3 Hal yang Tak Boleh Dilakukan Saat Anak Demam

Reporter : Mutia Nugraheni
Senin, 11 April 2022 11:12
3 Hal yang Tak Boleh Dilakukan Saat Anak Demam
Anak kerap rewel dan terus menangis saat demam.

Dream - Munculnya demam merupakan tanda imunitas tubuh sedang bekerja keras melawan virus dan bakteri. Saat demam memang membuat tubuh sangat tidak nyaman.

Disertai rasa panas di mata, kulit, hingga nyeri dan sakit kepala. Bila hal ini terjadi pada anak tentunya orangtua sangat khawatir dan ingin demam segara hilang. Berbagai cara pun dilakukan agar demam bisa lekas turun.

Sayangnya, cara-cara yang dilakukan oleh orangtua justru sering kali salah dan justru bisa membuat demam pada anak makin parah. Dikutip dari KlikDokter.com, ada tiga hal yang tak boleh dilakukan pada anak demam. Penting untuk diingat oleh para ayah bunda.

Membalur tubuh dengan alkohol
Mitos lama yang berkembang di masyarakat adalah membalur tubuh dengan alkohol dianggap dapat menurunkan demam. Padahal, hal ini sama sekali tidak bermanfaat untuk menurunkan demam dan malah bisa meningkatkan risiko intoksikasi alkohol pada anak.

Mandi atau mengompres tubuh dengan air dingin
Kompres dengan air dingin atau mandi air dingin bukannya menurunkan demam malah bisa membuat anak menggigil dan membuat suhu tubuh jauh lebih meningkat dari sebelumnya.

 

1 dari 4 halaman

Meningkatkan dosis obat penurun panas

Meningkatkan dosis obat penurun panas © Dream

Memberikan terlalu banyak obat penurun panas kepada anak, atau mengombinasikan beberapa jenis obat dalam satu waktu sebaiknya jangan Anda lakukan. Bukannya menurunkan demam, cara seperti ini malah bisa membahayakan anak.

Sebab, konsumsi obat dengan dosis yang berlebih bisa membuat kerusakan organ, bahkan bisa menyebabkan kematian. Jadi, hindari sembarang memberikan obat pada anak tanpa terlebih dahulu memeriksakannya ke dokter.

Bila memang demam tak kunjung turun atau suhunya terus meningkat dan keadaan semakin parah, lebih baik segera periksakan ke dokter. Penjelasan selengkapnya baca di sini.

2 dari 4 halaman

Demam Berdarah Pada Anak Bisa Berujung Bahaya, Ketahui Fase Kritisnya

Demam Berdarah Pada Anak Bisa Berujung Bahaya, Ketahui Fase Kritisnya © Dream

Dream - Penyakit demam berdarah saat ini sedang banyak terjadi, terutama di musim pancaroba. Nyamuk jadi penular utama penyakit ini dan bisa menyerang orang dewasa serta anak-anak.

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang ‘dibawa’ oleh nyamuk Aedes Aegepti. Gejala khasnya adalah demam tinggi tanpa disertai gejala lainnya, misalnya tanpa disertai batuk, pilek, atau pun sesak napas.

Beberapa penderita mengeluhkan gejala nyeri di belakang mata, sakit kepala, nyeri sendi, hingga munculnya bercak merah pada kulit atau perdarahan. Meski
demikian, biasanya bercak merah pada kulit belum terlihat pada hari-hari awal.

Penyakit ini, menurut dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A (K) dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, termasuk self-limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Sayangnya, dalam beberapa situasi penyakit DBD juga bisa menimbulkan korban jiwa jika tidak cepat ditangani.

" Terlebih lagi jika pasien DBD telah memasuki fase berbahaya, dan terjadi pada anak-anak berusia lebih kecil yang belum dapat mengutarakan kondisi mereka. Karenanya, banyak penderita DBD yang kemudian dirawat di rumah sakit untuk dipantau lebih ketat kondisinya," ujar dr. Debbie, dikutip dari rilis yang diterima Dream.co.id

 

 

3 dari 4 halaman

Fase Kritis

Fase Kritis © Dream

Dalam situasi pandemi seperti sekarang, sebagai orangtua kita mungkin bingung saat anak demam tinggi. Menebak-nebak antara tertular Covid-19 atau penyakit lain. Bila anak mengalami demam tinggi, terus pantau suhunya menggunakan termometer dan catat.

Bila terjadi lebih dari 3 hari, segera periksakan ke dokter. Ada tiga fase DBD yang penting diketahui, yakni hari 1-3 disebut fase febrile tanpa perdarahan. Dalam fase ini biasanya terjadi gejala awal seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri belakang bola mata. Fase kedua, yaitu fase kritis.

" Setelah memasuki hari 4-5, demam cenderung turun. Penderita mulai memasuki fase kritis. Kebanyakan orang tua tidak mewaspadai fase ini ketika demam turun. Banyak yang mengira si kecil justru sudah mulai sembuh. Padahal, pada fase ini risiko terjadinya syok jauh lebih besar," kata dr. Debbie.

 

4 dari 4 halaman

Pendarahan

Pendarahan © Dream

Dalam fase ini dapat terjadi pula penurunan trombosit lebih jauh yang ditandai dengan perdarahan. Seperti mimisan, gusi berdarah atau timbul bintik-bintik merah pada kulit yang spontan.

Memasuki fase ketiga adalah fase pemulihan atau penyembuhan, yang biasanya terjadi pada hari ke 6-7. Pada fase ini demam sudah mulai turun, kondisi tubuh pun perlahan membaik. Untuk mempercepat pemulihan si kecil, pilih asupan nutrisi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh, termasuk kadar trombosit.

" Jangan tunggu terlalu lama apabila si kecil demam tinggi, ya. Segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak untuk memastikan diagnosisnya," pesan dr. Debbie.

Beri Komentar