4 Tips Atur Duit Setelah Bayi Lahir, Mamah Muda Harus Tahu!

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Senin, 11 Mei 2020 18:33
4 Tips Atur Duit Setelah Bayi Lahir, Mamah Muda Harus Tahu!
Bagi orang tua yang baru punya anak pertama, coba perhatikan.

Dream – Memiliki seorang anak merupakan anugerah terindah bagi setiap pasangan. Pasangan suami istri tentu ingin memberikan yang terbaik bagi buah hati, termasuk tak mau melewatkan tumbuh kembang anak hingga dianggap sudah siap mandiri.

Dikutip dari Cermati.com, Senin 11 Mei 2020, setelah anak lahir, tentu saja orangtua harus mulai berpikir tentang masa depannya. Beberapa anggaran yang harus dipikirkan adalah biaya pendidikan, uang jajan, asuransi, dan segala kebutuhan biaya lainnya.

Memiliki anak tentu membuat orangtua mesti mengatur keuangan dengan baik. Sebab kebutuhan tak lagi hanya untuk kamu berdua. Apakah itu anak pertama, kedua, ketiga, atau seterusnya. Kebutuhan biaya semakin banyak dan besar.

Berikut ini adalah empat cara mengatur keuangan setelah memiliki bayi.

1 dari 4 halaman

Kesampingkan Dahulu Keinginan Orang Tua

Namanya orang tua, apalagi kalau baru punya anak pertama, maunya memberikan barang-barang yang bagus, mahal, dan serba baru. Itu sih keinginan orang tua. Tapi coba fokus saja pada kebutuhan pokok yang diperlukan anak.

Jangan semuanya mau dibeli, diborong karena menganggap anak pertama. Harapan orangtua. Tidak demikian. Toh belum tentu barang yang dibeli merupakan kebutuhan si anak. Mubazir kan kalau tidak dipakai.

Maka dari itu, sebelum membeli kebutuhan anak, lebih baik buat dulu daftarnya. Diskusikan dengan pasangan, apa saja barang yang betul-betul dibutuhkan sang anak, misalnya baju secukupnya (mengikuti usia anak atau kalau perlu beli ukuran agak besar, agar nanti tidak beli baju baru lagi), pampers, susu, makanan bayi, dan sebagainya.

Pastikan kamu membeli sesuai daftar yang telah dibuat. Jangan melenceng dari daftar tersebut jika tidak ingin pengeluaran membengkak.

2 dari 4 halaman

Membeli Barang Bekas Layak Pakai

Untuk menghemat pengeluaran, kamu dapat menyiasatinya dengan membeli barang-barang seken layak pakai. Punya anak pertama tidak harus melulu beli barang baru kan. Contohnya saja stroller bayi atau baby walker.

Barang-barang tersebut cukup menguras kantong kalau membeli baru. Dipakainya juga paling cuma sebentar. Begitu anak sudah bisa jalan, mereka akan lebih senang bermain di luar. Sayang jika nantinya barang tersebut tidak terpakai lagi dan hanya teronggok di gudang hingga rusak.

Kamu juga bisa menerima pemberian barang-barang bayi masih layak pakai dari keluarga atau teman. Misalnya teman punya stroller bekas anaknya. Daripada tidak terpakai, lebih baik terima jika itu diberikan kepadamu.

Syukur-syukur ada teman atau kerabat yang datang memberikan kado kebutuhan bayi. Lumayan, sudah gratis, barangnya baru pula.

3 dari 4 halaman

Jual Lagi Barang Anak Layak Pakai

Jika membeli barang baru untuk anak, kemudian tidak digunakan lagi karena anak sudah besar, tapi masih layak pakai, lebih baik dijual. Jangan sampai barang tersebut hanya disimpan di gudang sampai berdebu, dan akhirnya rusak.

 

 

Jika dijual, kamu bisa mendapatkan uang tambahan. Kecuali barang tersebut mau dipakai lagi untuk persiapan kelahiran anak kedua atau ketiga. Jadi turun temurun, dan berhemat tidak perlu membeli lagi.

4 dari 4 halaman

Mulai Persiapkan Masa Depan Anak

Membeli kebutuhan anak memang penting. Tetapi ada yang lebih penting lagi, yakni mempersiapkan masa depan buah hati. Uang kamu tidak lagi hanya untuk membeli barang-barang anak, tapi sudah harus dialokasikan untuk pendidikan anak.

Misalnya mulai mempersiapkan tabungan atau asuransi pendidikan, asuransi kesehatan, meningkatkan dana darurat karena sudah punya anak, dan lainnya. Kamu wajib mempersiapkannya sedini mungkin, agar nantinya tidak pusing tujuh keliling begitu anak sudah mau masuk sekolah.

Ingat, biaya pendidikan setiap tahun meningkat. Butuh biaya besar dan banyak. Jadi, kamu harus betul-betul mengalokasikan anggaran secara tepat dan disiplin dari gaji bulanan atau penghasilan.

Beri Komentar