Beras 1001, Dari Garut Tersohor Sampai Amerika

Reporter : Ramdania
Jumat, 6 November 2015 11:30
Beras 1001, Dari Garut Tersohor Sampai Amerika
"Jadi saya ke mana-mana bawa rice cooker, ke bank-bank, ke tempat fitnes, saya suka mengadakan demo."

Dream - Apa yang membedakan orang sukses dengan orang biasa? Mereka mau bangkit ketika jatuh, mereka mau keluar dari keterpurukan saat mengalami kegagalan, dan mereka mau terus belajar dan terus menciptakan sesuatu yang baru.

Mungkin inilah yang bisa dilihat dari sosok Andris Wijaya. Pria asal Garut ini bekerja keras tanpa mengenal rasa gagal dalam mempopulerkan hasil alam khas kota asalnya, Beras Garut.

Andris merupakan penerus perusahaan Beras 1001 yang mulai dirintis ayahnya, Dedi Mulyadi sejak tahun 1975. Setelah ayahnya wafat tahun 1996, perusahaan beras ini mengalami kevakuman.

Namun, pada tahun 2003, bungsu dari lima bersaudara ini mengambil alih perusahaan beras itu dan menjadikannya sebuah perusahaan berstatus persekutuan komanditer (CV).

Tidak mau hanya sekadar melanjutkan bisnis, alumni Teknik Energi Politeknik ITB, bercita-cita ingin menjadikan perusahaan miliknya ini menjadi besar. Dia pun menggunakan ilmu yang dipelajarinya semasa kuliah untuk memodifikasi mesin.

Hasilnya sungguh menakjubkan, beras Garut produksinya memiliki kualitas melebihi beras Garut lain, baik dari butiran yang lebih putih dan bersih, serta dari segi rasa. Berbagai permintaan pun mulai berdatangan, terutama dari pemasok besar asal Jakarta.

Sayangnya, para distributor beras ini menggunakan merk lain tanpa mencantumkan beras asli Garut pada kemasan mereka. Awalnya, hal ini tidak begitu digubris Andris. Toh, beras yang diproduksinya laku keras dengan harga lebih tinggi dibandingkan beras lain. Namun, lama-kelamaan hati pria kelahiran 6 Agustus 1979 pun resah.

" Ada yang mengganjal dalam hati saya, jika ini terus dibiarkan maka beras Garut tidak akan pernah eksis. Orang tidak akan pernah tahu, Garut punya beras yang berkualitas," ceritanya kepada Dream.co.id, Rabu, 4 November 2015.

Dari pemikiran itulah, Andris memiliki cita-cita yang lebih besar untuk mengembangkan potensi daerah asalnya itu. Dia mendapatkan ide untuk menjadikan beras Garut ini sebagai oleh-oleh.

Namun, tentunya dikemas dengan menarik, salah satu caranya menjadikannya Liwet Instan yang bisa tahan lama. Inilah awal Liwet Instan 1001 yang mengambil filosofi dari 1000 yang ada, harus ada 1 yang unik.

" Saya terpikir menjadikannya oleh-oleh karena dengan oleh-oleh maka semakin mudah memperkenalkan beras Garut ini ke daerah-daerah lain. Wisatawan membelinya dari sini, lalu mereka bagikan ke teman-teman, saudara, keluarga mereka di daerahnya," cerita Andris.

" Tapi oleh-oleh ini kan harus unik dan menarik, jadi saya ambil konsep mie instan dan nasi yang paling digemari di Sunda ini kan nasi liwet. Makanya, saya buat Liwet Instan," tambahnya.

Tak mau asal bermimpi, Andris pun mulai mewujudkan idenya itu. Dia melakukan puluhan eksperimen untuk menciptakan Nasi Liwet Instan dengan rasa yang enak. Dia pun telah melakukan modifikasi mesin kembali untuk dapat mengolah beras yang telah direndam bumbu untuk dikeringkan kembali.

" Berbagai variabel saya coba untuk menemukan komposisi yang pas. Saya sampai coba nasi liwet paling enak di Garut, kemudian berusaha membuatnya. Saya coba terus sampai mendekati rasanya. Begitu saya rasa enak, saya minta semua orang yang datang ke rumah untuk mencicipi, barulah saya buat massal," kenangnya.

Pasca menemukan resep paling pas untuk liwet, Andris memulai memproduksi nasi liwet instan bermerek Liwet 1001 pada Juli 2011. Inilah awal baru perjuangannya dalam memperkenalkan tidak hanya sebuah produk, tetapi suatu inovasi.

Andris mencoba menawarkan nasi liwet instan ini ke toko suvenir di Garut, satu toko, satu toko dia datangi. Sayangnya, belum ada respon positif yang dia terima.

" Awalnya tidak langsung berhasil, toko-toko itu menolak, katanya sudah banyak barang atau dengan berbagai alasan. Tapi tidak apa-apa, saya kasih sampelnya saja. Saya berpikir pintu rezekinya tertutup sementara waktu saja," ujar Andris.

Tak patah arang, Andris mencoba mengalihkan target untuk memasarkan produknya kepada pemerintah. " Saya mencoba memperkenalkan kepada pemerintah. Dari tujuan saya membuat liwet ini yang untuk memperkenalkan beras Garut, hingga cara pembuatan, dan lain-lain, ternyata mereka merespon positif," katanya.

Sejak itu, Andris sering diajak mengikuti pameran-pameran yang diadakan pemerintah daerah. Dari pameran inilah, produk Nasi Liwet instan mulai terekspos media. Dia pun juga memperkenalkan produknya dari satu perusahaan ke perusahaan lain.

" Jadi saya ke mana-mana bawa rice cooker, ke bank-bank, ke tempat fitnes, saya suka mengadakan demo. Saya selalu minta mengadakan demo masaknya di dalam ruangan, biar wangi dari liwetnya bisa tercium ke ruangan-ruangan lain," kenangnya.

Dari cara ini, merek Liwet Instan 1001 mulai tersohor di Garut. Bahkan, toko-toko suvenir yang sebelumnya menolak produk ini justru mendatangi Andris untuk membelinya.

Kerja keras Andris pun mulai terlihat hasilnya. Pintu rezeki itu pun perlahan-lahan terbuka. Kini tidak hanya wisatawan yang mengunjungi Garut yang ingin mencicipi nasi liwet instan ini, tetapi warga Amerika Serikat dan Dubai pun tertarik dengan produk khas Garut ini.

" Kita sudah ekspor ke AS dan Dubai, serta menang berbagai perlombaan," ujar suami Ruly Putri Mustika ini.

Dari modal awal sebesar Rp 30 juta untuk bahan baku dan modifikasi mesin, kini Andris bisa mendapatkan omzet hingga sekitar Rp 50 juta per hari. Dulu, Andris hanya bisa menjual 50 pak per hari, tetapi kini dia bisa menjual lebih dari 2 ribu pak per hari, dengan harga satu pak Rp 23.000.

" Penjualan memang mengalami penurunan karena krisis, daya beli masyarakat menurun. Dulu sebelum lebaran, bisa terjual 3.500 pak per hari, setelah lebaran ya 2.000 pak per hari. Namun, saya tidak ingin ada PHK karena ini," tegasnya.

Bagi Andris, krisis yang menurunkan penjualannya bukan sesuatu yang patut disesalkan. Justru, ketika permintaan berkurang, dia memiliki banyak waktu untuk melakukan inovasi kembali. Seperti liwet superinstan yang akan diluncurkan pada awal tahun depan. Ini merupakan hasil `perenungannya` selama masa krisis.

" Saat habis lebaran kemarin kan permintaan berkurang, saya juga tidak sering lagi ke luar kota untuk menjadi pembicara, jadi saya banyak waktu di rumah. Makanya saya mulai lagi bereksperimen untuk membuat produk yang sesuai dengan keinginan konsumen," paparnya.

1 dari 1 halaman

Terus Melangkah dengan Berinovasi

Terus Melangkah dengan Berinovasi © Dream

Terus Melangkah dengan Berinovasi

Tidak hanya rupiah yang terkumpul, bisnis Andris ini mampu mempekerjakan hingga ratusan pegawai saat ini. Para pekerja ini berasal dari warga sekitar. " Awalnya saya hanya mempekerjakan 3 orang, sekarang sudah seratusan, untuk membuat liwet instan sekitar 60 orang, lalu ada untuk di restorannya, 40 orang," paparnya.

Bisnis Liwet Instan ini juga menumbuhkembangkan kelompok tani di Garut. Ada sekitar 250 kelompok tani yang dikelola Andris untuk memenuhi kebutuhan perusahaannya dan juga permintaan pemasok beras dari luar Garut.

" Sejak beras Garut terkenal karena nasi liwet instan ini permintaan beras asli Garut semakin banyak. Para pemasok beras pun banyak memesan beras asli Garut, petani Garut pun ikut kelimpahan rezeki," ujarnya.

Atas kontribusinya memajukan petani Garut dan memperkenalkan salah satu hasil alam khas Indonesia, Andris Wijaya didaulat menjadi salah satu Duta Mutiara Bangsa Berhasanah BNI Syariah.

" Perkenalan saya dengan BNI Syariah yaitu ketika saya sudah membuat liwet ini. Jadi mereka mencari duta Mutiara, dan saya terpilih karena dinilai telah menebarkan kebaikan," paparnya.

BNI Syariah sejak Februari 2014 mencanangkan corporate campaign Hasanah Titik! Salah satu perwujudan dari campaign Hasanah Titik! adalah program Mutiara Bangsa Ber-Hasanah atau MBB yaitu mencari sosok biasa yang berbuat luar biasa alias Hasanah bagi lingkungannya. Terdapat 14 Duta MBB tingkat nasional dalam berbagai bidang baik ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan, pertanian dan peternakan.

Rencananya, lanjut Andris, pihak BNI Syariah akan memberikan bantuan pembiayaan untuk pengembangan bisnis para duta MBB, termasuk dirinya. Bantuan pembiayaan itu berupa pinjaman sebesar Rp 50 juta.

" Jadi dana ini untuk memberdayakan masyarakat sekitar, nanti kalau mereka sudah mandiri maka bisa dikembalikan," jelasnya.

Bagi Andris, salah satu bentuk bantuan seperti bisa membantu dalam mengembangkan usaha. Dia sudah memikirkan sebuah ide inovatif untuk tetap mengeksiskan beras Garut.

" Saya akan membuat liwet yang benar-benar instan, jadi cukup diseduh seperti mie instan seduh. Ide ini karena banyaknya permintaan seperti itu. Ketika saya menawarkan kepada salah satu maskapai, dia menyatakan minatnya hanya saja dia menginginkan liwet yang cukup diseduh," paparnya.

Inovasi terus-menerus dia lakukan. Selain, saat ini dia menciptakan liwet instan yang cukup diseduh, sebelumnya dia juga telah melakukan modifikasi bahan sehingga terciptalah nasi uduk warna.

Menurutnya, dengan terus berinovasi maka bisnis yang dijalankannya tetap bisa bertahan di tengah `tekanan` para pesaing dan `follower` yang menjual produk yang sama dengan liwet instan miliknya.

" Dengan adanya follower, saya terpacu untuk membuat sesuatu yang baru lagi. Jadi kehadiran follower bagi saya tidak merugikan," tegasnya.

Begitulah Andris, segala masalah dia jadikan sebuah peluang. Begitu pabrik beras ayahnya terancam bankrut, dia berusaha memodifikasi mesin untuk menghasilkan beras yang berkualitas tinggi. Begitu merasa dirugikan karena tidak tercantumnya nama beras Garut di pemasok, dia berusaha memperkenalkannya melalui liwet instan. Begitu banyak follower, dia berusaha menciptakan sesuatu yang baru yaitu nasi uduk warna, dan begitu ada krisis, dia justru mampu berkesperimen kembali menghasilkan liwet superinstan.

Tidak hanya itu, dalam merintis bisnisnya pun, Andris terbilang gigih. Puluhan eksperimen telah dia lakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini menandakan kegagalan bukanlah saat untuk menghentikan segala upaya, tetapi kegagalan adalah suatu tahapan yang harus dilewati untuk mencapai kesuksesan.

" Pesan saya untuk yang ingin merintis bisnis, jangan pernah beralih ke bidang lain jika kita mengalami kegagalan. Anggap kegagalan itu suatu proses pembelajaran bukan suatu kerugian. Namanya belajar kan pasti ada biayanya," ujar Andris.

" Justru ketika berganti usaha lain, risiko gagalnya makin besar karena kita kembali ke nol lagi, sedangkan kalau berusaha di bidang yang sama, kita sudah tahu risiko-risikonya. Jadi begitu mendapat suatu kegagalan, anggaplah sudah melewati satu fase, jadi jangan mundur, tapi terus maju," pungkasnya.

Beri Komentar