Kembang Waru, Roti Klasik yang Sudah Ada Sejak Kerajaan Mataram

Reporter : Mutia Nugraheni
Kamis, 2 September 2021 11:48
Kembang Waru, Roti Klasik yang Sudah Ada Sejak Kerajaan Mataram
Dipanggang menggunakan oven arang tradisional.

Dream – Yogyakarta bukan hanya dikenal sebagai kota budaya, tapi juga jadi tujuan wisata kuliner otentik. Jika membahas makanan khas Yogyakarta, Sahabat Dream mungkin langsung teringat dengan gudeg dan bakpia.

Selain dua makanan tersebut ada lagi yang wajib dicicipi jika sedang berkunjung ke kota pelajar ini, yaitu roti Kembang Waru. Roti ini kabarnya sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram.

Dulu disajikan sebagai teman jamuan minum teh. Dikutip dari akun Instagram resmi @visitingjogja, roti Kembang Waru memiliki 8 sudut yang ternyata mengandung makna berupa unsur alam, yaitu air, api, angin, bulan, bintang, langit, bumi, dan matahari.

Salah satu yang masih membuat roti klasik ini adalah warung roti " Pak Bas & Bu Gidah" yang sudah ada sejak 1983. Lokasinya ada di Kota Gede. Keunikan roti adalah cara membuatnya masih sangat tradisional.

Roti Kembang Waru

Memanggangnya menggunakan oven arang. Dicetak satu per satu oleh ibu Gidah sendiri yang sudah sepuh. Nama Kembang Waru ini ternyata juga berupa singkatan yang artinya cukup dalam yaitu KEMbalilah BANGsaku WAjib RUkun.

 

1 dari 5 halaman

Kalau kamu penasaran bagaimana cara membuatnya, datang pagi-pagi sekali ke warung roti ini. Intip dulu videonya, dijamin ingin langsung menyantap roti nikmat ini hangat-hangat.

 Komentar warganet pun bermunculan. Seperti dari akun @dewi_sugiharto, “ Memang enak kuenya msh resep zaman dulu blm mengenal toping2an kyk skrg . Jadi ngiler liatnya tunggu habis Ppkmnya baru otw Jogja lagi,” tulisnya.

Lalu akun @em.nugroho, berkomentar “ Legend banget nih,dulu sering banget dibeliin sama bapak kalo lagi ada kerja di Jogja,eh sekarang kuliah di Jogja dan baru ingat lagi sama roti ini habis liat video ini, jadi pengen beli" .

Laporan : Delfina Rahmadhani

2 dari 5 halaman

Lagi Viral, Ayam Mail 'Upin Ipin' di Yogyakarta yang Laris Manis

Dream - Serial " Upin Ipin" begitu populer di Indonesia. Sahabat Dream mungkin juga suka menontonnya. Salah satu tokoh di serial ini adalah Ismail bin Mail. Tokoh Mail ini digambarkan suka sekali berjualan untuk membantu ibunya.

Apa pun dijualnya dan yang paling terkenal adalah sayap ayam yang dijualnya dengan promosi " dua seringgit, dua seringgit" . Rupanya, ada juga yang menjual ayam ala Mail di Yogyakarta.

Hal ini diketahui dari unggahan akun Instagram @jogjataste. Akun tersebut menampilkan dirinya saat mencicipi " Kepak Ayam Madu si Mae" . Sayap ayam yang telah berlumur bumbu tebal dipanggang di atas bara.

Ada juga yang ditusukkan lalu digantung. Harganya juga sangat terjangkau.

Ayam madu

" Gokill sih ini cobakkk seporsi cuma 10K, bisa dapet sate 3 tusuk atau kepak ayam pake nasi hainan plus sambel & mayo,"  tulis @jogjataste.

 

3 dari 5 halaman

Bikin Penasaran

Warganet pun ramai berkomentar. Ada yang penasaran dengan rasanya dan membandingkan dengan ayam si Mail di Upin Ipin.

Lagi Viral, Ayam Mail 'Upin Ipin' di Yogyakarta yang Laris Manis

Seperti komentar @indah_hyura_ yang menulis 'Ayam golek mail.....2 singgit 2singgit'. Ada juga komentar dari @najialubiss' yang berkomentar " Ini kayak di Malaysia" .

Sementara akun @thy.dhanty yang berkomentar " Enak banget sih emang ini, udah nyobain pas pertama buka" . Wah, jadi bikin penasaran rasanya, Sahabat Dream.

      View this post on Instagram

A post shared by JOGJATASTE | KULINER JOGJA (@jogjataste)

4 dari 5 halaman

Tumpeng Biru, Simbol Permintaan Maaf di Kraton Yogyakarta

Dream - Hidangan tumpeng selalu hadir dalam banyak perayaan dan syukuran. Berupa nasi berbentuk gunung yang tinggi dengan beragam lauk seperti urap sayur, ayam bakar, tempe, kentang , telur dan masih banyak lagi.

Tumpeng Biru, Simbol Permintaan Maaf di Kraton Yogyakarta

Biasanya, nasi tumpeng berwarna putih atau kuning. Tahukah Sahabat Dream, kalau ada juga tumpeng biru? Tumpeng biru atau disebut juga tumpeng kapuranto, dikutip dari akun Instagram resmi Kraton Yogyakarta @kratonjogja, terbuat dari nasi putih yang diberi pewarna makanan berwarna biru.

Tumpeng ini rupanya biasa dihadirkan sebagai simbol atau media permintaan maaf dari pembuat kepada orang yang diberi. Selain itu, ada juga tumpeng monco warno yang berarti aneka warna.

 

5 dari 5 halaman

Pawon keraton biasa menyiapkan tumpeng yang berukuran relatif kecil dalam tujuh warna, seperti merah, biru, hijau, cokelat, dan hitam. Tumpeng ini disajikan di atas ancak atau wadah persegi dari tangkai daun pisang dan potongan bambu yang merupakan simbol agar berbagai keinginan terwujud dengan baik.

Menguak Falsafah Budaya Tumpeng yang Harusnya Tidak Dipotong

Kata ‘tumpeng’ konon merupakan akronim dari ‘tumapaking penguripan-tumindak lempeng-tumuju Pangeran’ yang bermakna bahwa manusia itu harus menuju jalan Tuhan Yang Maha Esa. Penyajian tumpeng menjadi salah satu simbol permohonan atas perlindungan, keselamatan, dan ridha dari Tuhan untuk setiap hajat dalam hidup.

Di Keraton Yogyakarta, terdapat tidak kurang dari 17 jenis tumpeng yang umumnya disajikan dalam momentum tertentu. Nama, bentuk, dan jenisnya pun bermacam-macam tergantung cara pembuatan, lauk pauk pendamping, cara penyajian, serta berbagai bahan pelengkap lainnya.

Beri Komentar