakibatkan kasus campak, sontak saja berita yang memilukan tersebut tersiar hingga seantero negeri.
Tak berlangsung lama, kejadian itu pun membuat pemerintah segera bertindak dan lekas menetapkan status Kasus Luar Biasa di daerah pesisir Laut Arafuru tersebut.
Meski begitu, penanganan tak langsung bisa terdistribusikan dengan lancar. Sulitnya akses menuju lokasi di beberapa distrik di kawasan tersebut, membuat kasus campak dan gizi buruk di Asmat tak bisa langsung tertangani.

Hal tersebut belum ditambah lagi dengan pemukiman suku Asmat yang semakin memprihatinkan. Jika dibiarkan lebih lama lagi, bukan tak mungkin akan semakin banyak anak-anak Asmat yang meregang nyawa akibat kasus serupa.
Mengetahui kondisi tersebut, Tim Dompet Dhuafa tak bisa berdiam diri.
Lewat tim Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Papua, Tim Dompet Dhuafa menerjunkan dokter dan tim relief. Beratnya medan dan sulitnya akses, membuat tim yang terjun perlu menerapkan strategi khusus agar bisa cepat merespon bencana di Asmat.

Beruntung, relawan dari beragam penjuru dan latar belakang berdatangan, sehingga target pemeriksaan kesehatan sekaligus perbaikan gizi buruk yang terjadi pada anak-anak di Distrik Agats bisa tercapai.
Lebih lanjut, selama masa tanggap darurat kejadian tersebut, speed boat dan long boat bahkan membanjiri kota dengan tim medis.
Sekalipun kondisi di Asmat kini telah tertangani, tetapi tim Dompet Dhuafa terus melakukan pendampingan selama 2018 hingga awal 2019. Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan kondisi kehidupan sosial sekaligus mengupayakan kesehatan anak-anak Asmat akan tetap terjaga, dan tak sampai mengalami gizi buruk maupun gangguan kesehatan lainnya lagi.
Karena bagaimanapun perlu kerjasama dari semua pihak, guna mengatasi kasusu gizi buruk tak hanya di Asmat, tetapi juga di daerah-daerah lain di Indonesia.
Advertisement
Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau


5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

VinFast Beri Apreasiasi 7 Figur Inspiratif Indonesia, Ada Anya Geraldine hingga Giorgio Antonio

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari